[LN] Hahaoya ga Ero Ranobe Taishou Jushou Shite Jinsei Tsunda Volume 1 Chapter 2.1 Bahasa Indonesia

 

Chapter  2 - Penulis Pada Hakekatnya Adalah Sekelompok Sosiopat yang Terjebak dalam Kehidupan

1

 

Sebelum upacara dimulai, para anggota Departemen Editorial Bunko Semua-Genre berbaris berjajar untuk membagikan kartu nama mereka. Mereka terus datang satu demi satu, seolah-olah mereka berada di conveyor belt. Ada chief editor, Associate Chief Editor, dan lain-lain… Seperti yang sudah kuduga, jumlah orang yang bekerja untuk salah satu penerbit terbesar, yang menerbitkan sejumlah besar judul per bulan, tidak dapat dihitung dengan jari di kedua tangan.

TLN: Conveyor belt adalah alat pengangkut barang yang bekerja dengan memanfaatkan lembaran sabuk memanjang yang digerakkan oleh suatu mesin dengan bantuan katrol (pulley) dan roll.

Terlepas dari semua itu, yang membuatku tertarik adalah gadis yang duduk di sebelahku.

Di papan namanya, nama “Karin” ditulis dengan katakana. Tapi nama pena ini ... dengan menyusun ulang posisi huruf “Rinka,” itu akan menjadi “Karin.” Itu sangat jelas!

Tapi aku masih tidak percaya, jadi aku bertanya…

“Rinka, apakah kamu yakin kamu memenangkan penghargaan?”

“Apa? Memangnya masalah?”

“Apakah kamu benar-benar tidak menggantikan orang lain?”

“Hah!? Mana ada! Perwakilan penulis? Apa gunanya melakukan itu? Aku bangga dengan karyaku, aku tidak akan mengklaim sebagai pemenang penghargaan atas nama orang lain!”

“Oh, kurasa aku akan bunuh diri sajalah.”

“Hei! Kenapa wajahmu begitu?”

“Tidak, ini salahku, semuanya akan baik-baik saja sekarang. Yah, aku salah sejak awal. Aku seharusnya menggantung diri sebagai tanda pertobatan.”

“Jangan tersenyum secerah itu! Aku tidak apa-apa kok. Hei, ayolah! Shimomura!”

Meskipun bahuku diguncang, aku terus mengangkat wajah welas asih-ku seperti seorang Buddha yang tercerahkan.

Aku bertekad untuk memenangkan penghargaan, membuat debutku sebagai penulis, dan mengungkapkan perasaanku kepada gadis yang aku taksir. Namun, gadis yang aku taksir memenangkan penghargaan dan memulai debutnya sebagai penulis. Bertentangan dengan itu, aku adalah seorang penipu, berpura-pura menjadi seorang penulis, menyebut diriku “Mating Pers” yang seharusnya itu adalah ibuku. Rasa bersalah itu cukup untuk membuatku mati suri.

“Jadi, mari kita mulai upacara penghargaannya. Namaku Kamome Hanagaki dari Departemen Editorial Bunko Semua Genre.”

Ada sedikit tanda antusiasme dan suasana hangat akan harapan kesuksesan masa depan para pendatang baru.

Upacara penghargaan berlangsung tanpa hambatan, dan petinggi perusahaan penerbit serta penulis senior memberikan pidato penyemangat.

“Selanjutnya, kami akan membagikan sertifikat dan piala. Dari pemenang hadiah utama kategori fantasi, Karin Sensei.”

“Ya.”

“Pemenang kategori romantis erotis, Mating Press Sensei.”

“…Ya.”

“Kalian berdua, dipersilakan naik ke panggung.”

Aku dan Rinka berjalan ke atas panggung bersama.

Para eksekutif sedang menunggu kami dengan senyum di wajah mereka, sambil memegang sertifikat penghargaan di tangan mereka.

Rinka adalah yang pertama menerima sertifikat dan piala. Rinka langsung menuju stand microphone dan memulai pidatonya.

“Senang bertemu dengan kalian semua. Nama pena saya adalah Karin. Saya telah memenangkan Hadiah Utama di Divisi Fantasi dari Penghargaan Pendatang Baru Novel Semua-Genre ke-11 dengan karya, “Mari Bertemu di Tempat Di Mana Debu Bintang Berhamburan.” Saya amat sangat berterima kasih kepada para juri dan pembaca karena telah memilih karya saya.”

Dia pun membungkuk.

Aku kagum dengan kemampuan Rinka untuk menyapa orang dengan cara yang begitu terhormat. Tapi apa yang dia katakan terdengar seperti naskah dari novel!

Tapi, saat pidato terus berlanjut, Rinka semakin tersipu, dan suaranya menjadi mengecil dan bergumam. Dan entah kenapa, dia terus melirikku.

“Alasan kenapa saya mulai menulis karya ini adalah karena, yah, itu… penting (melirik sekilas)…, yah, seorang teman sekelas (melirik sekilas) merekomendasikan saya sebuah novel romantis yang menarik, dan… (bergumam), jadi saya ingin lebih dekat dengan orang itu (melihat sekilas), meskipun itu hanya satu langkah lebih dekat… dan karena itulah…”

Aku tidak bisa mendengar suaranya lagi. Meskipun volumenya diperkuat dengan mikrofon, itu hampir seolah-olah dia tidak berbicara sama sekali.

“T-Terima kasih banyak!”

Sekali lagi pada akhirnya, dia menundukkan kepalanya dengan panik dan berlari ke sisi panggung. Penonton yang bingung memberinya tepuk tangan hangat.

“Kamu terlalu gugup, Rinka.”

“D-Diamlah!”

Wajah Rinka memerah sampai ke telinganya, sepertinya dia akan menangis saat dia menyentakkan bahuku. Ini salahmu, ini salahmu, ini salahmu, ini semua salahmu…, dia terus bergumam pelan seperti itu.

“Dan sekarang, Mating Press Sensei. Silahkan.”

“Ya.”

Aku menerima sertifikat dan piala, seperti yang dilakukan Rinka sebelumnya.

Tapi ketika para petinggi mendengar nama penaku, mereka tertawa, “Mating Press…? Pfft”

Aku merasa sangat ingin menjadi sukarelawan untuk misi bunuh diri Kamikaze.

Tapi kemudian aku tersenyum dan berdiri di depan stand microphone. Pada saat itu, aku memasang senyum yang jelas di wajahku, seolah-olah aku telah kerasukan.

“Senang bertemu dengan kalian, saya Mating Press! Saya seharusnya tidak berada di sini, tapi entah bagaimana saya terjebak dalam benang takdir yang aneh ini! Sejujurnya, saya merasa ingin mati! Saya ingin dipaku di salib kayu dan dibakar di tiang pancang, memohon ampun kepada Tuhan!”

Ketegangan dan sikap merendahkan diri yang tinggi membuat penonton terkikik dan mencibir.

Tapi sebenarnya, aku tidak bercanda atau melebih-lebihkan. Itu sebagian besar benar.

Setelah banyak tawa dari penonton, aku melanjutkan pidatoku.

“Akhirnya, saya punya pengumuman yang sangat penting!”

Hmm!? Perhatian penonton ditarik ke arahku dengan cara yang berbeda dari sebelumnya.

Hanagaki, editor yang bertanggung jawab, mau tidak mau menjadi bersemangat. Ini adalah acara resmi. Ada orang-orang yang tampak seperti reporter di ruangan itu. Mereka pasti terburu-buru, takut aku mengatakan sesuatu yang aneh.

Bahkan Rinka mengangkat alisnya dengan gugup,

“Apakah dia akan baik-baik saja?”

Tapi, ayo jujur sajalah, aku berpikir begitu. Aku sudah muak dengan semua ini. Tidak ada gunanya menyembunyikannya lagi. Aku memutuskan untuk mengatakannya dengan dorongan suasana saat ini.

“Sebenarnya!”

Aku menarik napas dalam-dalam dan mengungkapkan kebenaran yang telah lama aku sembunyikan!

“Saya!”

Ya, aku.

“Saya perjaka tuleeeeeeen~~~~!”

“──────”

Penonton membelakkan mata mereka dan membeku.

Rinka kebingungan dan pipinya merona merah. Dia mengerdip-ngerdipkan matanya seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

Dan, saat berikutnya…

Whooooooooooooooooo….

Entah kenapa, penonton jadi sangat bersemangat.

Aku merasa aneh, aku tidak tahu apa yang aku katakan, tapi aku tetap ikut berteriak.

“Memangnya salah kalau seorang perjaka menulis novel sensual? Ini adalah imajinasi! Saya bahkan tidak pernah berpegangan tangan dengan seorang gadis! Bahkan di SMP pun, pada saat tarian tradisional, bukannya perempuan, saya malah berpegangan tangan dengan anak laki-laki. Begitulah cara saya mendapatkan Penghargaan Novel Erotis! Jika kalian memiliki masalah dengan itu, maju sini!”

“ “Mating Press!” ” “ “Mating Press!” ”

Aku tidak percaya aku mengatakan ini, tapi sekarang aku adalah seorang selebriti jadi-jadian, aku membuang sertifikat dan pialaku, meraih mikrofon, dan berteriak, “Ayo Rock N Roll!”

Para hadirin menghentakkan kaki, memenuhi aula dengan antusiasme seperti ini adalah aula konser live. Bahkan petinggi penerbit pun ada di sana.

Aku berteriak.

“ “Whooooooooo, Oppai!” ”

Rinka bingung dengan kemeriahan di sekelilingnya, dan menoleh kesana kemari, bertanya-tanya kenapa ada sorakan seperti itu, seolah-olah semua orang menjadi gila.

Saat itulah aku menyanyikan lagu cintaku, Acapella.