[LN] Hahaoya ga Ero Ranobe Taishou Jushou Shite Jinsei Tsunda Volume 1 Chapter 1.6 Bahasa Indonesia
Chapter 1: “Mungkin Aku Telah Berbuat Jahat di Kehidupanku Sebelumnya Hingga Membuatku Terjebak Dalam Kehidupan Ini.”
6
Dan tanpa aku sadari, hari upacara penghargaan telah tiba.
“Haru-kun, apa kamu yakin tidak ada yang kelupaan?”
“Yah, mereka tidak menentukan apa yang harus dibawa. Paling-paling, aku bawa kartu nama, ini ada di sakuku, lihat. Aku akan baik-baik saja.”
“…Tapi, Ibu masih mengkhawatirkanmu. Mungkin Ibu harus pergi bersamamu sebagai wali. Dan juga Ibu ingin menyapa staf redaksi dan berterima kasih pada mereka karena telah mengurus anakku.”
“Oke, baiklah… Mana mungkin aku bilang begitu! Itu memalukan, terutama karena sekrup di kepala ibuku longgar, dia mungkin akan keceplosan. Menurutku kau sebaiknya tidak datang.”
“Tapi, ibumu yang sekrup di kepalanya longgar ini telah menulis novel terbaik yang pernah ada, lho!”
“Itulah maksudku!”
Aku berseru dan mulai berjalan dengan langkah besar.
Haru mengenakan jas murahan, tapi tetap saja berbeda dengan blazer sekolah, dan dia sangat sadar bahwa dia harus memakainya.
Karena Mirei sudah menjahitnya dengan tangannya. Sebagai seorang ibu, dia sangat ingin memamerkan keterampilan menjahitnya, jadi Haru tidak punya pilihan lain selain mengenakan setelan ini. Yah, tentu saja, jari-jari Mirei tertusuk jarum berkali-kali.
Sambil melambai dengan tangan tertutup perban, dia melihatku pergi menuju stasiun terdekat.
Empat puluh menit kemudian.
Aku tahu bahwa bunko semua-genre adalah salah satu yang terbesar…
Tempat acara penganugerahan tampaknya adalah sebuah ruangan di gedung yang megah.
Aku naik lift ke “Ruang Phoenix” di lantai lima dan mengikuti papan informasi yang mengatakan bahwa upacara penghargaan akan diadakan di sini.
Saat aku berbelok di tikungan, seorang wanita yang kukenal menarik perhatianku.
Dia adalah editorku, Kamome Hanagaki. Biasanya, dia mengenakan jas lab lusuh dengan rambut acak-acakan, tapi hari ini dia berpakaian seperti yang diharapkan. Riasannya, yang lebih tebal dari biasanya, menyembunyikan lingkaran hitam di bawah matanya. Ketika aku melihatnya lagi, harus aku akui bahwa dia cukup cantik.
“Terima kasih atas bantuanmu, Hanagaki-san.”
“Ya, itu kehormatan bagiku. Aku akan mengajakmu berkeliling segera. Seluruh staf departemen editorial dan pemenang hadiah lainnya juga sudah ada di ruangan.”
Pemenang hadiah lainnya, Karin-sensei, kalau tak salah itu namanya.
“Orang seperti apa dia?”
Aku punya firasat bahwa penulis cerita percintaan pemula adalah seorang pria berusia pertengahan dua puluhan hingga awal tiga puluhan, karena aku tidak tahu banyak tentang Karin-sensei kecuali bahwa dia adalah seorang murid SMA aktif.
Tapi Hanagaki bingung.
“Maksudmu, kamu belum pernah bertemu dengannya sebelumnya?”
“Ha? Mana mungkin aku pernah, kan?”
Aku bahkan tidak tahu siapa dia.
“Hmm? Begitukah?”
Hanagaki memiringkan kepalanya karena terkejut.
“Tidak apa-apa. Ayo masuk ke dalam. Pertama-tama, kenakan label nama ini.”
Label namanya bertuliskan “Mating Press”.
Seorang anak laki-laki, yang mengenakan itu di dadanya dengan jijik (Tolong bukan aku, bukan aku, bukan aku...), mengikuti editornya ke aula.
Hanagaki membuka pintu besar dan melangkah maju.
“Mating Press-Sensei telah tiba!”
Dia berteriak keras.
Hentikan! Aku bisa mati karena malu, aku hanpir jatuh tersandung. Tapi respon luar biasa dari hadirin membuatku terus bergerak
“Oh! Jadi dia Mating Press!”
“Si mesum yang lagi naik daun, yang memenangkan Penghargaan Novel Ero dan juga siswa SMA aktif!”
“Kudengar dia memecahkan batas baru dalam cerita inses!”
“Selamat untuk departemen editorial, mereka bilang kalau dia jenius yang telah mengangkat genre aib ke ranah seni!”
“Sambutlah pelopor dunia percintaan erotis generasi selanjutnya! Mating Press!”
“Fakta bahwa dia terlihat sangat rata-rata sebenarnya cukup menakutkan!”
“Mating!” “Mating!”
Ini terlalu berlebihan… Aku memegang kepalaku saat berjalan.
Di aula, yang mirip dengan aula konferensi pers, ada sorakan nyaring “Mating!”. Cahaya flash kamera memotret dan foto diambil. Aku berusaha mati-matian menundukkan wajah untuk menghindari kamera. Tapi…
“Ada apa? Angkat wajahmu. Busungkan dadamu. Kenapa kau harus malu? Percaya dirilah. Ayo, tunjukkan pada mereka, tunjukkan pada mereka bahwa kau adalah Mating Press!”
“Maaf, tapi bisakah kau diam!”
Ya Tuhan, ini parah... Kenapa aku yang jadi Mating Press, itu ibuku, dan bahkan sulit untuk menerima kalau itu adalah nama pena ibuku. Brengsek.
Aku akhirnya diantar ke tempat dudukku, tapi label di atas meja juga memiliki tulisan “Mating Press”.
Sial, apakah ini semacam Konferensi Pers Perkawinan…?
Aku menghela nafas panjang dan duduk di kursiku. Aku tergoda untuk hanya berbaring dan tidur, tapi kemudian aku merasakan kehadiran seseorang di sebelah kiriku.
Ya, ada sesama pemenang penghargaan. Karin-sensei. Dia adalah sainganku dan sesama siswa SMA. Aku harus menyapanya dengan benar…
Aku mengeluarkan kartu nama dari saku dengan gerakan yang tidak biasa dan berbalik ke samping.
“Um, permisi, aku juga seorang siswa SMA, dan…”
Aku sangat gugup sehingga aku tidak bisa bicara dengan benar, tapi ketika aku melihat orang di sebelahku, aku tidak bisa berkata-kata.
Itu adalah dia…
Seragam sekolah yang sama…
Terlebih lagi, wajah menggemaskan itu menatapku…
“…Kenapa kamu ada di sini?”
“Aku ingin menanyakan hal yang sama….”
Rinka Takigami, kamu Karin-sensei? Kamu pemenang lainnya?
Kami berdua sangat terkejut sehingga kami tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.
Post a Comment