[LN] Hahaoya ga Ero Ranobe Taishou Jushou Shite Jinsei Tsunda Volume 1 Chapter 1.5 Bahasa Indonesia

 

Chapter 1: “Mungkin Aku Telah Berbuat Jahat di Kehidupanku Sebelumnya Hingga Membuatku Terjebak Dalam Kehidupan Ini.”

5

 

Larut malam, setelah mandi, Mirei mengetuk pintu dan masuk ke dalam kamar.

Dia mengenakan piyama.

“Haru-kun, kita perlu membicarakan masalah itu…”

“Ya, aku tahu.”

Dia pasti sedang memikirkan diskusiku dengan editornya. Wajar baginya untuk penasaran, dan aku awalnya akan mendatanginya sendiri.

Pada malam seperti ini, Miyuha mungkin sedang belajar sambil mendengarkan musik klasik di headphone-nya. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk melakukan pembicaraan rahasia.

Aku menguatkan diri.

“Ya, Ibu ingin tahu tentang gadis yang kamu dekati, Haru-kun.”

“Tunggu… Kok yang itu? Bukankah seharusnya ada hal yang lebih penting untuk dibicarakan?”

“Itulah satu-satunya topik yang penting!”

“Tidak, aku yakin ada banyak topik lain yang penting.”

“Tidak! Jangan berani-berani mengubah topik pembicaraan!”

“Kamu sudah tidak waras, Bu...”

Aku menggaruk kepalaku dan bertanya,

“Bagaimana dengan debutmu sebagai penulis?”

“Oh, ya… Tentu saja Ibu belum lupa.”

“Sudah kuduga kau lupa...”

“Uuuh.”

Mirei menggembungkan pipinya seperti anak kecil. Dia berwajah baby face mulus, tapi jika kalian tahu kalau dia adalah ibu dari dua anak, kalian pasti akan memiliki perspektif yang berbeda.

“Sepulang sekolah, aku bertemu langsung dengan Hanagaki-san dan berbicara dengannya.”

“Bertemu langsung…? Kupikir dia akan meneleponmu.”

“Dia menungguku di depan gerbang sekolah, dan setelah aku mendapat telepon, dia menarik dan mendorongku ke dalam mobilnya… kupikir aku akan diculik.”

“Oh tidak, menculik Haru-kun? Ibu cemburu…”

“Oi, apa yang barusan kamu katakan?”

“Maksudku…”

Mirei berdeham.

“Haru-kun adalah milikku dan milikku sendiri. Tidak ada orang lain yang boleh memilikinya.”

“Itu juga tidak benar, tau.”

“Ibu tidak bisa membiarkan anakku ditawan. Biarkan Ibu pergi ke kantor editorial sekarang untuk mencari tahu apa yang terjadi.”

“Hentikan, dasar kejam. Duduk kembali. Itu bukan sekolah. Maksudku, tidak pernah terdengar ada seorang ibu yang melabrak kantor editorial.”

Jika dia melakukan itu, aku akan menjadi bahan tertawaan.

“Tapi, Ibu tidak bisa terima kalau ada orang asing yang menghabiskan waktu berdua denganmu, Haru-kun.”

“Kurasa kamu seharusnya bukan marah di bagian itu. Tunggu, itu satu-satunya bagian yang membuatmu marah, ya?”

Kau seharusnya marah soal penculikan anakmu.

“Karena Hanagaki Kamome-san adalah seorang wanita. Ketika dia pertama kali menelepon Ibu, suaranya jelas seperti seorang wanita. Dari suaranya, Ibu bisa tahu kalau dia pasti wanita dewasa dengan banyak daya tarik s*ks. Pasti ada alasan baginya untuk menculik Haru-kun.”

“Jangan kebanyakan berkhayal.”

Aku mengayunkan tangan seperti mengusir lalat.

“Ayo seriuslah, oke? Pokoknya, yang penting adalah jadwalmu ke depannya. Aku yakin kamu mendapat email soal rinciannya. Pertama-tama, kamu akan menerima email tentang dokumen transfer uang hadiah dan hal-hal lain, jadi pastikan kamu menjawabnya dengan benar.”

“Ya.”

“Selanjutnya, mereka akan menghubungi kita tentang revisi. Aku pernah dengar kalau beberapa karya pemenang perlu ditulis ulang lebih dari setengahnya, meskipun karyamu tidak perlu sampai sebanyak itu, sih. Itu menurut Hanagaki-san.”

Aku menjelaskan poin-poin revisi secara singkat. Namun, itu hanya hal-hal kecil yang bisa diubah. Tapi jika aku harus merevisi akar karakter dan ceritanya, itu akan sangat sulit sehingga aku tidak punya waktu untuk tidur.

“Hanagaki-san akan mengajari kita semua yang perlu kita ketahui sampai itu diterbitkan, karena kita masih baru dalam hal ini. Tapi, yang lebih menjadi masalah adalah ketika kita salah menanganinya. Jika kita tidak berbagi informasi, akan ada ketidaksesuaian dan Hanagaki-san akan curiga. Kita harus tetap saling berhubungan.”

“Mengerti. Artinya, mulai sekarang, Ibu bisa berbicara dengan Haru-kun setiap hari!”

“Tolong jangan terlalu sering.”

Aku dengan dingin menepisnya dan beralih ke topik berikutnya.

“Dan kemudian ada upacara penghargaan.”

Upacara itu akan diadakan dalam waktu kurang lebih seminggu lagi. Aku dengar kalau tidak hanya seluruh departemen editorial, tapi juga penulis senior dan petinggi dari perusahaan penerbit akan ada di sana. Memikirkannya saja sudah membuat perutku bergejolak sakit, tapi... Mau bagaimana lagi.

“Ibu harus membeli setelan baru untuk Haru-kun. Kapan terakhir kali kamu memakai setelan? Mungkinkah saat SD? Ataukah saat pesta bermain TK? Miyuha memenangkan banyak hadiah, jadi dia harus punya setelan dan gaun baru setiap saat, tapi Haru-kun…”

Oh, dia cepat-cepat menutup mulutnya dengan canggung.

“Tidak, sudah terlambat. Aku tidak pernah mengenakan pakaian formal dalam hidupku! Maaf soal itu! Maaf telah menjadi anak yang payah! Selain itu, kali ini bahkan bukan salahku! Aku bisa pergi dengan seragam sekolah! Kurasa itu tak akan masalah.”

“Tidak, gak boleh, Haru-kun. Kamu harus memakai pakaian formal. Ini pertama kalinya kamu tampil di panggung besar!”

“Atau mungkin, ini terakhir kalinya kamu melihatku di atas panggung!”

“Jangan khawatir, Haru-kun, tak masalah! Jika kamu mau, ibumu akan mendaftar di banyak kontes dan memenangkan semuanya lagi!”

“Tujuannya malah berubah, tau. Apa gunanya menang jika aku tidak melakukannya sendiri?”

Aku seharusnya marah padanya, tapi aku juga tak mau munafik. Ya, jika aku tidak memenangkan penghargaan sendiri, itu tidak ada artinya. Sialan.

Hari itu, aku menghabiskan sepanjang malam menulis naskahku.

Kenapa? Karena aku senang menulis. Aku menikmatinya hingga aku terjaga sampai pagi. Tentu saja, jika kamu melakukan itu, tubuhmu akan hancur. Aku sangat kurang tidur sehingga aku mulai merasa mual.

Dan coba tebak, aku sedang menderita karena writer's block.

Guru sekolahku pasti akan bilang padaku bahwa, memiliki sesuatu yang kau minati adalah hal yang bagus.

“Heck… aku yakin aku akan menjadi penulis sendiri suatu hari nanti…!”

Aku tenggelam ke tempat tidur dan memejamkan mata, merasa lelah.

Bayangan gadis tercantik di sekolah, Rinka Takigami, muncul di pikiranku.

Ya, suatu hari nanti aku akan menjadi penulis sendiri, dan aku akan….

Tentunya aku akan menyatakan perasaanku pada Rinka, dan kami akan jadian…

Itu pun kalau dia terima, sih… zzz…