[LN] Hahaoya ga Ero Ranobe Taishou Jushou Shite Jinsei Tsunda Volume 1 Chapter 1.4 Bahasa Indonesia

 

Chapter 1: “Mungkin Aku Telah Berbuat Jahat di Kehidupanku Sebelumnya Hingga Membuatku Terjebak Dalam Kehidupan Ini.”

4

 

Pertemuan itu memakan waktu sekitar 2 jam. Saat ini, aku sedang diturunkan di depan rumah

Matahari telah benar-benar terbenam, dan jalan-jalan diterangi oleh cahaya lampu yang redup.

Saat aku keluar dari mobil, kaca mobil turun dan Hanagaki berkata,

“Maaf, tapi aku tidak bisa menemanimu ke rumah. Aku seorang wanita yang sangat sibuk, dan jadwalku sangat rapat, ya, seperti perawan.”

“Kurasa metafora itu tidak perlu.”

“Para penulis yang aku tangani semuanya sampah yang melewatkan deadline mereka tanpa berpikir dua kali, jadi aku harus mengawasi mereka. Kuharap kamu tidak menjadi seperti mereka, aku belum ingin menjadi pembunuh, lho...”

“A-Aku akan melakukan yang terbaik…”

“Bagus. Itu harus, jika kamu ingin tetap hidup.”

Aku bertanya-tanya berapa lama jantungku bisa menerima ancaman Yankee-nya.

Aku hanya berdiri di sana, menatap mobil hitam mewah yang segera menghilang dari pandangan.

Terima kasih Tuhan. Aku berbalik dan menuju rumah. Itu adalah rumah mewah untuk keluarga yang terdiri dari tiga orang.

“Aku pulang.”

Begitu aku membuka pintu, aku melihat ibuku datang menyambutku sambil menyeka tangan dengan celemeknya.

“Selamat datang kembali.”

“Bagaimana hasilnya?” Alisnya berkerut cemas. Seperti yang diharapkan, bahkan dia penasaran soal editor penanggung jawab.

Aku mengangguk dengan serius dan tidak mengatakan apa-apa.

Di ruang makan, adik perempuanku, Miyuha, sedang makan kari sebagai makan malam.

Dia adalah gadis cantik, yang tampak telah dibuat dengan gen terbaik yang bisa dimiliki oleh garis keturunan ini. Dia adalah gadis cantik yang cukup murni. Matanya memiliki kesejukan yang menarik. Dia juga sangat kuat.

Aku mengambil tempat dudukku di meja, Miyuha, yang melihatku, berkata,

“Nii-sama…”

Suaranya seperti nada tinggi dari instrumen senar metalik.

Nada suaranya, suara resonansi yang enak didengar, tidak benar-benar seperti ini. Tampaknya, sekolah telah melatihnya untuk menjadi seperti itu, ketika dia berada di tahun pertamanya di sekolah yang terkenal untuk wanita muda.

Ketika dia TK dulu, dia biasa mengejarku dengan keimutan rakyat jelata, berkata “Onii-chan, Onii-chan,” tapi sekarang dia telah berubah menjadi nona muda yang murni berbudi luhur.

Kebetulan, ibu kami Mirei dulunya juga bersekolah di sekolah yang sama dengan Miyuha… Aku ingin tahu apakah dalam 20 tahun lagi, Miyuha juga akan menjadi seperti dia?

“Apakah ada yang salah, Miyuha?”

Dia menjawab sambil menatap meja,

“Bunda bertingkah aneh.”

Mirei, yang sedang mengaduk kari di dapur yang dekat dengan tangga, panik. Tangannya pasti terkena kari karena dia mulai melakukan tarian aneh, sembari berkata, “Panas!”

Dia sangat buruk dalam menyembunyikan sesuatu… terutama perilakunya… terlalu jelas ketika dia menyembunyikan sesuatu…

Tentu saja aku tahu kenapa dia bertingkah begitu mencurigakan. Aku tahu segalanya soal itu. Dan tentu saja, aku tidak ingin membicarakannya.

Bagaimana mungkin aku bisa menyebutkan kata-kata seperti novel erotis di depan adikku. Jika aku melakukan itu, dia mungkin akan memerah, mimisan, otaknya akan terlalu panas, dan mungkin akan berbaring di tempat tidur selama tiga hari. Topik seperti itu akan terlalu merangsang baginya.

“Kemungkinan besar, dia dipecat dari pekerjaan paruh waktu lagi, dan dia tidak ingin kita tahu.”

Kenyataannya, dia tidak lagi bekerja paruh waktu, tapi telah menjadi seorang penulis.

“Begitukah? Aku berpikiran bahwa, karena dia sudah dipecat dari pekerjaan paruh waktunya berkali-kali, dia seharusnya sudah terbiasa. Aku tidak mengerti kenapa dia mencoba menyembunyikannya sekarang.”

Itu kata-kata yang sangat kejam, adikku sayang.

“Aku pikir malah sebaliknya.”

“Sebaliknya?”

“Ya. Dia pasti menemukan sesuatu untuk dilakukan. Tapi itu adalah sesuatu yang dia tidak ingin kita tahu. Itulah sebabnya dia gugup untuk memberi tahu kita.”

Adikku sayang, jika kamu terlalu cerdas, kamu bisa-bisa masuk ke dalam mulut buaya…

Aku akan mencoba mengubah topik pembicaraan.

“Ngomong-ngomong, Miyuha, bagaimana kegiatan klubmu?”

Dia ada di klub seni. Dia memiliki bakat bawaan dalam menggambar dan telah memenangkan beberapa kompetisi sejak dia masih kecil. Meskipun dia tidak pandai olahraga, kemampuan akademis dan artistiknya luar biasa.

“Meskipun merepotkan, aku merasa mereka akan menempatkanku sebagai ketua tahun ini.”

“Mengesankan. Sudah kuduga kalau bakatmu dalam menggambar sangat luar biasa.”

Ketika aku mengunjungi festival sekolahnya tahun lalu, aku melihat pameran klub seni, dan itu menyadarkanku sekali lagi bahwa adikku berada di tingkatan yang berbeda.

Dia membuat lukisan seorang wanita yang mengenakan pakaian tradisional sedang membelakangi penonton, di atas kanvas besar berukuran manusia. Lukisan itu menggambarkan adegan wanita menatap kembang api.

Dari kecantikannya, yang seolah berbalik, perasaan sensualitas terpancar dari tengkuknya yang terbuka. Seluruh gambar adalah sebuah mahakarya. Aku bertanya-tanya, jika dia melukis potret seorang wanita telanjang, apakah dia mungkin akan mampu menciptakan mahakarya abad ini.

Semua penonton yang berkumpul di depan lukisannya memekik kagum.

“Aku bangga padamu, Miyuha. Kamu adalah adik terbaik yang pernah kumiliki.”

“K-kenapa kamu mengatakan hal yang memalukan, tiba-tiba begitu…”

“Tidak, aku hanya bersikap jujur, kok.”

Saat aku mengangguk, “Ya, itu benar”, aku mendengar suara dari dapur berkata, “Haru-kun, bagaimana denganku!? Ibumu yang imut ini?”

Aku mendengarnya, tapi aku memutuskan untuk mengabaikannya. Maksudku, di mana kariku?

“Oh, ngomong-ngomong, kamu akan mengikuti ujian beasiswa, dan setelah itu wawancara juga, kan?”

Adikku adalah salah satu dari hanya lima kandidat untuk program beasiswa khusus di Tokyo. Hampir seolah-olah dia dianggap sebagai salah satu masa depan negara. Meskipun dia adalah adik perempuanku, dia sangat seperti dewa sehingga aku bahkan tidak bisa mempersepsikannya.

“Ya, meskipun aku sedikit gugup.”

Miyuha menjawab dengan suara rendah dan meneguk segelas air.

Lalu dengan ragu dia mengalihkan pandangannya ke arahku. Mata kami bertemu. Kupikir itu adalah kebiasaan bagi wanita untuk menjaga pandangan mereka tetap rendah, tapi sepertinya dia memiliki sesuatu dalam pikirannya.

“Ada yang ingin aku tanyakan, Nii-sama.”

“Oh, dariku?”

Selama itu bukan tentang ibu kami, aku sih tak masalah.

Tapi pertanyaan Miyuha agak aneh,

“Um, sekitar tiga hari yang lalu, sepulang sekolah…”

“Hmm?”

“Aku kebetulan melihatmu di toko buku, tiga hari yang lalu.”

“Oh ya, tiga hari yang lalu, sepulang sekolah, aku pergi ke toko buku…”

Hmm? Toko buku? Tapi memangnya itu toko buku, ya?

“Tidak, itu Animate. Ada apa, Miyuha? Kamu mengunjungi Animate juga?”

“T-tidak, bukan itu. Kebetulan saja ada di sana, seorang teman memaksaku ke sana hari itu.”

Dia menyangkalnya dengan malu-malu sambil tersipu.

“Kamu sungguh memiliki teman yang baik untuk membawamu ke Animate. Kamu tahu kalau aku khawatir kamu sudah tertutup selama ini, jadi jangan keberatan melihat Animate sesekali.”

Untungnya mereka tidak punya produk 18+ di sana

“Ngomong-ngomong, jika kamu melihatku, kamu setidaknya bisa menyapaku.”

Hmm…

“Ah, aku mengerti… Kamu tidak mau mengenalkanku pada temanmu, ya?”

“Tidak, Itu tidak benar!”

“Aku minta maaf karena kakakmu ini tidak cukup tampan... Kuharap aku memiliki beberapa kualitas sepertimu.”

“Jangan meremehkan diri sendiri. Penampilan seseorang hanyalah dekorasi. Yah, kamu cukup... keren, kok.”

Dia menambahkan dengan berbisik saat pipinya memerah.

Terima kasih, aku tersanjung…

Aku tersenyum.

“Kamu yang paling ganteng, dan lebih tampan dari siapapun di dunia ini, Haru-kun!”

Aku mengabaikan dengung mesin penyaji kari.

“Alasan aku tidak menyapamu saat itu adalah karena…”

Miyuha, yang tampak muram, menatapku tajam namun juga santun.

“Alasan aku tidak menyapamu adalah karena kamu sedang mengobrol dengan seorang wanita.”

Pipinya menggembung seperti anak yang sedang marah.

“Dia sepertinya cukup dekat denganmu. Siapa dia?”

—Aku tidak bisa memaafkanmu, dasar lintah. Dia menggembungkan pipinya seolah berkata seperti itu.

“Maksudmu Rinka?”

Dia memintaku untuk menunjukkan padanya tentang Animate, dan aku melakukannya. Jadi Miyuha juga ada di sana saat itu, ya.

Hmm, entah apa masalahnya.

“Oh, kamu memanggilnya dengan nama depan, Nii-sama.”

Kilau di matanya menghilang.

“Jangan bilang kalau kamu marah padaku, Miyuha?”

“Mari kita bicarakan ini dengan Bunda, oke? Bunda?”

“Ya, ada apa?”

Mirei, yang akhirnya datang membawa kari, menyajikannya di atas meja dan bergabung dalam percakapan.

“Nii-sama sepertinya semakin dekat dengan wanita sebaya.”

“Eh!? Bukan, itu…”

Saat berikutnya.

“APA KAMU BILANG~~~~~~~~~~~?!” dan teriakan itu bergema ke penjuru daerah sekitar. Aku terlalu lambat menutup telingaku dan menerima dampaknya. Tapi Miyuha punya cukup waktu untuk menutupi telinganya, sembari dia menunjukkan ekspresi angkuh.

“Hentikan! Jangan tiba-tiba teriak begitu!”

“Karena, karena, itu berarti Haru-kun akhirnya punya pacar? Ibu gak suka, gak~suka~, jangan tinggalkan Ibu, tolong jangan tinggalkan Ibu, Haru-kun〜〜〜〜!”

Dia menempel padaku. Dia sangat menyebalkan dan berat.

“Haru-kun, Haru~kun! Jangan tinggalkan ibumu, tetaplah bersama Ibu selamanya, dan ikutlah dengan Ibu di kuburan yang sama!”

“Oi, jangan konyol! Kamu terlalu berpikir berlebihan! Lepaskan aku.”

“Semoga berhasil, Nii-sama.”

“Tunggu sebentar! Kenapa kamu lari?! Lakukan sesuatu padanya, Miyuha.”

Miyuha berbalik dan bersikap dingin padaku.

“Nii-sama, yang seorang buaya darat, pantas mendapatkannya.”

Hmph! dia mendengus dan meninggalkan ruang tamu.



Konoyaro…! Bukan urusanmu kemana dan dengan siapa aku pergi. Dan apa yang kamu maksud dengan buaya darat? Lagian, itu juga bukan kencan!

“Haru-kun, Haru~kun! Apakah kamu akan meninggalkan Ibu? Ibu benci itu. Jika kamu pergi, Ibu akan sendirian, Ibu tidak tahu apa yang akan Ibu lakukan tanpamu. Fueh~~~”

Dia meletakkan tangan di atas matanya dan mulai menangis seperti anak kecil.

“Ya Tuhan! Aku tidak pergi kemana-mana! Aku akan tinggal bersamamu selamanya, oke!”

“Apakah kamu mengatakan yang sebenarnya? Berjanjilah! Berjanjilah pada Ibu kalau kamu akan bersama Ibu selamanya! Janji kelingking!”

“Ya, ya, janji kelingking.”

“Yay ♪ Aku berhasil ♪ Sekarang kita akan bersama, selama-lamanya! Bahkan jika alam semesta kiamat, bahkan di dunia berikutnya atau di akhirat! Tidak peduli berapa kali pun itu, kita akan bersama selamanya!”

“Bukankah selamanya itu terlalu lama?”

“Ibu mencintaimu, Haru-kun!”

Dia melompat ke arahku seperti anak anjing. Aku segera diselimuti oleh sensasi lembut dan empuk, saat dia menekan payudara kembarnya yang besar ke arahku, memelukku erat-erat dan menggosok pipinya dengan pipiku.

“…Hentikan…”

Butuh waktu tiga puluh menit untuk melepaskannya dariku.