[LN] Hahaoya ga Ero Ranobe Taishou Jushou Shite Jinsei Tsunda Volume 1 Chapter 1.3 Bahasa Indonesia
Chapter 1: “Mungkin Aku Telah Berbuat Jahat di Kehidupanku Sebelumnya Hingga Membuatku Terjebak Dalam Kehidupan Ini.”
3
Tiga hari kemudian, sepulang sekolah, aku gugup karena akhirnya tibalah waktunya.
Hari ini, bukannya ibuku, akulah orang yang akan berbicara dengan editor. Ibu sudah memberikan nomorku, jadi itu akan langsung ditelpon ke ponselku.
Aku selalu bermimpi untuk bertemu dengan editor yang bertanggung jawab atas karyaku, berharap suatu hari aku akan memenangkan penghargaan, tapi aku tidak pernah mengira aku akan bertemu dengannya dengan cara seperti ini.
Ukh, perutku sakit…
Aku mengganti sepatu di pintu masuk dan menuju gerbang utama.
Hmm? Apa itu?
Ada sebuah mobil mewah berwarna hitam yang diparkir di trotoar di luar gerbang. Wanita yang bersandar di sana, di depan sekolah yang begitu damai, melepaskan tatapan tajam pada para siswa yang meninggalkan sekolah.
Dia tampaknya berusia di akhir 20-an, mengenakan kacamata bundar dan mantel putih lusuh yang memberikannya imej dokter wanita yang cerdik.
Di balik jas labnya yang terasa kurang pas, terlihat ada pakaian yang seperti jas, kancingnya longgar, dan kulit putih serta beha-nya terlihat melalui belahan di antara payudaranya. Melon itu sangat besar menggairahkan.
Di sekitar matanya ada lingkaran hitam yang terlihat seperti dilukis dengan magic pen.
Seorang wanita cantik dengan suasana yang aneh sedang kesana kemari seperti mencari seseorang.
Para siswa yang sedang dalam perjalanan keluar dari sekolah ketakutan. Untuk menghindari kecurigaan, aku menyelinap melewatinya sambil mengendarai sepedaku, tapi aku tidak bisa…
“………….”
Dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon.
Ponsel di sakuku bergetar. Aku secara tidak sadar mengeluarkannya, tapi pada saat itu-.
“Ketemu kau!”
“Ah gawat… Aah?”
Dia menangkapku, itu terjadi begitu cepat, dan mendorongku masuk ke dalam mobil. Sepedaku jatuh membuat suara keras…
“Tolong biarkan aku keluar!”
“Oh, tidak!”
Wanita itu meminta pengemudi untuk menyalakan mobil mewah. Dia kemudian melompat ke kursi belakang tempatku berada, dan mendorongku ke sudut.
“Apa yang mau kau lakukan?”
Apakah aku diculik, tapi kenapa? Kami keluarga miskin, dan aku ragu mereka akan mendapatkan uang tebusan dari kami.
“Hm? Ah! Maafkan aku.”
Tapi wanita itu, yang telah melakukan kejahatan, merespon apa adanya.
“Ini persoalannya.”
“… Kartu nama?”
Aku mengambil dan melihatnya. “Departemen Editorial Bunko Semua Genre” tertulis demikian.
Namanya Kamome Hanagaki.
Keduanya cocok dengan apa yang ibuku katakan tadi malam.
“Jadi, kamu adalah editor yang bertanggung jawab?”
Aku telah mendengar bahwa dia akan meneleponku sepulang sekolah, tapi aku tidak pernah mendengar kalau dia akan menculikku tepat setelah dia meneleponku.
“Ya, aku tidak sabar untuk bekerja sama denganmu! Dan kamu…”
“Maaf, aku terlambat memperkenalkan diri. Aku Haruma Shimomura.”
Aku buru-buru menegakkan posturku.
“Kamu Mating Press Sensei, kan?”
Hanagaki mencondongkan tubuh ke depan dan mengangkat kacamatanya untuk mengamatiku.
“Tidak, maksudku…”
“Kamu adalah Mating Press Sensei, kan?”
D-Dia terlalu dekat.
Aku tidak punya pilihan lain selain panik ketika wanita cantik ini mendekatiku, “Tapi, um… Uh, apakah aku melakukan kesalahan? Apakah aku salah orang?”
Memang, dari sudut pandang Hanagaki Kamome, aku mungkin adalah Mating Press yang dia cari. Tapi…
Apa yang harus aku lakukan? Ini gawat banget.
Haruskah aku memberitahunya kalau itu semua adalah perbuatan ibuku, bahwa “Mating Press” adalah ibuku, dan bahwa aku yang dilahirkan dengan “Mating Press” bukanlah “Mating Press” yang sebenarnya, atau haruskah aku menertawakannya dengan berpura-pura menjadi orang lain.
Atau – Haruskah aku terus berbohong?
Aku akan memulai debutku sebagai penulis pengganti yang bisa berjalan bahu membahu dengan para profesional agar suatu hari aku bisa berkencan dengan Rinka!
Aku menelan ludah, tapi kemudian ponsel Hanagaki bergetar.
“Maaf, ada telepon.”
Dia kemudian menempelkan ponsel ke telinganya,
“Dasar bodoh! Itu harus kancut bergaris! Jadi anak SMP yang memakai kancut begitu adalah jahat, benar-benar jahat! Dan apa maksudmu dengan penurut! Aku akan menghancurkanmu, bangsat!”
Ya Tuhan.
Beberapa saat yang lalu, dia memiliki aura yang penuh dengan wanita lembut, tapi sekarang duduk bersila, mengancam seperti yakuza, berbicara tentang kancut anak SMP. Apa yang sebenarnya terjadi?
Hanagaki menutup telepon dengan wajah datar.
“Maaf, itu telepon dari penulis lain yang ada dalam pengawasanku.”
“…Ngomong-ngomong, apa yang kamu bicarakan barusan?”
Kancut.
“Ini adalah cerita biasa, soal cewek SMP nakal, terkunci di loker ruang konseling siswa dan secara fisik dilatih oleh seorang guru olahraga berotot.”
“Memangnya itu biasa, ya?”
“Ya, benar. Entah kenapa, semua penulis yang bekerja denganku menjijikkan.”
“Toh mau bagaimana lagi sih.” Dia mengangkat bahu.
“Ada pendapat, Mating Press Sensei?”
“Eh… tidak ada?”
“Tidak, maksudku soal gadis SMP yang mengenakan pakaian dalam berenda. Apakah menurutmu itu akan terjadi di kehidupan nyata?”
“Kurasa tidak.”
“Benarkan?”
Sial, dia mengeluarkan hujan lokal.
Aku cukup yakin dia adalah mantan berandalan... Aku hanya bisa gemetaran di sudut kursi belakang.
“Maaf, tapi apakah semua editor sepertimu? Atau hanya kamu saja yang langka, Hanagaki-san?”
“Itu biasa, kok.”
Ya Tuhan.
“Kamu masih muda dan tidak tahu apa-apa tentang industri ini, jadi aku akan memberitahumu sesuatu ♪. Penulis biasanya sosiopat, dan editor kebanyakan penjahat ☆.”
Apa yang dia bicarakan, njir?
Fakta bahwa dia sudah mengakui kalau dia sendiri adalah seorang penjahar!
“Sepertinya kita sudah sampai.”
Mobil kami berhenti di pinggir jalan, di depan sebuah kedai kopi yang mewah.
“Aku sudah mem-booking ruang pribadi hanya untuk kita. Kamu dapat memesan sebanyak yang kamu mau.”
“O-Oke…”
Itu adalah percakapan yang penulis-editor banget, tapi aku ketakutan.
Kami memasuki restoran dan duduk saling berhadapan di sebuah ruang pribadi. Awalnya, kami berdua memesan kopi blend.
“Sekali lagi, aku Hanagaki dari Departemen Editorial Bunko Semua Genre. Senang bertemu denganmu!”
“S-sama-sama! Terima kasih atas tawarannya, aku … Mating Press.”
Aku menambahkan dengan berbisik.
“Hmm.” Dia mengangguk dan berkata, “Aku tidak yakin apakah ini tanya ulang, tapi nama aslimu adalah Haruma Shimomura, kan?”
“Yah, ya …”
Maksudku, aku berharap orang-orang akan berhenti memanggilku Mating Sensei… Aku tidak mengajar soal kawin atau pun seorang pelatih.
“Haruma Shimomura… Begitu ya, kamu memiliki nama asli yang menarik!”
Dia mengangguk seolah-olah dia terkesan oleh sesuatu. Nama asli apanya? Apakah di usianya begitu dia seorang chuunibyou? Ataukah semua orang di bidang Novel Ringan tidak pernah melupakan masa kecil mereka?
Tapi dia tampak sedikit berbeda.
Hanagaki berkata, “Kamu agak sangean di bawah sana, jadi Shimomura memang bagus.”
“Hah? Kok gitu?”
“Musim semi dalam Haruma berarti musim cinta… yang artinya musim kawin! Dan kuda dalam Haruma berarti kamu benar-benar memiliki k*nt*l gede sebesar kuda!”
“Apa yang sebenarnya kamu bicarakan? Apakah kepalamu baik-baik saja?”
“Jadi nama lengkapmu, Haruma Shimomura, berarti k*nt*l gede sebesar kuda di musim kawin yang kadang-kadang sangean! Hebat! Nama yang luar biasa untuk seorang penulis novel er*tis!”
“Tentu saja tidak! Pertunjukan bakat macam apa ini?”
Aku bukan penulis novel er*tis! Itu ibuku, dan orang yang menamaiku... adalah dia! Namaku adalah kutukan darinya!
Hanagaki menyesuaikan posisi kacamata bundarnya yang bergeser.
“Pastikan kamu menyiapkan kartu nama. Kamu akan membutuhkannya untuk upacara penghargaan.”
“Kartu nama… Oke, aku akan meminta ibuku untuk membuatnya.”
Kartu nama terdengar seperti pengusaha, tapi aku merasa sedikit sedih meminta ibuku memesankannya untukku. Tapi tidak ada lagi yang bisa kulakukan.
Tapi kemudian kacamata Hanagaki mengkilat.
“Hou, ibumu yang akan memesankan kartu nama untukmu?”
“Oh, ya…?”
“Maksudmu, kamu akan meminta ibumu membuat kartu nama untuk Mating Press.”
“Guh…!”
“Berapa banyak ‘Mating Press’ untuk kartu nama yang harus kamu buat? Sekitar seratus.”
“Bisakah kamu tidak berbicara seperti itu?”
Maksudku, dialah yang sejak awal memintaku untuk membuatnya.
“Aku tidak bermaksud terdengar aneh, tapi…?”
Hanagaki memposisikan ulang kacamatanya dengan wajah datar.
“Mating Press, tidak masalah, kan? Pokoknya mulai sekarang, kamu akan menunjukkan kartu nama ‘Mating Press’-mu kepada semua orang yang kamu temui, memberi tahu mereka bahwa itu adalah kamu. Bukankah itu cara yang sangat bagus untuk menyapa orang? Beberapa orang akan tercengang…”
Tentu saja!
“Beberapa orang akan mengubah ekspresi mereka jadi rasa jijik!”
Tentu saja mereka akan begitu!
“Para wanita akan tersipu, dasar gigolo!”
“Ah, tolong hentikan!”
Aku tidak ingin dia menjadi editorku.
Berurusan dengannya sama melelahkannya dengan berurusan sama ibuku.
Post a Comment