[WN] Kanojo ga Senpai ni NTR-reta no de, Senpai no Kanojo wo NTR-masu Chapter 18 Bahasa Indonesia

 

Chapter 18 – Di Bawah Cahaya Lampu Jalan (Bagian 2)

 

Aku bertanya-tanya sudah berapa jam telah berlalu sejak saat itu.

Di dalam mobil yang gelap, aku dan Touko-senpai hanya mengawasi apartemen Kamokura Tetsuya dalam diam.

Lampu jalan, yang menyala dari depan dan belakang mobil, menerangi bagian dalam mobil dengan cahaya redup.

.....Perasaan seperti apa yang Touko-senpai rasakan saat melihat dari balik jendela ke apartemen itu?

Touko-senpai dan Kamokura telah pacaran selama lebih dari setengah tahun sekarang.

Mereka berdua sudah dewasa.

Tentu saja, cara mereka berpacaran juga akan menjadi hubungan dewasa.

Mungkin, di ruangan itu, Touko-senpai pasti juga pernah menyerahkan tubuhnya ke Kamokura.

Dan di ranjang yang sama, wanita lain sekarang berhubungan s*ks dengan pacarnya.

....Pasti sulit bagi Touko-senpai untuk mengalami kejadian itu terjadi di kehidupannya....

Tentu saja, aku juga masih merasa sakit, sedih, dan frustasi.

Aku mengingat tubuh Karen.

Kamokura bermain dengan tubuh itu dengan cara apapun yang dia suka.

Karen menanggapinya dengan suara kenikmatan...

Otakku hampir mendidih memikirkannya.

Bahkan sekarang, ‘Pesan Karen dan Kamokura itu masih membuatku trauma.

Tapi, orang yang selalu menyelamatkanku dari itu adalah Touko-senpai.

Saat aku berpikir bahwa Touko-senpai berada dalam situasi yang sama dan berjuang bersamaku, aku bisa mendapatkan kembali ketenanganku.

Selain itu, ada saat-saat ketika aku mengalami depresi, atau sebaliknya, aku kehilangan ketenanganku dan hampir lepas kendali, tapi setiap kali itu terjadi, Touko-senpai terkadang menghiburku dan terkadang memarahiku dengan kata-kata kasar untuk menyemangatiku.

Jika bukan karena Touko-senpai, aku pasti akan sangat muak dengan segalanya hingga berhenti datang kuliah dan mengurung diri di rumah.

Mungkin aku akan membentak Karen, mengasarinya, namun masih berteriak ‘aku tidak ingin putus!’

Meskipun hasilnya akan membuat perasaan Karen semakin menjauh...

Isshiki-kun, kapan kamu mulai pacaran dengan Karen-san?

Tiba-tiba, Touko-senpai bertanya begitu.

Itu saat pesta setelah ujian semester pertama di bulan Juli. Kita melakukannya pesta di perkumpulan, kan?

“Apakah pesta minum yang kita adakan di mana hanya orang-orang yang menyelesaikan ujian yang berkumpul?

“Iya.

Aku telah berbicara dengan Karen beberapa kali sebelumnya.

Selama kamp pelatihan Golden Week, Karen dan aku mulai lebih sering bertemu.

Kemudian, ketika kami berkumpul di tempat nongkrong perkumpulan, kami tentunya akan mengobrol.

Karen adalah gadis ceria yang banyak tertawa dan populer di perkumpulan.

Setelah mengetahui bahwa Touko-senpai berpacaran dengan Kamokura, aku mengalihkan targetku berikutnya pada Karen.

Setelah pesta, aku mengantarkan Karen pulang setengah jalan dan menyatakan perasaanku padanya.

Mungkin, kurang lebih selama dua bulan adalah masa paling menyenangkan yang pernah aku alami.

Hubungan kami menjadi resmi dalam perkumpulan, dan kami pergi berkencan ke berbagai tempat selama liburan musim panas.

...Tapi, sejak kapan Karen mulai berselingkuh dengan Kamokura?

…Meskipun dia bersenang-senang denganku, dia menyembunyikan perselingkuhannya dengan Kamokura..

Aku melihat ke kamar apartemen Kamokura lagi.

Karen juga benar-benar cewek yang mudah dibodohi.

Hari ini, Kamokura hanya memanggil Karen sebagai pengganti karena pacar aslinya, Touko-senpai, tidak bisa datang, tapi Karen tetap mengikuti Komakura.

Tapi, aku tidak tahu apakah Kamokura benar-benar mengatakan, “Kamu hanyalah pengganti.”

“Jadi, begitulah awalnya, ya.”

Dengan kata-kata dari Touko-senpai itu, aku ditarik kembali dari imajinasiku.

Aku bertanya padanya, mencoba menghilangkan pikiran tidak menyenangkan itu.

“Touko-senpai, kamu pacaran dengan Komakura-senpai saat kamu masuk tahun kedua kuliah, kan?”

“Begitulah.”

“Kenapa kamu pacaran dengan Kamokura-senpai?”

Aku selalu memiliki pertanyaan itu di benakku.

Tetsuya Kamokura memang keren.

Dia pria yang tampan, ceria, dan tipe orang yang menarik orang-orang di sekitarnya.

Dia populer di kalangan gadis-gadis baik di SMA, perguruan tinggi, dan klub, di mana pun itu.

Bahkan saat festival SMA, ketika Kamokura tampil sebagai vokalis band, banyak murid perempuan mulai dari kelas satu sampai kelas tiga yang histeris.

Tapi, aku ragu kalau seorang wanita rasional seperti Touko-senpai akan tertarik pada Kamokura atas dasar itu saja.

Aku menjadi lebih yakin setelah kejadian ini.

Siluet Touko-senpai bergerak sedikit.

Aku menoleh dari apartemen.

Lampu jalan samar-samar menerangi sisi wajahnya.

“Tetsuya adalah yang pertama bagiku...”

Touko-senpai muram, dan setelah jeda singkat, dia lanjut berbicara.

“Ketika aku masih di tahun kedua kuliahku, semua teman di sekitarku sudah punya pacar. Mereka berkata, ‘Kamu harus mendapatkan pacar sesegera mungkin. Tidak mungkin kamu belum pernah punya pacar sebelumnya, kan’. Ketika orang-orang bilang kalau itu wajar, aku merasa aku harus mendapatkan pacar. Mungkin aku terburu-buru karena segala hal yang terjadi pada saat itu.”

Sisi wajah Touko-senpai, yang diterangi oleh cahaya kabur dari lampu jalan, tampak seindah lukisan.

Hanya mulutnya yang bergerak kecil.

“Tetsuya telah mendekatiku sejak aku masuk SMA. Tetsuya adalah pria yang tampan, tidak bodoh, pandai olahraga, dan dia bisa menjadi pusat perkumpulan. Dia juga sangat baik padaku. Kupikir dia akan menjadi pacar yang baik. Aku sangat naif.”

Saat dia berkata begitu, aku berpikir bahwa, bahkan seorang wanita sekaliber Touko-senpai pun berpikiran seperti itu.

Namun, itu hal yang wajar.

“Tapi, bukankah itulah yang dilakukan wanita normal ketika mereka memilih pacar? Bukankah itulah sebabnya Touko-senpai bisa menghadapi masalah ini dengan tenang?”

“Apakah aku terlihat tenang?”