[LN] Kanojo ga Senpai ni NTR-reta no de, Senpai no Kanojo wo NTR-masu Volume 1 Chapter 1 Bahasa Indonesia

 

1. Pacarku Berselingkuh dengan Senpai

 

Aku, Yuu Isshiki, melihat sesuatu yang membuat tanganku gemetaran.

…Ini bohong… Ini pasti bohongkan?

Namun, apa yang muncul di layar smartphone mengungkapkan, sampai ke tingkat yang menyakitkan, jenis hubungan yang mereka berdua miliki.

> (Kamokura-senpai) Karen, apakah kamu sudah sampai?

> (Karen) Ya, Karen baru saja sampai rumah.

> (Kamokura-senpai) Sama, aku juga baru sampai rumah. Tapi, tahukah kamu? Aku sudah kangen kami, Karen.

> (Karen) Karen juga! Sensasi Senpai masih segar di pikiran Karen!

> (Kamokura-senpai) Stiker [Jempol]

> (Karen) Stiker [Mantab!]

> (Kamokura-senpai) Karen, kamu hebat, beneran. Bagaimana kalau kamu menjadi milikku dan milikku seorang?

> (Karen) Eh~, tapi, bukankah senpai sudah punya pacar? Sakurajima Touko-senpai.

> (Kamokura-senpai) Tapi tahukah kamu? Aku benar-benar percaya kalau tubuh kita sangat cocok, bukankah menurutmu juga begitu?

> (Karen) Karen juga berpikir begitu!

> (Kamokura-senpai) Iya, kan? Kalau begitu mari kita buat agar kita bisa bersama lebih sering lagi!

> (Karen) Kan sudah seminggu sekali !

> (Kamokura-senpai) Aku mau setiap hari!

> (Karen) Wkwk

> (Kamokura-senpai) Karen, bahkan kamu sendiri bilang kan, kalau aku lebih enak dari Isshiki.

Seperti yang diharapkan, aku tidak sanggup membacanya lagi lebih dari itu. Hanya beberapa kali meng-scroll layarnya ke bawah sudah cukup.

Aku memotret layar itu dengan ponselku sendiri.

Ada sekitar 3 pertukaran pesan di antara mereka dalam suasana yang sama.

Jika tidak salah ingat, hari-hari itu adalah hari-hari di mana dia tidak bertemu denganku.

Hari-hari di mana dia berkata dia akan ‘bertemu dengan seorang teman, pergi makan bersama keluarganya, ada tugas yang harus dikerjakan.

Namun, kenyataannya adalah, bahwa pada hari-hari itu, Karen Mitsumoto, yang seharusnya adalah pacarku, telah bertemu dengan seorang senpai dari perkumpulanku, Tetsuya Kamokura… Dan itu pun di love hotel, serta banyak tempat lainnya…

Melihat ke halaman web konseling hubungan yang ditujukan untuk wanita, mereka bilang bahwa hal-hal semacam ini dikarenakan kesalahan si cowok.

Cowok yang tidak percaya pada ceweknya-lah yang salah—

—Itu karena si cowok tidak menghargai ceweknya sebagaimana mestinya sehingga dia diselingkuhi. Kau menuai apa yang kau tabur—

Berani melihat ponsel orang lain tanpa izin! Itu yang terburuk dari yang terburuk!—

Aku mengembalikan ponsel Karen ke tempatnya, ke dalam jaketnya.

Beberapa hari sebelumnya, Karen berganti ponsel. Dia mengatakan sesuatu soal sensor sidik jari-nya tidak berfungsi dengan benar, jadi dia mengubah kunci pengamannya ke mode PIN. Aku tahu PIN-nya. PIN-nya adalah hari ulang tahun mantan pacarnya. Aku hanya kebetulan mendengar dan mengetahui itu.

Jadi, ketika ponsel Karen bergetar, aku melihat layar yang menampilkan Youko-senpai dan akhirnya membuka kunci ponselnya.

Adapun alasannya, itu karena Youko-senpai adalah senpai-ku dari pekerjaan paruh waktu. Mereka seharusnya tidak saling mengenal.

Kemudian, ketika dibuka, yang muncul di layar adalah percakapan di atas… Begitulah urutannya sampai saat sini.

Kami sedang berada di love hotel. Dan saat ini, Karen sedang mandi.

Aku mengenakan kembali pakaian, yang telah aku lepas dan lemparkan ke lantai, lalu meninggalkan hotel tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Setelah berjalan jauh, aku mengirim pesan kepada Karen yang berisikan: ‘Aku ada urusan mendadak. Aku pergi duluan.

Tidak menuju stasiun kereta terdekat dengan hotel, aku berjalan tanpa tujuan dengan langkah terhuyung-huyung.

Aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan seandainya aku tetap di dalam hotel dan menatap wajah Karen.

Apakah aku akan menyudutkannya dengan pertanyaan? Apakah aku akan kehilangan ketenangan dan menangis tersedu-sedu? Ataukah mungkin, aku akhirnya akan melakukan kekerasan pada Karen?

Untuk mencegah hal itu terjadi, aku meninggalkan hotel sendirian.

Akibat syok ini, aku tidak bisa berpikir jernih sedikit pun.

Rasanya seperti kepalaku berputar-putar. Seolah-olah aku dalam keadaan linglung atau sedang bermimpi.

…Ya, pasti begitu. Tolong, biarkan ini hanya sebuah mimpi buruk…

Meskipun begitu, aku sepenuhnya sadar bahwa ini bukanlah mimpi. Ini nyata.

Aku—mahasiswa baru Jurusan Teknik Informatika Universitas Jouto, Isshiki Yuu.

Pacarku—mahasiswi baru Jurusan Sastra Inggris dan Amerika, Fakultas Sastra, Mitsumoto Karen—telah ‘menyelingkuhiku’.

Dan selingkuhannya adalah senpai dari SMA dan universitas-ku, dan terlebih lagi, seseorang dari perkumpulanku, ‘Tetsuya Kamokura’.

Aku memiliki perasaan yang sangat sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata, terasa seperti jantungku akan meledak, dan pada saat yang sama, rasanya sangat hampa.

Tanpa disadari, aku telah berjalan jauh-jauh ke pinggir sungai Edogawa.

Isi kepalaku terbakar, ini sebenarnya adalah hasil yang wajar.

Aku duduk sendiri di tepi sungai dan tetap menatap sungai selama beberapa saat.

…Si Kamokura bajingan itu. Berani-beraninya dia menyentuh Karen?! Padahal dia sendiri sudah punya pacar yang cantik seperti itu…

Pacar Tetsuya Kamokura, Touko Sakurajima adalah mahasiswi tahun kedua dari Jurusan Teknik komputer, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Jouto yang sama.

Kami bertiga, Tetsuya Kamokura, Touko Sakurajima, dan aku, lulus dari SMA Prefektur Kaihin Makuhari yang sama dan berada di universitas yang sama, fakultas yang sama, dan jurusan yang sama. Terlebih lagi, kami semua adalah bagian dari perkumpulan yang sama.

Touko-senpai adalah wanita yang tekenal cantik, hingga  tidak ada seorang pun di universitas yang tidak tahu tentangnya.

Penampilan halus yang mengungkapkan pengetahuan dan keanggunannya, ditambah dengan tubuh yang diberkahi dengan proporsi luar biasa yang membuat wanita lain iri. Orang-orang di universitas memanggilnya ‘Miss bayangan Universitas Jouto’ atau ‘Ratu Kampus Sejati’.

Sebenarnya, aku mendengar bahwa Touko-senpai dinominasikan untuk kontes ‘Miss Universitas Jouto’ yang diadakan selama festival kampus dan sudah pasti bahwa dia akan menang selama dia tampil. Namun, dia sendiri menolak undangan itu.

​​Seorang wanita cerdas yang tidak terbuai oleh kecantikan luarnya sendiri dan sebaliknya memahami dengan baik kelebihannya sendiri.

Tak perlu dikatakan lagi, bahkan ketika kami di SMA pun, dia sudah menjadi incaran banyak laki-laki. Karena saat itu dia adalah ketua klub sastra dan pustakawan, dia selalu berada di perpustakaan. Berkat itulah, dia mendapat julukan ‘Dewi Perpustakaan’.

Akibatnya, siswa laki-laki pergi ke perpustakaan berharap agar dapat melihatnya, dan jika seseorang kebetulan melihatnya dalam perjalanan pergi atau pulang sekolah, itu akan menjadi topik terpanas saat itu. Aku juga adalah salah satu siswa laki-laki yang telah mendambakannya sejak SMA.

Orang yang mulai pacaran dengan Touko-senpai saat dimulainya tahun keduanya di universitas adalah Kamokura Tetsuya, yang satu tahun lebih tua darinya.

…Aku bertanya-tanya… Apakah Touko-senpai tahu bahwa Kamokura berselingkuh dengan Karen…?

Kemarahan dan kekecewaan tiba-tiba meledak di dadaku.

“Aku tidak bisa membiarkannya tetap seperti ini.”

Pikiran itu mengambil alih seluruh akal sehatku. Aku mengeluarkan ponselku.

Dari daftar nomor kontak yang tersimpan di dalamnya, aku memilih ‘Touko Sakurajima’ dan menekan tombol panggil.

Pada dering ketiga, sisi lain telepon menjawab.

“Halo?”

Di tengah badai yang disebabkan oleh kemarahan, kesedihan, dan keputusasaan, aku memberitahunya dengan nada setengah sadar.

“Touko-senpai, tolong berselingkuh denganku.”

***

 

“Itu… Kau bilang begitu padanya? Kau… bicara begitu ke ‘Miss Universitas Jouto Sejati’?”

Youta Ishida menatapku dengan tatapan tak percaya.

“Ya, aku merasa bahwa segalanya sudah tidak penting lagi saat itu.”

Tanpa ragu, aku telah mengatakan itu dengan tidak bertanggung jawab.

Youta Ishida. Aku mengenal pria ini sejak kami duduk di bangku SMP.

Meskipun SMP kami berbeda saat itu, kami masuk ke bimbel yang sama, di mana kami mulai bergaul dengan baik, dan di SMA, kami berada di kelas yang sama selama tiga tahun. Bahkan universitas, fakultas, dan jurusan kami pun sama.

Ketika aku mengiriminya pesan yang mengatakan kepadanya ‘Karen selingkuh. Dan itu dengan Kamokura-senpai’, dia repot-repot langsung darang ke rumahku karena khawatir.

“Dan, apa jawaban Touko-senpai?”

Aku bisa mendengar Ishida menelan ludah saat mengatakan itu.

“Touko-senpai…”

Dengan pandangan kosong di mataku, aku menceritakan apa yang terjadi.

***

 

“Kamu, apa-apaan yang kamu katakan barusan itu?”

Pada kalimat pembukaku, Touko-senpai, setengah kaget dan setengah tidak percaya, menanyakan itu padaku.

“Kamu tidak mengerti? Maksudku, tolong berhubungan s*ks-lah denganku.”

Aku menyatakannya dengan nada yang paling acuh tak acuh. Bagaimana semua orang di dunia akan melihatku, apa jadinya jika orang-orang di sekitarku mulai berbicara di belakangku, aku sudah tidak lagi peduli pada semua itu.

Setelah lama terdiam, Touko-senpai akhirnya angkat bicara.

“Apakah terjadi sesuatu?”

Meskipun itu adalah suara yang telah diproses dan dihasilkan oleh telepon, suaranya jelas menunjukkan rasa khawatir yang tulus padaku.

Aku tidak bisa menjawabnya. Aku bahkan tidak bisa memikirkan dari mana aku harus mulai menjelaskannya.

…Pacarmu mencuri pacarku…

…Sebagai balasan untuk itu, aku ingin mencurimu darinya…

…Aku berhak untuk itu…

…Kamu, yang telah dikhianati olehnya, harus melakukan hal yang sama padanya…

Kalimat-kalimat itu, potongan-potongan perasaan itu berputar-putar di kepalaku. Namun, semua itu tidak dapat keluar menjadi kata-kata.

Sekali lagi, untuk kedua kalinya, suara Touko-senpai terdengar dari telepon.

“Sesuatu telah terjadi padamu, kan? Aku ingin kamu memberitahuku. Karena aku merasa bahwa kamu bukanlah tipe orang yang akan mengatakan omong kosong semacam itu tanpa alasan yang tepat.”

Begitu aku mendengar kata-kata itu, air mata mengalir dari kedua mataku.

Itu benar, aku bukanlah seseorang yang tidak waras seperti itu. Jika aku harus memilih salah satu, aku adalah orang normal.

Merekalah yang gila. Tetsuya Kamokura dan Karen Mitsumoto.

Pria yang dengan begitu santainya memasang wajah senpai palsu setelah mencuri pacar kouhai-nya, dan wanita yang dengan acuh tak acuh berselingkuh dengan senpai pacarnya.

Setelah hal itu diingatkan padaku oleh Touko-senpai, perasaan frustrasiku meluap seketika bersamaan dengan air mataku yang mengalir.

“P-Pacarku, Karen dan… Kamokura-senpai… berselingkuh… A-Aku tidak tahu… Apa yang harus aku lakukan…”

Mengatakan itu di sela-sela tangisku adalah satu-satunya yang bisa kulakukan.

Aku pikir aku mendengar Touko-senpai menahan napasnya di sisi lain telepon.

“…Apakah itu benar? Apakah kamu yakin?”

“Kuharap itu semua… Bohong… Sungguh…”

Aku tidak bisa menyuarakan pikiranku lagi. Hanya isakan tersedu-sedu yang terdengar di telepon.

“Isshiki-kun, untuk saat ini, cobalah untuk tenang. Aku akan menanyakan detailnya besok. Sampai saat itu, pastikan untuk tidak memberi tahu orang lain tentang hal ini.”

***

 

Meski dia suruh begitu, karena aku terus sendirian, perasaan ini terus menggerogotiku dari dalam, jadi setelah pulang ke rumah, aku memutuskan untuk menghubungimu saja, Ishida.”

Aku memberi tahu Ishida seluruh cerita tentang kejadian itu.

“Yah, itu bisa dimengerti. Memendamnya sendirian pasti sulit. Menurutku kamu sudah melakukannya dengan baik karena memberi tahuku mengenai itu.”

Ishida mendukung pendapatku.

Hanya dengan memberi tahu orang lain soal rangkaian peristiwa ini, bukan berarti beban besar telah terangkat dari pundakku. Tetap saja, itu mungkin sedikit lebih baik daripada dipendam sendiri.

Apakah kamu punya rencana soal apa yang akan kamu lakukan dengan Karen-chan setelah ini?

Setelah Ishida memberitahukan itu, untuk pertama kalinya, aku mulai memikirkannya.

…Benar juga. Apa yang harus aku lakukan dengan Karen setelah ini...?

Ada bagian dari diriku yang tidak akan memaafkannya.

Namun, aku tidak bisa menguatkan tekadku untuk segera putus dengannya.

Aku masih belum memutuskan apa yang akan aku lakukan. Tapi, aku juga tidak punya niat untuk membiarkan ini begitu saja tanpa melakukan sesuatu.”

“Yah, bagaimanapun juga, ini bukanlah sesuatu yang dapat dengan mudah kamu  atau perasaanmu sendiri selesaikan.”

Kemudian, Ishida mencondongkannya tubuh ke depan.

“Nah, bagaimana dengan Touko-senpai? Apa yang akan kamu lakukan?

“Apa maksudmu?”

“Kamu akan menemuinya besok, kan? Jadi, apa kamu berencana untuk lebih dekat dengan Touko-senpai?”

Aku mulai merenung.

Saat itu, aku mengatakan hal-hal sepeti itu karena terbawa emosi… Touko-senpai juga pasti memiliki perasaannya sendiri tentang masalah ini. Tapi yah, aku tidak bisa membayangkan kalau Touko-senpai akan membiarkan dirinya terpengaruh begitu saja.”

“Kamu benar. Bagaimanapun juga, dia adalah wanita yang kuat.”

Ishida menyilangkan tangannya di belakang kepala dan bersandar ke belakang.

“Yuu, apa yang akan kau bicarakan dengan Touko-senpai nanti?”

Aku juga belum tahu. Satu-satunya hal yang kupikirkan adalah, aku akan menceritakan semua yang terjadi padanya.”

“Apakah itu termasuk buktinya? Foto chatting-an antara Karen-chan dan Kamokura-senpai?

“Kemungkinan besar begitu.”

“Hmm.”

Ishida merenung sejenak.

Aku tdak akan menyuruhmu sesuatu seperti, jangan lakukan itu. Aku hanya mau bilang kalau kamu harus sangat berhati-hati dengan timing dan caramu mengatakannya. Aku sering mendengar bahwa dalam situasi perselingkuhan seperti ini, si cowok akhirnya akan membenci ceweknya, namun si cewek akan membenci wanita selingkuhan pacarnya.”

Aku tidak bisa sepenuhnya memahami makna di balik apa yang dikatakan Ishida.

Tidak, mungkin lebih tepatnya, pikiranku hari ini tidak memiliki banyak waktu untuk memikirkan hal-hal semacam itu.

Bagaimanapun juga, aku akan bertemu dengan Touko-senpai dan terang-terangan padanya, tanpa menyembunyikan apa pun.

Hanya itulah yang memenuhi pikiranku.

***

 

Keesokan harinya jam 3 sore.

Aku berada di sebuah kafe yang terletak di stasiun kereta api yang jauh dari kampusku. Aku di sini untuk bertemu dengan Touko-senpai.

Aku telah tiba 15 menit sebelum waktu yang ditentukan, duduk, dan sekarang sedang menunggu.

Aku telah berpikir soal bagaimana aku harus menceritakannya pada Touko-senpai. Namun, aku tidak dapat menemukan satu ide pun yang meyakinkan.

Terlebih lagi… Setiap kali aku memikirkan perselingkuhan Karen dan Kamokura, tidak peduli seberapa keras aku mencoba, aku akan selalu membayangkan mereka berdua melakukan kencan rahasia.

…Apa yang membuat mereka berdua sampai pada keputusan untuk menyelingkuhi kami?

Selama berselingkuh, hal-hal apa saja yang dilakukan Karen dan Kamokura?

…Reaksi seperti apa yang ditunjukkan Karen?

…Apa yang mereka berdua bicarakan setelah melakukan itu?

Memikirkannya saja sudah membuatku merasa seperti menggila karena frustrasi dan rasa sakit.

Begitu sakit sehingga aku lebih memilih semua ingatanku tentang Karen dihilangkan dari otakku.

Tidak mungkin aku bisa menyusun percakapan yang ingin aku lakukan dengan Touko-senpai sambil merasa sangat sedih.

Touko-senpai tiba 5 menit sebelum waktu janjian. Sungguh orang yang sangat disiplin dalam hal melakukan sesuatu atau bertemu seseorang.

Dia mengenakan jaket tipis berwarna krem ​​di atas sweter tipis berleher panjang, ditambah dengan kulot kotak-kotak berwarna cerah di atas pahanya yang seputih salju.

Meskipun pakaiannya adalah pakaian standar untuk bulan Oktober, banyak tatapan pria di dalam toko masih tertuju pada Touko-senpai.

Touko-senpai tinggi dan memiliki bentuh tubuh yang sangat bagus. Bentuk tubuhnya setara dengan model fashion, tidak, bahkan setara model gravure.

Rambut hitam panjang yang cocok dengan kecantikan intelektual dan parasnya. Terlepas dari tubuhnya yang langsing dan kurus secara keseluruhan, dadanya sangat ideal sebagaimana ukuran payudara semestinya.

Tampil elegan dan menarik, yang meski pun tidak mencolok, tapi tetap mampu menarik perhatian orang-orang sekitar.

“Aku akan memesan kopi. Tolong tunggu sebentar.”

Dia meninggalkan tas tangan dan jaketnya di kursi dan menuju kasir.

Tak lama kemudian, dia kembali dengan membawa kopi ukuran besar di tangannya.

Dia duduk di seberangku dan dengan postur begitu, dia berbicara padaku.

“Pertama-tama beri tahu aku apa yang terjadi. Bagaimana kamu bisa tahu bahwa Karen-san selingkuh, dan bagaimana kamu bisa menganggap bahwa Tetsuya adalah selingkuhannya?”

“Aku kebetulan melihat ponsel Karen. Dan ketika aku melihatnya, aku menemukan chatting-an media sosoal antara dia dan Kamokura-senpai…”

Aku mulai menceritakan kejadian tadi malam. Masih menyakitkan bagiku untuk mengingatnya, tapi aku tidak menangis lagi.

Rasa sakit di hatiku tidak berubah, tapi pada saat yang sama, aku merasa emosiku juga mengering.

Saat dia terus mendengarkan ceritaku, ekspresi Touko-senpai menjadi semakin tegang.

“Sekarang katakan, apakah kamu memiliki foto buktinya? Jika kamu punya, biarkan aku melihatnya.”

Aku menampilkan gambar chatting-an antara Karen dan Kamokura-senpai di ponselku dan memberikannya pada Touko-senpai.

Touko-senpai menatap gambar itu, memeriksa setiap kalimatnya dengan seksama. Aku bisa melihat bahwa wajahnya semakin memucat secara bertahap.

Dia tetap terdiam di posisi yang sama selama sekitar 5 menit.

“Kurasa ini artinya kamu tidak berbohong.”

Dia mengatakan itu dengan wajahnya yang benar-benar pucat.

Tangannya, yang mengembalikan ponselku, sedikit gemetar.

“Melihat ini, tidak mungkin aku bisa berpikir kalian dia tidak selingkuh!”

Seolah emosi, aku menjawab balik padanya sambil mengambil kembali ponselku.

Mungkin mencoba menenangkan diri, Touko-senpai perlahan mengangkat cangkir kopi menuju bibirnya. Namun, dia berhenti di posisi itu, bahkan tidak mencoba menyesap kopinya.

Aku juga hanya terus menatap meja.

Waktu berlalu saat kami berdua terus menundukkan kepala.

“Lalu, apa yang kamu ingin aku lakukan?”

Setelah sekitar 5 menit berlalu, Touko-senpai mengeluarkan kata-kata itu, hampir seperti memaksa dirinya sendiri untuk mengatakan itu.

Entah sejak kapan, cangkir kopi telah diletakkan kembali di atas meja.

Aku tidak bisa memberikan tanggapan langsung.

…Aku ingin membalas si brengsek Kamokura itu, dan karena itulah, aku ingin melakukannya bersamamu…

Niatku yang sebenarnya kurang lebih seperti kalimat tersebut, tapi aku sadar itu juga hal yang tidak sopan terhadap Touko-senpai.

Lagipula, dia juga adalah korban dalam semua ini.

“A… Aku tidak bisa begitu saja memaafkan mereka dan tidak melakukan apa-apa. Itulah sebabnya…”

“Itulah sebabnya kamu ingin berselingkuh denganku sebagai balasannya. Begitulah, kan?”

Aku melirik ke atas, ke arah Touko-senpai.

Apa yang kemudian memasuki bidang pandangku adalah lingkar dadanya yang sangat indah.

…Kamokura sialan! Tidak puas meraba payudara besar sempurna itu semaunya, dia masih berani-beraninya menyentuh dada pacarku sesukanya!…

Aku merasakan api hitam dari kemarahan mulai membara sekali lagi di dalam diriku.

Sensasi panas dari api itu keluar dari mulutku membentuk kata-kata “Benar sekali”.

Touko-senpai mendekatkan bibirnya ke cangkir kopi dalam diam. Dia adalah seorang wanita yang bahkan bisa membuat satu gerakan ini menjadi layaknya sebuah mahakarya lukisan.

Tak lama kemudian, dia meletakkan kopinya di atas meja dan berbicara dengan tenang.

“Aku mengerti perasaanmu, tapi aku tidak bisa melakukan itu.”

“Apakah itu artinya aku tidak cukup untuk menjadi pasangan selingkuhanmu?”

Yah, jelas saja. Bahkan jika aku sangat senang berselingkuh dengan Touko-senpai, dia juga berhak untuk memilih siapa yang dia inginkan sebagai pasangannya. Tidak peduli siapa yang kalian tanyakan, mereka akan bilang bahwa aku dan Touko-senpai tidak cocok satu sama lain.

Namun, tentu saja, mendengar kata-kata itu langsung membuatku merasa sangat sedih.

…Apakah aku jauh lebih rendah dari Kamokura sialan itu…?

…Sangat rendahan sehingga, meskipun dia sudah tahu bahwa Kamokura telah meniduri pacarku, Touko-senpai masih tidak akan membiarkan orang lain selain Kamokura bersamanya…?

Membandingkan diriku dengan Kamokura, aku mulai merasa bahwa aku sangat menyedihkan.

“Bukan begitu. Ada 3 alasan utama kenapa aku tidak akan berselingkuh.”

Touko-senpai mulai berbicara dengan lambat, seolah-olah dia mengatakan itu pada dirinya sendiri juga.

“Yang pertama adalah: Aku belum benar-benar yakin bahwa Tetsuya benar-benar selingkuh dengan Karen-san.”

“Seharusnya semua itu sudah tidak diragukan lagi. Aku bahkan memiliki foto chatting-an mereka.”

“Ya, kemungkinan besar itu memang benar. Namun, kemungkinan bahwa itu hasil rekayasa dari seseorang juga masih ada. Pernah ada seorang pria yang datang kepadaku dan bilang bahwa Tetsuya menduakanku dengan wanita lain agar aku putus dengan Tetsuya.”

“Aku tidak akan melakukan hal seperti itu!”

“Aku juga percaya kalau kau bukanlah tipe orang yang akan melakukan itu. Meski begitu, masih ada kemungkinan bahwa kau sendiri ditipu oleh seseorang, kan? Bagaimana jika chatting-an itu tidak lebih dari prank yang dibuat oleh Karen-san?”

Aku terdiam. Aku tidak berpikir itu mungkin, tapi aku tidak memiliki cukup dasar untuk menegaskannya.

“Alasan kedua adalah: Jika kamu dan aku berselingkuh sekarang, kita akan kehilangan hak kita untuk menyalahkan mereka.”

“Hak untuk menyalahkan mereka?”

Aku bertanya balik.

“Ya. Aku tidak tahu apa yang akan kamu lakukan dengan Karen-san setelah ini, tapi aku berpikir untuk putus dengan Tetsuya jika perselingkuhan ini ternyata benar adanya. Aku tidak akan membiarkan dia bilang, ‘Kamu juga selingkuh!’ padaku. Karena itulah, aku harus tetap bersih dari segala kesalahan!”

Begitu ya, jadi itu logikanya. Sungguh pemikiran yang logis. Seperti yang diharapkan darinya. Meskipun begitu…

“Touko-senpai, apakah kamu tidak merasa kesal? Apakah kamu benar-benar akan mengakhiri ini hanya dengan putus setelah dia menyelingkuhimu? Apakah kamu tidak merasa perlu untuk membalas dendam padanya? ”

“Itulah alasan ketigaku.”

“Apa maksudmu?”

“Aku tidak akan puas dengan pembalasan normal. Aku harus membuat dia, Tetsuya, sangat menyesalinya hingga dia merasa ingin mati… Bahkan jika dia dicampakkan olehku, itu masih tak masalah baginya karena dia masih bisa pacaran Karen-san. Aku tidak akan membiarkan dia bisa merasa seperti itu sama sekali. Aku akan membuatnya menderita karena penyesalan dan keputusasaan yang teramat sangat sehingga dia memohon seseorang untuk membunuhnya.”

Aku berpikir sejenak bahwa aku melihat api biru seperti api neraka yang menyala di mata Touko-senpai.

Kemarahan yang terpancar darinya begitu luar biasa sehingga bahkan aku pun, yang sesama korban, merasa merinding.

Mungkin dia menyadari reaksiku itu, karena dia menghela nafas dan membuang aura hitam yang mengelilinginya. Dia mengambil napas dalam-dalam dan berbicara padaku dengan suaranya yang tenang seperti sebelumnya.

“Namun, sampai kita memiliki bukti tak terbantahkan tentang hubungan perselingkuhan mereka, kita harus mundur sejenak, mempercayai mereka, dan mengamati mereka. Terlepas dari seberapa perih rasanya, akan buruk untuk membuat keributan namun ternyata itu semua hanya lelucon.”

…Mempercayai mereka…

Mudah diucapkan, tapi dalam keadaan seperti ini, itu adalah salah satu hal yang paling sulit dan menjengkelkan untuk dilakukan.

Bahkan ada bagian dari diriku pun yang ingin percaya pada Karen. Berkali-kali aku memikirkan betapa bagusnya jika chatting-an kemarin adalah kebohongan, bahwa ini semua adalah semacam kesalahpahaman.

Terlepas dari itu, mengingat chatting-an pesan itu, ada sesuatu yang tidak bisa ditekan hanya dengan pemikiran itu saja.

Aku menarik napas dalam-dalam sekali dan mulai bertanya padanya.

“Bagaimana jika mereka terus melakukan perselingkuhan ini?”

“Hmm…”

Dia menyilangkan tangannya dan meletakkan tangan terkepal ke dagunya seraya berpikir.

“Pada saat itu, aku akan benar-benar membalasnya secara menyeluruh. Aku tidak akan puas kalau dia belum merasa trauma selama sisa hidupnya… Dan jika aku akhirnya berselingkuh, itu akan terjadi setelah aku menemukan bukti perselingkuhan Tetsuya dan melabraknya dengan itu.”

Aku refleks mengangkat wajahku.

Jika dia akhirnya berselingkuh, itu akan terjadi setelah dia melabraknya dengan bukti, katanya?… Pada momen itu, apakah dia akan melakukannya denganku?

 


 

Aku membayangkan adegan itu.

Kamokura menempel memohon pada Touko-senpai sambil menangis.

Meski pun begitu, Touko-senpai menepisnya tanpa ragu sedikit pun.

Dan yang berada disamping Touko-senpai adalah aku…

…Jika kami berhasil mewujudkan itu, bukankah itu akan menjadi balas dendam terbaik?

Melihatku tenggelam dalam lamunanku, Touko-senpai buru-buru melambaikan tangannya dengan bingung.

“Tidak, tunggu! Aku tidak bermaksud berselingkuh! Maksudku adalah, jika aku melakukan apa yang kamu usulkan, Isshiki-kun, aku tidak akan melakukannya sekarang. Jangan salah paham!”

Dia berbicara dengan wajah memerah, menyangkal kata-katanya sebelumnya.

Ohh, jadi itu hanya situasi hipotetis, ya…

Jadi, bahkan Touko-senpai pun terkadang akan menjadi gelisah dan berbicara terburu-buru begitu.

“Pokoknya, untuk saat ini kita harus menunggu dan melihat. Apakah Tetsuya dan Karen-san selingkuh atau tidak, hal pertama yang perlu kita lakukan adalah menemukan beberapa bukti kuat.”

“Tunggu dan lihat… Dan apa makudnya? Apakah kita akan membiarkan mereka berdua begitu saja?”

Masih agak skeptis, aku menanyakan itu.

Menurutku, hatiku tidak akan bisa bertahan lagi jika kami membiarkannya seperti itu.

“Bukan berarti kita benar-benar tidak akan melakukan apa-apa. Kita akan mulai dengan memperhatikan keduanya secara cermat tanpa membuat keributan atau mendesak mereka dengan pertanyaan. Persoalan untuk mendapatkan bukti pasti dari perselingkuhan mereka menjadi prioritas kita di sini.”

“Apa bukti pasti perselingkuhan mereka yang kamu bicarakan itu, Touko-senpai?”

Menurutku, foto chatting-an mereka sudah lebih dari cukup bukti…

“Ya, kamu benar. Biasanya, dalam persidangan untuk menentukan bahwa ‘perselingkuhan’ telah terjadi, kamu memerlukan bukti bahwa mereka berdua telah memasuki hotel bersama atau bahwa tersangka telah memasuki rumah anggota lawan jenis dan menghabiskan malam berduaan dengannya…”

Setelah merenung sebentar, aku menyuarakan pendapatku.

“Kalau begitu, bukankah sudah jelas kalau tempat di mana mereka berselingkuh adalah apartemen Kamokura-senpai? Kita berdua pergi ke universitas dari rumah orang tua kita, tapi kalau tidak salah, Kamokura-senpai menyewa apartemen di kota, kan?”

“Menurutku tidak begitu.”

Touko-senpai menolak ideku dalam sekejap.

“Tetsuya menyewa apartemen bersama kakak laki-lakinya yang seorang karyawan perusahaan. Itulah sebabnya dia tidak bisa dengan mudah membawa seorang gadis ke sana. Selain itu, untuk melakukan sesuatu seperti membawa seorang gadis ke apartemennya; Aku tidak bisa membayangkan Tetsuya akan melakukan sesuatu yang begitu berisiko dan adanya kemungkinan kalau aku akan mengetahuinya.”

Begitu, ya. Jika itu yang dikatakan Touko-senpai, yang merupakan pacar Kamokura, pasti memang benar begitu.

“Itu berarti mereka berdua bertemu di suatu tempat di luar, kan?”

“Ya. Itu juga membuat penentuan sarang cinta mereka menjadi tugas yang sulit.”

“Itu membuatku jadi bertanya-tanya, sebenarnya sudah berapa lama mereka berdua melakukan ini?”

Setelah aku berbicara sambil menghela nafas, Touko-senpai menatapku dengan terkejut.

“Apakah kamu tidak melihat chatting-an mereka?”

“Tidak mungkin aku bisa dengan tenang melihat dan menganalisis sesuatu seperti chatting-an cinta rahasia mereka!”

Aku mengekspresikan emosiku dengan kalimat itu, yang dibalasnya hanya dengan gumamam, ‘Sungguh bermental lemah’.

Tidak memperhatikan diriku yang marah, dia melanjutkan kata-katanya.

“Berdasarkan konten media sosial yang kamu tunjukkan padaku barusan, aku bisa menebak kalau itu baru ketiga atau keempat kalinya mereka melakukan itu? Dengan asumsi tersebut, kurasa itu dimulai sekitar waktu ketika liburan musim panas selesai.”

“Apa yang membuatmu berpikir begitu?”

“Ada bagian di mana mereka mengatakan ‘seminggu sekali’, kan? Selanjutnya, melihat tanggal ketika mereka berdua bertemu, itu adalah malam Senin atau Kamis. Aku juga bisa menegaskan bahwa aku juga tidak menghabiskan hari-hari itu bersama Tetsuya.”

“Aku juga sama. Pada hari-hari di mana mereka tampaknya bertemu, aku juga tidak bertemu Karen saat itu.”

“Senin dan Kamis adalah hari di mana aku ada kelas lab dan kelas praktik. Itulah sebabnya kuliahku sering kali selesai lama. Isshiki-kun, bukankah kamu juga memiliki suatu urusan yang tidak boleh kamu lewatkan pada hari Senin dan Kamis?”

Setelah dia menyebutkan itu, memang benar. Aku juga memiliki kelas wajib sampai jam kelima pada hari Senin dan Kamis.

Di sisi lain, karena Karen berada di Jurusan Sastra, jumlah kelas yang harus dia ambil lebih sedikit daripada kelas kami, sementara Kamokura-senpai, sebagai kakak tingkat, dia dapat mengatur jadwal kelasnya sendiri sampai batas tertentu.

“Terlebih lagi, hanya sampai setelah liburan musim panas ini aku baru mulai pulang lama karena ada kuliah pada hari Senin dan Kamis itu. Itulah sebabnya aku berpikir bahwa baru sekitar 3 kali mereka menjalin hubungan asmara.”

“Tapi masih ada kemungkinan mereka selingkuh dari kita selama liburan musim panas, lho. Ada banyak waktu bagi mereka untuk melakukan itu.”

Menanggapi dugaanku, Touko-senpai memiringkan kepalanya sedikit.

“Entahlah. Menurutku kemungkinan itu agak tipis. Kita tahu bahwa mereka berdua tidak bertemu selama akhir pekan, kan? Artinya, pada saat itu, mereka memprioritaskan pacar asli mereka, yaitu kita. Ditambah lagi jika mereka pergi keluar pada hari libur, kekasih normal mana pun akan bertanya ke mana mereka pergi hari itu tepat setelah mereka mengetahuinya. Bukankah mereka akan mencoba menghindari risiko itu?”

Diingat-ingat lagi, memang benar bahwa perilaku Karen tampaknya menjadi aneh hanya setelah awal September.

Pada saat yang sama, aku tidak bisa menahan diri untuk terperangah pada kemampuan pengamatan Touko-senpai, melihat bagaimana dia telah sampai pada kesimpulan soal hari-hari dan berapa kali mereka berdua bertemu dalam waktu yang singkat.

“Dengan ini, yang harus kita lakukan adalah mewaspadai mereka berdua pada hari Senin dan Kamis, kan?”

“Ya. Namun, harap berhati-hati jika kamu berniat untuk menyelidiki tindakan Karen-san. Segala jenis tindakan atau pertanyaan yang langsung menyentuh pokok permasalan dilarang keras. Risiko dia mengetahuinya setidaknya sepuluh kali lebih tinggi daripada jika aku menyelidiki Tetsuya.”

“Setinggi itu?”

“Dalam kasus perselingkuhan antara pasangan suami istri, sang suami tidak langsung menyadari jika istrinya tidak setia padanya, tapi istri dapat mengetahui tingkah pasangannya dan langsung menyadari apakah dia berselingkuh atau tidak. Begitulah sensitifnya wanita terhadap perubahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Perbedaan perilaku atau kata-kata kecil saja dapat membuat kami merasa ada sesuatu yang aneh.”

Begitukah? Mendengarkan alasan tenang dan luas Touko-senpai, aku merasa bahwa aku cukup yakin akan fakta itu. Ini semacam detail kecil yang cenderung tidak aku perhatikan. Jika SANG Touko-senpai berkata begitu, maka itu pasti benar.

“Itulah sebabnya, kamu tidak perlu memaksakan diri dan menyelidiki Karen-san. Kamu tidak boleh, dalam keadaan apa pun, menanyakan sesuatu seperti, ‘Apa yang kamu lakukan hari ini?’. Yang harus kamu lakukan adalah memperhatikan gerakan kecil dan ucapannya. Tempat-tempat yang belum pernah dia kunjungi bersamamu, toko-toko yang namanya belum pernah kamu dengar, atau tempat-tempat di mana dia tampak sangat bersikeras agar kamu tidak pergi ke sana. Itulah yang aku ingin kamu laporkan padaku.”

“Baiklah.”

“Dan juga, mari kita buat akun media sosial lain untuk berdiskusi dan saling menghubungi mulai sekarang. Selanjutnya, kita akan membuat folder terenkripsi di cloud yang dapat kita akses berdua, tempat kita akan menyimpan semua bukti yang kita kumpulkan, seperti foto misalnya.”

“Baiklah. Aku akan mengunggah foto chatting-an Karen di folder tersebut sesegera mungkin.”

Saat berbicara dengan Touko-senpai, entah kenapa, aku mulai merasa optimis tentang hal ini.

Touko Sakurajima. Aku percaya bahwa selama aku bersama dengannya, kami berdua akan dapat memberikan mereka berdua serangan balik yang paling menghancurkan.

Namun, pada akhirnya, dengan ekspresi sedih di wajahnya, dia berkata.

“Aku tahu kalau aku barusan mengatakan hal-hal yang sombong padamu, tapi sebenarnya ini juga menyayat hatiku. Terus terang saja, aku berpikir, ‘Bagaimana jika ini hanya bohong?’, ‘Bagaimana jika ini hanya lelucon seseorang?’. Aku juga ingin percaya pada Tetsuya. Tapi, bukti yang kau tunjukkan padaku bukanlah sesuatu yang bisa kita abaikan dengan mudah. Itulah sebabnya, pertama-tama aku ingin memastikannya dengan mata kepalaku sendiri terlebih dahulu, apakah mereka berdua benar-benar selingkuh atau tidak. ”

Itu adalah pertama kalinya Touko-senpai menunjukkan kelemahannya hari ini.

Tapi, wajar saja. Tidak ada orang yang bisa tetap tidak terpengaruh setelah perselingkuhan kekasih mereka terungkap tiba-tiba.

Semua yang telah diberikan kekasihmu sampai saat itu; senyum yang mereka tunjukkan, kata-kata indah yang mereka ucapkan, tindakan penuh kasih dan perhatian mereka, dan yang terpenting, semua kenangan yang tak terhitung banyaknya…

Setelah janji tak terucapkan untuk menjadi satu-satunya yang mereka cintai tiba-tiba dilanggar, apa lagi yang harus kami percayai sekarang?

Meski begitu, Touko-senpai tetap tabah selama ini, tanpa mengeluarkan satu keluhan pun, tanpa membiarkan dirinya kehilangan ketenangan. Dia terus menjelaskan tindakan kami ke depannya dengan tenang.

Bahkan aku pun, yang seorang pria, terguncang sampai sejauh ini.

…Bagaimana bisa Kamokura sialan itu berselingkuh meskipun sudah punya pacar yang luar biasa seperti itu…?

Aku sekali lagi merasakan kemarahan yang membara terhadap Tetsuya Kamokura.

Dan di saat yang sama, aku juga merasa ingin terus mendukung Touko-senpai.

“Touko-senpai, terima kasih banyak untuk hari ini. Aku merasa bahwa akhirnya aku dapat membuka mataku berkatmu. Dan juga, aku berharap dapat bekerja sama sebagai rekan seperjuangan dalam hal-hal mendatang.”

Aku mengulurkan tangan kananku padanya.

Touko-senpai mengangkat wajahnya.

“‘Rekan seperjuangan’, ya. Itu kata yang bagus. Kamu benar, mari kita berdua melakukan yang terbaik.”

Touko-senpai mengulurkan tangan kanannya juga dan menjabat tanganku.