[WN] Kanojo ga Senpai ni NTR-reta no de, Senpai no Kanojo wo NTR-masu Chapter 17 Bahasa Indonesia

 

Chapter 17 - Di Bawah Cahaya Lampu Jalan (Bagian 1)

 

“Mereka datang!

Touko-senpai berteriak kecil.

Menanggapi kata-katanya, aku mengikuti arah tatapan Touko-senpai.

Kemudian ada dua orang, seorang pria dan wanita, berjalan bersama, saling menempel.

Mereka masih jauh, tapi itu jelas Tetsuya Kamokura dan Karen Mitsumoto.

Kamokura merangkulkan tangannya di bawah ketiak kiri Karen, memeluknya erat-erat.

Karen juga memeluk dada Kamokura dengan kedua tangannya.

Sesekali, tangan Kamokura meraba-raba dada Karen.

Karen tidak menolaknya, tapi dia malah mendekatkan wajahnya ke wajah Kamokura.

Dan tatapannya terpaku pada wajah Kamokura.

Dia terlihat sangat bahagia dan tampak sedang berbicara dengannya soal sesuatu.

Dia bahkan tidak tersenyum seperti itu padaku akhir-akhir ini.

Seperti inilah persisnya apa yang dimaksud dengan, “Bermesraan tanpa ragu.

Mereka berdua memancarkan aura ‘kami akan ngewe’.

“Rekam mereka!

Touko-senpai mengatakan itu dengan suara rendah namun tajam.

Aku bergegas mengaktifkan fungsi kamera di ponselku.

Layar ponselku menampilkan mereka berdua dalam mode video.

Touko-senpai sedang memegang kamera digital yang dia pinjam dari seorang kenalan.

Kamera tersebut memiliki mode sensitivitas tinggi untuk malam hari, sehingga kalian dapat mengambil gambar tanpa flash bahkan dalam gelap.

Jika menggunakan aplikasi khusus, kalian dapat menangkap wajah subjek dengan lebih jelas.

Kamokura dan Karen menuju ke apartemen sambil saling menempel.

Seperti itulah, sambil berpelukan erat, mereka berdua menghilang ke kamar apartemen Komakura.

Mereka bahkan berciuman dengan lembut di depan pintu.

Kenapa kalian tidak segera masuk saja ke dalam dan mulai nge-s*ks?

Aku mendecakkan lidah di dalam pikiranku, tapi ya sudahlah. Ini akan menjadi bukti pasti perselingkuhan mereka berdua.

Lalu, smartphone-ku bergetar.

Layar menunjukkan kalau itu dari Ishida.

Hei, apa kau melihatnya?

Ya, aku melihat semuanya.

Kami juga. Aku dan Kazumi-san melihatnya dari dekat. Kami parkir di arah lain, dan mereka berdua berjalan tepat melewati kami.

“Di sini juga. Aku mengawasinya bersama Touko-senpai.

“Tunggu sebentar. Aku beralih ke mode speaker sekarang.”

Suara di seberang telepon tiba-tiba menjadi campuran kebisingan.

Aku juga beralih ke mode speaker.

“Touko, kau melihatnya, kan? Kamo-cabul dan gadis jalang itu.”

Suara Kazumi-san keluar dari speaker.

“Aku melihat dan memotretnya. Aku yakin Isshiki-kun juga merekamnya.”

“Kami juga memotret mereka. Dan mereka bahkan ciuman di depan pintu. Ini menegaskan kalau Kamo-cabul itu selingkuh, kan? Kamu tidak bisa menyangkalnya lagi, kan?”

“Belum, ini saja tidak cukup untuk menegaskan perselingkuhan!”

Aku dikejutkan oleh kata-kata Touko-senpai ini dan menatapnya tanpa sadar.

...Mereka berdua sedang di kamar kosong sekarang. Perselingkuhan ini sudah tidak diragukan lagi, lho......

Kata-kata selanjutnya dari Touko-senpai menjawab keherananku.

“Kalau cuma ini, dia hanya akan berkata, ‘Kami cuma masuk ke apartemen dan minum secangkir teh lalu pulang’. Bahkan ciumannya pun bisa mereka alaskan dengan, ‘Itu hanya terlihat seperti ciuman dari sudut itu.’ Untuk mencegah hal itu terjadi, mereka harus berduaan di kamar selama beberapa jam, setidaknya dua jam, atau itu tidak akan menjadi ‘bukti perselingkuhan’.”

Kemudian suara tercengang Kazumi-san terdengar dari ponsel.

“Serius? Apakah kamu serius, Touko? Menurutku ini sudah cukup untuk jadi bukti perselingkuhan, lho. Apakah kamu sebegitunya ingin percaya pada pria itu?”

“Bukan itu maksudku. Bahkan jika pasangan berselingkuh, hanya berciuman atau pergi ke kamar berdua belum cukup untuk memenuhi syarat sebagai kasus perselingkuhan di pengadilan. Kamu harus menghabiskan sejumlah waktu berduaan di sana! Jadi itulah yang aku ingin coba pastikan.”

"'Ini bukan pengadilan, jadi kamu tidak perlu mengawasinya selama berjam-jam seperti itu, kan?”

“Mari kita cukupkan sampai di sini. Sekarang mereka berdua sudah berada di dalam kamar, jadi aku hanya perlu memastikan waktu mereka keluar. Aku bisa melakukan sisanya sendiri. Kalian bisa bubar sekarang.”

“Hei, Touko.…”

Suara Kazumi dipenuhi dengan kebingungan.

“Terima kasih untuk hari ini, teman-teman. Aku akan berterima kasih lagi nanti. Kerja bagus.”

Saat Toko-senpai mengatakan itu, dia menekan tombol “akhiri panggilan” tanpa menunggu jawaban pihak lain.

“Touko-senpai?”

Ketika aku memanggilnya, dia berkata sambil menatap pintu apartemen.

“Kamu boleh pulang sekarang. Aku akan tetap mengawasi mereka berdua. Mobilnya akan aku kembalikan besok.”

Touko-senpai memalingkan wajahnya dariku.

Cahaya di luar jendela meneranginya, membuat siluet.

Aku tidak bisa melihat ekspresinya.

Namun, aku tidak ingin meninggalkannya sendirian seperti ini.

“Aku akan mengawasi mereka sedikit lebih lama lagi. Seperti yang Touko-senpai katakan, aku tidak ingin dia bilang kalau ‘itu hanya minum teh di kamar.’”

Setelah beberapa saat hening, Touko-senpai berkata dengan berbisik.

“Lakukanlah sesukamu.”