[WN] Gift "Mugen Gacha" de Level 9999 Chapter 14 Bahasa Indonesia
Chapter 14 - Cerita Sampingan / Obrolan Para Pelayan
Di kamar pelayan peri di ruang bawah tanah Naraku, empat pelayan peri sedang berkumpul.
Pada dasarnya, satu kamar untuk empat orang, dan setiap kamar memiliki rotasi kerjanya sendiri-sendiri.
Hari ini adalah hari libur mereka.
Level pelayan peri adalah 500, yang hampir merupakan level terendah di “Naraku” ini. Tetap saja, itu jauh lebih tinggi daripada petualang biasa di dunia permukaan.
Oleh karena itu, mereka hampir tidak pernah merasa lelah. Mereka benar-benar ingin bekerja keras demi Raito, sang pemanggil kartu gacha tak terbatas.
Namun, hari libur yang teratur adalah suatu keharusan, dan tidak mematuhi perintah Tuan akan bertentangan dengan tujuan hidup mereka.
Itulah sebabnya mereka duduk mengelilingi meja mengobrol di tengah hari.
Meja itu dipenuhi dengan makanan kartu-N dari “Gacha Tak Terbatas”. Mereka telah membuat sebuah sistem dimana bahkan para gadis pun bisa membeli makanan kartu-N, yang tingkat kelangkaannya rendah, di toko.
Tentu saja, topik pembicaraan adalah tentang Raito, Tuan mereka, tujuan hidup mereka, Dewa mereka.
“Kudengar kalau Tuan akan kembali ke abyss besok.”
“Tidak seperti di Naraku, kita dapat menggunakan kartu “Transfer” di dunia permukaan terlepas dari kita berada di luar atau di dalam dungeon. Jika dari awal kartu “Transfer” dapat digunakan di dalam “Naraku”, Tuan tidak akan mengalami begitu banyak masalah.” [Si Kacamata]
Pelayan peri berkacamata, yang tampak serius, tanpa sadar mendorong naik rangka kacamatanya dan menghela nafas.
Pelayan peri cabe-cabean yang duduk di sebelahnya setuju dan mengangguk berulang kali.
“Aku ngerti, aku ngerti. Aku pernah dengar kalau setiap dungeon memiliki karakteristik yang berbeda, tapi ‘Naraku’ memiliki karakteristik yang paling parah! Itu adalah dungeon terbesar, tersulit, dan paling menantang di dunia, ‘Naraku’. Raito-sama, yang menaklukkan dungeon tersebut, benar-benar Dewa~.” [Si Cabe]
Yang terakhir, dia juga memiliki wajah yang cantik, tapi poninya panjang, dan auranya agak gelap. Tapi sebaliknya, dia memiliki aura yang membuat anak laki-laki lemah dan pemalu menyukainya.
“Aku iri pada Nemumu-sama, yang bisa selalu bersama Tuanku seperti itu. Aku terlalu iri. Aku sangat iri hingga ingin meninju dinding.” [Si Suram]
“Aku ngerti, aku ngerti. Aku sangat paham perasaan itu. Jika bisa, aku ingin mengambil tempat Nemumu-sama dan membantu di sisi Raito-sama.” [Si Cabe]
“Tapi level kita 500, jadi kita hanya akan menjadi beban bagi Tuan jika kita pergi ke permukaan.” [Si Suram]
“Ugh, kenapa levelku hanya 500? Jika aku memiliki level yang lebih tinggi, aku bisa ikut dengan Tuanku sebagai petualang di dunia permukaan, dan bahkan menjadi tameng untuk Tuanku di saat krisis...…” [Si Biasa]
Pelayan peri paling biasa memegangi kepalanya dan membaringkan wajahnya di atas meja.
Pernyataannya adalah cara berpikir yang sangat berbahaya. Tetap saja, itu adalah cara berpikir yang sangat umum bagi gadis-gadis yang bersumpah setia pada Raito, pemanggil mereka.
Oleh karena itu, tidak ada yang mau mengoreksinya, tapi sebaliknya, mereka semua setuju bahwa mereka bisa menjadi tameng bagi tuan mereka di saat krisis.
Pada dasarnya, mereka yang dipanggil dari kartu gacha seperti gadis-gadis ini tidak dapat meningkatkan level mereka tidak peduli berapa banyak monster yang mereka bunuh.
Jika level mereka 500, level mereka akan tetap 500.
Jika mereka memiliki item sihir, mereka dapat meningkatkan kekuatan mereka meskipun berlevel tetap. ...Namun, meskipun pelayan peri seperti mereka meningkatkan kekuatan mereka, masih sangat sulit untuk menggantikan Nemumu, yang berlevel 5000.
Pelayan peri suram menjatuhkan lebih banyak bom.
“Sudah, sudah, sekarang Tuanku dan yang lainnya berada di pegunungan bersalju. Mereka mencari batu sihir dari monster bernama Yeti, dan sepertinya mereka telah mengalahkannya. Gunung bersalju, dua orang yang kedinginan, saling berpelukan dengan kulit mereka untuk saling menghangatkan, pria dan wanita. Tidak mungkin tidak ada yang terjadi... Bukankah itu yang terbaik?” [Si Suram]
Impian pelayan yang mendorong naik rangka kacamatanya hancur dalam sekejap.
“Aku tidak tahan lagi! Mungkin aku bisa memeluk tuanku! Memikirkannya saja sudah membuatku...!” [Si Biasa]
Membayangkan dirinya dipeluk oleh Raito, si pelayan peri, yang membaringkan wajahnya di atas meja, sekarang memeluk dirinya sendiri, tubuhnya gemetar karena senang dan gembira.
Mengabaikannya, gadis-gadis lain juga mengungkapkan isi pikiran mereka.
“Tentu saja jika itu bisa menjadi kenyataan, aku ingin berpelukan dan saling menghangatkan dengan Tuanku!” [Si Kacamata]
“Ah, sebaliknya, aku ingin memeluk Raito-sama dari belakang. Mendekap serta menghangatkan tubuh dan jiwa Raito-sama. Bukankah itu yang terbaik?” [Si Cabe]
“A-A-Aku ingin Tuanku melucuti pakaian pelayanku, dan kami berdua terdampar di pegunungan bersalju.” [Si Suram]
“Kau nih mesum ya?!” [Si Kacamata] [Si Cabe] [Si Biasa]
Tiga orang lainnya ber-tsukkomi bersamaan sebagai tanggapan atas pernyataannya.
Namun, pelayan peri suram lanjut bicara tanpa menghiraukan mereka.
“T-T-Tapi untuk Tuanku sampai melepaskan pakaian pelayan ini secara paksa dan terdampar bersama di pegunungan bersalju, itulah hadiahnya, kan?” [Si Suram]
“Aku paham.” [Si Kacamata]
“Aku mengerti.” [Si Suram]
“Aku mengerti, tapi khayalanmu terlalu tinggi!” [Si Biasa]
Setelah semua orang setuju dan tsukkomi mereka berakhir, pelayan peri yang paling biasa mengucapkan beberapa patah kata.
“Aaaah... Aku tidak sabar menunggu Tuan kembali ke “abyss”... Aku tahu tidak mungkin untuk memeluk beliau, tapi aku ingin melihat beliau, setidaknya untuk sesaat. Aku belum melihat beliau selama berhari-hari.…” [Si Biasa]
Pelayan berkacamata mendorong naik rangka kacamatanya.
“Benar, aku tidak bisa memeluk beliau, tapi aku ingin merasakan kehadiran beliau, meski hanya sekilas atau bahkan hanya satu patah kata dari beliau.” [Si Kacamata]
“Aku mengerti. Aku ingin mencium aroma Raito-sama.” [Si Cabe]
“A-A-Aku bentar lagi akan kehabisan asupan Tuan.... A-A-Aku baru saja kehabisan asupan Tuan. Tanpa asupan Tuan, aku akan mati. Kekurangan asupan Tuan adalah pelanggaran perjanjian militer.” [Si Suram]
Meskipun mereka tidak tahu apa perjanjian militer ini, tiga lainnya mengangguk setuju.
“Kuharap semua musuh Raito-sama di muka bumi ini bisa dilenyapkan. Dan jika Raito-sama menguasai dunia, semua orang akan senang, berbahagia! Aku tidak sabar menunggu datangnya dunia seperti itu~” [Si Biasa]
“Ho, ho, ho, benar!” [Cabe]
“Tuan kita tidak langsung melakukannya karena beliau punya rencana. Seorang pelayan seperti kita tidak seharusnya mengatakan apa-apa. Tujuan hidup kita adalah untuk memenuhi keinginan Tuan.” [Si Kacamata]
Pelayan peri berkacamata mendorong naik rangka kacamatanya dan mengingatkan rekan-rekannya.
“Ah, aku tidak sabar untuk melihat tuan kita…” [Si Kacamata]
Tiga lainnya mengangguk setuju pada komentar ini.
Post a Comment