[WN] Ore wa Souseki wo Shiranai ~Itsu no Ma ni ka Kanojo ga Dekitemashita~ Chapter 8 Bahasa Indonesia
Chapter 8: Di Kelas Sebelum Pelajaran Pertama #4
Akan lebih baik jika Shiori menolak sambil bilang “Kau hanya mengatakan hal-hal yang mengenakkan untukmu!”. Tapi bertentangan dengan respon yang ada di pikiranku, ekspresi Shiori menjadi lebih cerah.
“Benarkah?! Ehehehe…. Aku senang. Karena kupikir aku akan dicampakkan.”
Saat Shiori memelukku dengan penuh semangat, orang-orang di sekitarnya mengamati pemandangan itu dengan hangat, bahkan beberapa dari mereka bertepuk tangan. Beberapa orang terlihat kaget atau merasa iri. Tapi, setidaknya aku berhasil terhindar dari membuat mereka semua menjadi musuhku.
“Tolong jaga aku. Kouta-kun”
“….Aku juga. Shiori.”
Saat dia berbisik ke telingaku seperti itu, aku menjawabnya sambil berbisik padanya.
Ini telah menjadi hubungan yang mendapat pengakuan resmi dari banyak orang. Bagiku, ini telah menjadi situasi yang tidak cukup baik, tapi mari kita pikirkan itu nanti.
“Aku ikut senang untukmu, Ayashiro-san!”
“Isaka! Aku tidak akan memaafkanmu jika kau membuat Ayashiro-san menangis, camkan itu!”
Saat Shiori menerima banyak restu dan aku mendapat banyak peringatan, lonceng berbunyi dan guru datang ke kelas. Adapun siswa di luar, mereka semua yang berkumpul di luar kelas kami bubar dan kembali ke kelas masing-masing.
“Sudah terlalu berisik sejak pagi, apakah terjadi sesuatu?”
“Tidak ada.”
Dalam pertanyaan menyelidik dari guru, semua siswa peka dan menghindari pertanyaan. Saat aku melirik wajah Shiori, wajahnya menunjukkan senyum senang, yang bisa kau pahami meski hanya sekilas bahwa dia sedang dalam suasana hati yang baik. Dengan melihat wajah itu, aku tidak berpikir bahwa dia merasa buruk. Untuk sampai sejauh itu, untuk orang sepertiku…. bukankah tidak apa-apa untuk patuh pacaran dengannya.... Tapi, bagaimana jika ini berakhir seperti…. Untuk saat ini, ayo bicarakan itu hanya kami berdua sepulang sekolah. Mari kita bicarakan tentang akar masalah ini dan perasaan satu sama lain, terutama untuk memutuskan apa yang akan kami lakukan selanjutnya.
“Aku baru ingat, terima kasih sebelumnya. Akan semakin buruk jika Anna tidak menghentikan mereka.”
Saat aku mengungkapkan rasa terima kasihku pada Anna sambil berbalik ke belakang untuk menghadapnya. Aku mengira dia akan bilang, “Kalau begitu, kau berutang sekaleng jus, oke!” tapi, dia hanya menjawab dengan dingin dalam satu kalimat pendek yaitu “Bukan apa-apa.” Tidak lebih dari itu, sambil terus menatap ke luar jendela. Mungkin dia lelah karena semua kebisingan sebelumnya. Ada juga kemungkinan dia marah padaku, karena kami dekat tapi aku merahasiakan ini darinya. Bagaimanapun juga, ayo tunjukkan rasa terima kasih dan permintaan maafku padanya nanti, dan biarkan saja untuk saat ini. Namun, Anna yang sedang melihat ke halaman sekolah sekarang, terlihat fana dan cantik. Itu adalah ekspresi yang bisa kalian rasakan adanya kekosongan di suatu tempat di dalam dirinya.
Post a Comment