[WN] Ore wa Souseki wo Shiranai ~Itsu no Ma ni ka Kanojo ga Dekitemashita~ Chapter 7 Bahasa Indonesia

 

Chapter 7: Di Kelas Sebelum Pelajaran Pertama #3

 

“Apakah itu benar?!”

“Itu bohong, kan?!”

“Ayashiro-san kita telah….”

Semua teman sekelas kami merespon dengan meratap satu per satu. Kekacauan itu juga menyebar ke kelas sebelah, karena sekarang lorong jadi penuh dengan orang.

“Tidaktidaktidaktidak! Tunggu sebentar! Kami tidak pacaran!”

Hal terbaik yang bisa aku lakukan di sini hanyalah meneriakkan suara yang bahkan lebih keras dari suara lain. Menurutku jika aku tidak meneriakkan apa pun di sini, itu akan membuat situasi ini menjadi lebih aneh di kemudian hari.

“Beberapa orang mungkin tidak tahu, tapi aku dan Shiori memiliki hubungan baik. Itulah faktanya. Di sisi lain, kami tidak pacaran. Justru karena kami berhubungan baik, ini hanya lelucon. Benarkan, Shiori? Tapi, bukankah itu sudah terlalu kelewatan untuk sebuah lelucon?”

Tidak ada yang bisa kupikirkan selain itu. Aku tidak tahu tujuan Shiori, tapi aku harus melakukan pembenaran di sini.

“Kenapa…. Kenapa kamu bilang begitu?”

“Eh?”

Shiori menunjukkan respon yang berbeda dari apa yang ada dalam pikiranku. Senyum di wajahnya sekarang menghilang, dan dia terlihat sedih. Orang yang melihat ekspresi itu pasti akan merasakan sesak di dadanya.

“Bukankah kita pacaran? Kouta-kun…. bukankah kamu menembakku.”

Aku sama sekali tidak ingat pernah menembaknya, tapi suasananya jadi membuatku tidak bisa mengatakan apa-apa.

“Mungkinkah kamu sudah membenciku? Ataukah kamu merasa malu pacaran denganku? Apakah hanya aku yang merasa senang disini?”

Dan akhirnya, sesuatu yang berkilau mengalir di pipi Shiori. Saat melihat itu, aku menyadari bahwa itu sama sekali bukan candaan ataupun lelucon. Tapi, karena aku sadar akan hal itu, ini malah menjadi semakin membingungkan.

“Ini bukan soal benci ataupun malu…. Omong-omong, kapan aku menembakmu?”

“….Itu terjadi kemarin lusa…. Sesuatu yang tiba-tiba kamu katakan saat kita berjalan pulang…. Meskipun begitu tiba-tiba, aku sangat senang tentang itu ... Apakah kamu sudah lupa?”

Tentunya kita memang pulang bareng pada hari itu. Tapi, aku sama sekali tidak terlalu ingat pernah membahas topik semacam itu. Setidaknya, tidak ada hal seperti itu dalam ingatanku. Satu-satunya hal yang aku ingat adalah bahwa dia menjadi aneh ketika kami membicarakan bulan. Tapi, itu sama sekali tidak ada hubungannya, kan? Saat aku mencoba mengingatnya, Shiori menatapku dengan mata berkaca-kaca. *Hiks*, gerakan isak tangisnya membuat dadaku sesak. Tapi, aku bukanlah satu-satunya yang merasa seperti itu.

“Oi Isaka! Berhentilah berpura-pura bodoh ya!”

“Benar! Kami tidak akan memaafkan siapa pun yang membuat Ayashiro-san menangis.”

“Maksudku, meskipun Ayashiro-san sudah bilang begitu, kau tetap tidak mau mengakuinya. Memangnya kau pikir kau siapa?”

Pada saat kupikir kalau ini buruk, semuanya sudah terlambat. Firasatku tepat sasaran. Banyak orang terkejut pada fakta bahwa Shiori berpacaran, tapi jumlah orang yang mencoba membela Shiori ketika dia sedih seperti ini juga meningkat secara bertahap. Karena dia adalah orang paling populer di sekolah, yang tidak pilih kasih antara laki-laki dan perempuan, dan seperti itulah, semua orang di sekelilingku telah menjadi musuhku. Di sisi lain, aku tidak punya sekutu sama sekali, bahkan Anna pun masih tercengang.

“Seperti yang kubilang, ini tidak seperti itu! Yang benar adalah…”

Ketika aku mencoba untuk mengatakan sesuatu, kata-kataku terhenti. Apapun kata-kata yang aku pilih, selama aku berusaha menyangkalnya, pasti akan ada kritik pedas yang menyerang balik. Lebih buruknya lagi, bukan hanya di kelas ini tapi juga semua siswa di sekolah ini akan menjadi musuhku. Jika sudah seperti itu, maka kehidupan SMA-ku sama saja sudah berakhir.

“Karena jam pelajaran hampir dimulai dan aku masih memiliki beberapa bagian yang masih belum aku perjelas, mari kita selesaikan pembicaraan ini untuk sementara waktu. Karena ini adalah masalahku dan Shiori. Itulah sebabnya, mari  bicarakan ini hanya kami berdua. Shiori juga tak masalah dengan ini, kan?”

“….Hanya aku satu-satunya yang senang soal itu, kan?….Tidak masalah…. Lagipula aku akan dicampakkan, kan?…. Jika kamu ingin mencampakkanku, maka campakkan saja aku sekarang juga.... Lagipula…. kamu ingin mengakhirinya, kan?”

Jika aku melakukan itu, maka itu pasti akan mengakhiri kehidupan SMA-ku, kan? Tentunya, itu tidak akan menguntungkanku sama sekali. Biasanya, seseorang tidak akan khawatir tentang ini sama sekali. Bahkan jika kalian tidak ingat telah pacaran dengan Shiori, orang itu seharusnya merasa senang soal itu. Bagiku, bukan berarti aku tidak merasa senang tentang hal itu. Tapi, aku juga punya keadaanku sendiri, dan karena itulah, aku menjadi enggan pada sesuatu yang disebut cinta. Mengesampingkan soal pacaran atau tidak, dengan santai perlahan-lahan saling mengenal adalah caraku melakukan hal ini. Tapi, aku tidak punya waktu untuk mengatakan hal santai seperti itu sekarang. Satu-satunya cara untuk bertahan dalam situasi ini adalah dengan mengabaikan perasaanku sendiri.

“Maaf.”

“Kan, Seperti yang aku duga….”

“Bukan itu. Aku salah, aku tidak yakin apakah pengakuan cinta saat itu disampaikan dengan benar atau tidak, jadi masih ambigu apakah kita pacaran atau tidak. Karena itulah, aku menyangkalnya karena aku secara tidak sadar ragu apakah harus mengatakannya di depan semua orang atau tidak.”

Penyebab kesalahpahaman ini masih belum jelas. Tapi sepertinya, ucapan dan perbuatanku saat itu pasti telah dianggap sebagai sebuah pengakuan cinta. Sekarang setelah ini terjadi, aku tidak punya pilihan lain selain mencocokkan ceritanya.

“Itulah sebabnya aku tidak akan mencampakkanmu, malahan jika mungkin, aku ingin kita jadi lebih dekat.”

“….Tentu saja, sebagai teman…. kan?”

Bagiku yang berada di posisi ini sekarang, hanya ada satu jawaban.

“Tentu saja, sebagai kekasih. Shiori, maukah kamu menjadi pacarku?”

 

 

Sebelumnya - Daftar Isi - Selanjutnya