[WN] Kanojo ga Senpai ni NTR-reta no de, Senpai no Kanojo wo NTR-masu Chapter 66 Bahasa Indonesia
Chapter 66 - Touko-senpai dan Honoka
…Haaaa, aku sudah lelah secara mental sepanjang minggu ini…
Ketika kuliah keempat selesai, aku meregangkan tubuhku lebar-lebar, sambil berpikir begitu.
“Bagaimana kalau kita mampir ke suatu tempat hari ini?”
Ishida, yang ada di sebelahku, menanyakan itu padaku.
“Tidak, aku akan pulang bersama Touko-senpai hari ini.” jawabku sambil menyeringai ringan.
“Eh? Bukankah kelas praktik Touko-senpai di hari Jumat masih lama selesainya?”
“Ya, tapi dia bilang kalau kelasnya akan selesai lebih awal hari ini. Jadi aku barusan mendapat pesan kalau kami bisa pulang bereng jika aku menunggu sekitar tiga puluh menit.”
Bagaimanapun juga, minggu ini aku terus-menerus diancam oleh pembuat onar itu, Honoka, dan aku bahkan tidak punya waktu untuk mengobrol santai dengan Touko-senpai.
Jika aku bisa bersama Touko-senpai meski sebentar, tidak apa-apa kalau hanya menunggu sebentar.
“Oke, baiklah. Aku tidak mau mengganggu, jadi aku akan pulang duluan.” kata Ishida dan berdiri sambil membawa tasnya.
“Ya, sampai jumpa lagi.”
Sambil mengatakan itu, aku dengan pelan memasukkan pena dan buku pelajaranku ke dalam ransel.
Masih ada sedikit waktu sebelum kelas Touko-senpai selesai.
Aku meninggalkan kelas dengan santai.
Saat aku meninggalkan Gedung Fakultas Sains dan Teknik.
Aku mendengar obrolan empat mahasiswa yang lewat.
“Cewek itu sangat imut, ya.”
“Dia seperti idol.”
“Bentuk tubuhnya juga bagus. Kayak model gravure.”
“Dia mengenakan seragam, tapi itu dari sekolah mana, ya?”
“Seragam cewek itu dari sekolah sana, kan?”
…Cewek imut memang topik hangat dimana-mana…
Sambil berpikir begitu, aku meninggalkan gedung kampus.
Dan kemudian, aku melakukan kontak mata dengan seorang gadis SMA tinggi berambut pirang platinum yang berada tepat di depan pintu.
Aku cepat-cepat berbalik.
“Hei, Tunggu! Kenapa kau malah lari saat melihatku?”
Honoka melompat ke arahku dan menangkap tangan kananku.
“Jika kau punya alasan kenapa aku tidak harus lari saat melihatmu, maka beri tahukan padaku sekarang.”
“Astaga! Aku sudah lama menunggumu, tau!”
“Memangnya siapa yang menyuruhmu menungguku? Yang pasti itu bukan aku.”
“Aku kesulitan karena banyak pria mencoba berbicara denganku saat aku menunggumu, tau!”
Seperti biasa, dia tidak mendengarkanku.
“Menunggu? Kau menungguku?”
Honoka meraih kedua tanganku dan menganggukkan kepalanya berulang kali.
“Ya, kupikir kita perlu berbicara sebentar.”
“Membicarakan apa?”
“Ini soal Meika.”
Aku menghembuskan nafas ‘Haaaa~’ dengan keras.
Pembicaraan itu lagi?
“Aku sudah bertemu dengan Meika-chan kemarin. Kami akan bertemu lagi besok siang. Itu saja.”
“Kenapa kau bertemu dengannya pas banget satu jam kayak gitu? Meika sangat sedih hari ini, tau!”
“Terus? Bukankah kau sendiri yang suruh begitu?”
“Meika adalah tipe orang yang tidak bisa berkata apa-apa di depan orang yang disukainya, tau. Kau juga harus memikirkan perasaannya itu!”
“Aku juga membuka topik obrolan biasa, lho.”
“Obrolan biasa semacam itu, atau kayak senpai yang berbicara dengan kouhai-nya, itu mah tidak akan bisa memperpendek jarak di antara kalian berdua. Kau sama sekali belum membicarakan apa pun yang akan membuat kemajuan!”
“Apa yang sebenarnya maumu? Aku tidak pernah setuju dengan omong kosong ini sejak awal!”
“Apakah kau sudah lupa dengan janjimu? Kau bilang batas waktunya waktu seminggu!”
“Omong kosong! Siapa yang berjanji padamu!? Aku tidak membuat janji apapun! Berhentilah berbicara semaumu!”
Kemudian, mata Honoka menyipit dengan cepat.
Di matanya terpancar cahaya yang berbahaya.
“Apa kau lupa soal foto-foto itu? Apa yang akan terjadi jika aku menunjukkan itu pada kakakku, ya…?”
“Huh, Honoka?”
Mendengar suara itu, seluruh tubuhku langsung membeku.
Begitu pula Honoka, yang sedang memegang lenganku, juga berhenti bergerak.
Saat aku mengalihkan pandangan ke arah suara tersebut, aku melihat Touko-senpai sedang berdiri di sana.
“Apa yang kamu lakukan di sini? Selain itu, kenapa kamu bersama Yuu-kun?”
Aku bahkan tidak bisa berbicara, tenggorokanku berkedut.
Namun, Honoka benar-benar hebat dalam situasi seperti ini.
“Ah, ya, Aku pergi berbelanja di Shinjuku bersama teman-temanku, dan kupikir aku mau sekalian melihat-lihat kampus kakak. Kemudian aku melihat seorang pria yang sepertinya adalah pacar kakak, jadi aku mengejarnya dan menangkapnya. Tapi, ada apa, kak? Bukankah kakak selalu pulang lama kalau hari Jumat?”
Aku tidak menyangka dia bisa berbohong dengan begitu lancarnya dalam situasi mendadak ini.
Aku takjub melihat bakat berbohong-nya.
Tapi, Touko-senpai tersenyum pahit ketika dia mendengar itu.
“Aku menyelesaikan tugasku lebih awal hari ini. Selain itu, siapa pun akan kaget kalau orang tak dikenal tiba-tiba menangkap tangan mereka. Yuu-kun terlihat seperti mencoba melarikan diri.”
…Eh, Touko-senpai, apakah kamu percaya begitu saja pada kebohongan anak ini? …
Aku juga terkejut dengan perbedaan dalam persepsiku.
Terlebih lagi, aku tidak ingin hubunganku dengan Honoka terungkap di sini.
“Un, aku minta maaf.”
Aku berpikir “Oya?”, pada Honoka yang mengatakan itu dengan patuh.
Saat ini, dia tidak memberikan kesan pemaksa, arogan, dan iblis kecil pembuat onar yang berpikir kalau dia dapat melakukan apa pun yang dia mau, yang sebelumnya aku rasakan.
Dia terasa seperti gadis SMA dengan ciri imouto yang normal.
“Yuu-kun, ini pertama kalinya kamu bertemu dengannya, kan? Aku akan memperkenalkanmu pada adikku, namanya Honoka, dia adalah siswi kelas sebelas di Akademi Putri Ichikawa.”
“Senang bertemu denganmu. Aku Honoka Sakurajima. Terima kasih karena telah menjaga kakakku.”
Honoka menyatukan kedua tangannya dan membungkuk dengan cepat.
Dia terlihat seperti gadis SMA biasa.
“Dia adalah Yuu Isshiki-kun. Dia kuliah di Jurusan Teknik Informatika yang sama denganku, tapi dia satu tahun lebih muda dan ini masih tahun pertamanya kuliah. Kamu sudah tahu karena aku pernah memberitahukannya padamu, kan?”
“Ya, dia terlihat seperti orang yang baik, kak.”
…Ups…
Aku hampir mengucapkan isi pikiranku.
“Seperti orang yang baik?”
Apa yang sebenarnya orang ini bicarakan?
Touko-senpai lalu berkata padaku.
“Aku tidak tahu bagaimana kejadiannya, tapi kudengar kalau Honoka menangkap lenganmu tiba-tiba, ya. Maaf, apakah dia menakutimu? Honoka adalah gadis yang terkadang bertindak sesuka hatinya.”
Tidak, aku sebenarnya takut dalam artian lain.
Di depan Touko-senpai, Honoka benar-benar jadi kayak ‘kucing sakit’.
Tapi, aku mengerti kenapa dia begitu.
Honoka takut pada Touko-senpai.
Dia merasa kecil secara psikologis.
Dia secara tidak sadar merasa terintimidasi.
Aku yakin… kalau aku juga sama.
Aku adalah pacar Touko-senpai… Seharusnya begitu.
Tapi, aku masih tidak bisa berbicara dengannya secara setara.
Aku merasa kecil, gugup, atau rendah diri.
Dalam kasusku, mungkin alasannya adalah bahwa Touko-senpai adalah wanita berbakat yang paling terkenal dan tercantik di kampus, dia adalah senpai-ku di SMA dan Universitas, dia adalah wanita impianku sejak SMA, dan dia adalah pacar senpai-ku.
Di sisi lain, kenapa Honoka begitu takut pada Touko-senpai?
Apa penyebabnya?
Saat aku sedang memikirkan hal-hal seperti itu, Touko-senpai berkata pada Honoka.
“Kami akan pulang sekarang, apakah kamu ingin pulang bersama kami, Honoka?”
…Eh, Touko-senpai. Itu agak…
Tapi, Honoka mundur dan menggelengkan kepalanya.
“Gak usah, aku bersama temanku, jadi aku akan pulang bersama mereka. Aku tidak ingin mengganggu kalian berdua.”
Cewek ini, kenapa dia bertingkah seperti anak baik di depan kakaknya?
Tujuanmu itu memang menghalangi kami berdua, kan!?
“Ya. Jangan pulang terlambat. Nanti Ibu akan khawatir lagi.”
“Ya, aku tahu…”
Lalu, setelah berkata, “Aku minta maaf atas ketidaksopananku, sampai jumpa,” dia bergegas pergi seolah melarikan diri.
Saat aku melihatnya yang seperti itu, aku merasa seperti sedang menyaksikan sesuatu yang aneh.
“Kalau begitu, ayo kita pergi juga.”
Setelah itu, aku mulai berjalan bersama Touko-senpai.
“Um, Touko-senpai, adikmu itu…”
Ketika aku menyebutkan itu, dia berkata dengan acuh tak acuh.
“Ya, dia agak aneh dalam beberapa hal, tapi jangan terlalu dipikirkan. Karena dia sebenarnya adalah anak yang baik.”
…Dia? Anak yang baik? …
Perilaku yang dia tunjukkan di depan kakaknya, mungkin sangat berbeda dengan yang dia tunjukkan padaku.
Post a Comment