[LN] Jakushou Soshage-bu no Bokura ga Kamige wo Tsukuru made Volume 1 Chapter 20 Bahasa Indonesia

 

Chapter 20 - Karena Kamu Ada Di Sini

 

Proposal Kai mulai dikembangkan sebagai usaha gabungan antara Klub Social Game SMA Meikun dan tim Rondo Tsukigase.

Kai perancangnya, Aya programmernya, dan Eru desainer grafisnya. Nanaka juga dipercayakan dengan grafis, tapi karena tidak dapat disangkal kalau dia kurang dalam beberapa aspek, dia juga memegang peran sekunder sebagai asisten manajer proyek untuk membantu Akane, yang berpartisipasi sebagai manajer proyek.

Manajer proyek mengawasi keseluruhan pengembangan. Jika direktur bertanggung jawab atas faktor kualitas dan keasyikan game, maka manajer proyek dapat dikatakan bertanggung jawab atas lingkungan di mana game itu dibuat. Mereka mengawasi anggaran, penjadwalan, alokasi anggota, dan banyak lagi agar semuanya berjalan lancar dan mencapai hasil terbaik; semua itu adalah tugas manajer proyek. Sebagai asisten manajer, Nanaka memikul sebagian beban itu. Dia bertanggung jawab atas komunikasi antara Meikun dan Tsukigase.

Pada dasarnya, kedua tim membuat kemajuan masing-masing di Niigata dan Tokyo, dan kemudian mereka akan menggunakan telepon dan aplikasi chatting untuk tetap berhubungan. Keahlian Aya dan Eru bahkan melebihi bakat di Tsukigase. Berkat bantuan mereka, pengembangan berkembang dengan pesat (mirip dengan ketika mereka merombak UI mereka sendiri).

“Oh, liburan musim panas akan dimulai besok,” kata Aya.

“...Diamlah,” desis Eru.

“Ya ampun, apa-apaan sikapmu itu? Apakah kamu kepanasan karena dadamu menyerap terlalu banyak panas?”

“...Terlalu panas untuk ini. Diam dan berhentilah menggangguku.” Eru benar-benar tampak seperti dia menderita saat dia membungkuk di atas meja. Rambut hitamnya yang panjang menyebar seperti rumput laut yang mengapung di lautan. Kai berpikir kalau, daripada bentuk tubuhnya, mungkin dia merasa panas karena rambutnya yang panjang.

Niigata sedang menuju musim panas, dan hari setelah mereka menyelesaikan ujian caturwulan mereka sangat mirip sauna. Ruang klub mereka, sayangnya, tidak memiliki AC. Mereka berempat telah mengangkat beberapa kipas listrik dan menempatkannya di setiap sudut ruangan. Kipas-kipas itu membuat suara vwoooooosh yang bagus saat kipas itu bergerak dari sisi ke sisi, tapi saat angin sepoi-sepoi menghadap ke arah yang berbeda, orang-orang yang bergantung pada kipas-kipas itu kembali direbus hidup-hidup.

“Nana-sen, kapan kita dapat AC...? PC-ku akan tergoreng... Tuhan, aku sangat senang kami sudah menyelesaikan semuanya…” erang Aya.

“Aku sudah mengirim permintaan ke OSIS, dan mereka bilang mereka akan memberi kita satu AC… saat awal libuar musim panas…” jawab Nanaka dengan lemah.

“...Jadi yang perlu aku lakukan hanyalah menampar Ketua OSIS itu?” tanya Eru.

“Tidak... Kekerasan tidak boleh,” Kai tidak bisa menahan diri untuk tidak menyela, ketika ada bunyi ceklek dan pintu terbuka.

“—Panas, tajam. Kukira tempat ini akan menawarkan perlindungan dari panas yang menyengat di luar... tapi ternyata di sini juga sangat panas.”

“Akane-san?!” Baik Nanaka dan Kai berteriak kaget, tapi yang Aya dan Eru lakukan hanyalah melihat ke arahnya dengan malas.

“Ada ape, Akanecchi?” sapa Aya.

“...Untuk apa kau ke sini?” tanya Eru, yang kurang ramah.

“E-Eru...! Jangan bicara seperti itu!” kata Nanaka memarahi Eru.

 “Aku tidak keberatan. Akulah yang muncul tiba-tiba. Nih,” Akane mengangkat kantong minimarket ke atas meja dengan suara gemerisik ringan. “Aku membelikan kalian es krim sebagai hadiah.”

“Bagus, Akanecchi!”

“Ya ampun, tidak buruk.”

Sikap duo itu berubah 180 derajat saat mereka berdiri kuat, merka berdua meraih es krim duluan. Kai dan Nanaka saling memandang sebelum ikut dengan mereka dan mengambil es krim untuk diri sendiri.

Setelah menenangkan diri dengan sajian beku mereka, Akane mengeluarkan laptop dan membuka halaman web. Ini adalah Link Social Game Sekolah, yang merupakan situs yang didedikasikan untuk mengumpulkan informasi tentang semua klub social game di negara ini. Sama seperti BOX, situs ini dijalankan oleh pemerintah, dan kalian dapat menggunakan akun kalian untuk mengomentari postingan berita.

Akane membuka salah satu artikel terbaru, yang tampaknya merupakan halaman yang merinci berita tentang Rondo Tsukigase, dan itu menampilkan kembalinya game tersebut ke peringkat teratas setelah pembaruan yang mereka keluarkan beberapa hari yang lalu.

Akane pasti sudah mengumumkan sebagian dari situasi ini sebelumnya, karena artikel tersebut menyebutkan nama semua anggota SMA Meikun. Kai terdaftar sebagai kepala proyek menggantikan Ginjou, yang telah mengundurkan diri dari posisinya dan dikeluarkan dari tim pengembangan Rondo. Menggeser ke bagian bawah artikel, komentar pengguna penuh dengan orang-orang yang terkejut melihat nama ‘Shiraseki Kai.’ Ada begitu banyak komentar dari orang-orang yang tiba-tiba berbalik haluan, dan sekarang menggembar-gemborkan pekerjaan mereka sebagai “Manajemen Tingkat Dewa,” hingga semua makian yang Kai terima sebelumnya seperti tidak pernah terjadi sama sekali.

“Aku sudah pastikan untuk mendiskusikan masalah ini dengan OSIS kalian sebelumnya,” kata Akane mengakui, “jadi, sekarang tidak perlu khawatir lagi soal reputasimu.”

“...Terima kasih banyak,” jawab Kai.

“Tidak, kamilah yang seharusnya brtterima kasih. Kamu benar-benar menyelamatkan kami kali ini,” kata Akane padanya. “Sebagai perwakilan dari Klub Social Game SMA Tsukigase, izinkan aku mengucapkan terima kasih secara resmi sekali lagi. Faktanya, itulah alasan aku datang ke sini hari ini.”

“Kamu jauh-jauh datang ke sini hanya untuk itu…?” kata Nanaka tampak terkejut.

“Tentu saja,” kata Akane dengan anggukan. “Nanaka, aku juga berhutang budi padamu. Tanpa keterampilan komunikasimu, pasti akan ada lebih banyak kesulitan dalam korespondensi kita.”

Akane sepenuhnya benar. Aya dan Eru, seperti yang kalian bisa tahu dari melihat mereka, seringkali tidak mau berkompromi dengan sudut pandang orang lain. Bagian yang mereka kerjakan memang memiliki kelebihan, tapi itu juga berarti bahwa sepenuhnya tidak setuju adalah kejadian biasa bagi mereka. Nanaka secara efektif mengatur negosiasi, terus-menerus menengahi antara cabang Tsukigase dan Meikun untuk memastikan kalau komunikasi tidak tertunda dan hubungan tidak menjadi tegang.

“Kamu berhasil membuat ketiga orang bodoh yang keras kepala ini sejalan,” kata Akane. “Kamu harus mengangkat kepalamu tinggi-tinggi sebagai ketua klub ini.”

“Itu be—” Hm? Kai berhenti di tengah anggukannya. “Tiga? Maksudmu, aku juga?”

“—Kesadaran, kurang. Itu sudah menjadi kelemahan terbesarmu sejak dulu.” kata-kata Akane disertai dengan tawa setuju yang meledak dari semua teman satu klubnya.

Kai keberatan disamakan dengan Aya dan Eru, tapi sepertinya kesepakatan umum tidak setuju dengannya.

Setelah mengobrol lebih lama, perjalanan sehari Akane berakhir. Keempat siswa Meikun mengikutinya ke Stasiun Niigata untuk mengantarnya naik kereta peluru(shinkansen) ke Tokyo.

Pada akhirnya, Akane memberi tahu Kai kalau dia perlu bicara dengannya, jadi keduanya berpisah dari yang lain dan saling berhadapan tepat di depan gerbang tiket. “Aku bilang aku perlu bicara denganmu,” kata Akane mengakui, “tapi ini tentang diriku sendiri.”

“Tentangmu... Akane-san?” Bahkan saat Kai bertanya memastikan, Kai merasa sedikit tidak nyaman dengan cara Kai menyebut nama Akane. Ketika Akane mengetahui kalau dia menyebut Nanaka dan Aya dengan nama depan mereka, Akane juga meminta agar dia melakukan hal yang sama untuknya. Kai merasa ada sesuatu yang tidak pas saat Kai memanggil Akane begitu ketika mereka sedang mengembangkan patch baru, dan, sejujurnya, perasaan itu belum hilang.

“Setelah aku lulus, aku akan bekerja di tim pengembangan Tricolore,” kata Akane.

“Apa—Benarkah?!” seru Kai.

Tricolore Games adalah studio besar yang memiliki beberapa judul game dalam 50 peringkat penjualan teratas. Itu adalah perusahaan meritokratis yang hanya mempekerjakan yang terbaik dari yang terbaik, jadi ini akan menandai pertama kalinya seorang siswa dipekerjakan langsung dari klub social game.

TLN: meritokratis dari kata meritokrasi, adalah sistem yang memberikan kesempatan kepada seseorang untuk memimpin berdasarkan kemampuan atau prestasi, bukan kekayaan, senioritas, dan sebagainya.

“Apakah kau berencana untuk melanjutkan ke universitas?” tanya Akane selanjutnya.

“Aku... mungkin tidak akan menerima tawaran apa pun dari perusahaan,” kata Kai mengakui. “Jadi aku mungkin akan kuliah.”

“...Kita lihat saja nanti.”

“A-Apa?”

“Begitu aku mulai bekerja,” katanya, “Aku akan berbicara dengan personaliannya tentangmu.”

“Maksudmu...”

Menggoda Kai, Akane menyipitkan matanya sedikit dan berkata, “Aku menantikan hari di mana kita akan membuat game bersama lagi.” Dengan itu, Akane mengangguk kecil pada Nanaka dan teman-temannya, lalu melewati gerbang tiket. Dia tidak melihat ke belakang sekali pun, dan Kai melihatnya pergi sampai rambut hitamnya yang panjang dan bergoyang tidak lagi terlihat.

Ketika dia kembali ke tiga orang lainnya, Nanaka dipenuhi dengan kejengkelan. “Kai-kun!” serunya.

“Y-Ya?! A-Ada apa...?” Kai khawatir kalau dirinya telah melakukan sesuatu yang salah, tapi sepertinya bukan begitu.

Nanaka menyodorkan ponsel ke wajah Kai. Di layarnya ada halaman komentar dari artikel yang mereka lihat sebelumnya. “‘Berita itu membuatku penasaran dengan social game Meikun, tapi itu bukan sesuatu yang istimewa…’ Bisakah kau terima itu?!” desak Nanaka.

“Maksudku, yah…” Menurut pendapatnya, ada bagian yang jelas tidak sebanding dengan Rondo Tsukigase.

“Menurutku  kita lebih baik hanya karena kita memiliki gacha,” bantah Aya. “Senpai, fakta kalau kau dapat menghentikanku dari menyelipkan sistem gacha adalah kekalahan terbesar dalam hidupku.”

Selama pengembangan revamp Rondo, Aya telah mencoba untuk menyelipkan diam-diam sistem gacha. Dengan memberlakukan rangkaian tertentu dari input tersembunyi, kalian dapat membuat layar gacha muncul. Untungnya, Kai tidak sengaja menemukannya, tapi Aya hampir berhasil meletakkan ranjau darat yang fatal itu.

“Abaikan idiot ini dalam khayalannya sendiri,” saran Eru. Kemudian, menoleh ke arah Nanaka, dia berkata, “Namun, sebelum kau pergi kesana kemari cari ribut, kamu harus mulai cukup bagus dalam menggambar agar dapat protes.”

“I-Itu benar, tapi...!” erang Nanaka seolah dia tidak bisa menerima kenyataan itu. Kemudian, tiba-tiba, dia melihat ke atas seperti dapat ilham dan meraih tangan Kai. “Ayo pergi!” serunya.

“Huh? K-Ke mana?!” tanya Kai.

“Huh!” kata Nanaka, yang memiliki senyum cemerlang di wajahnya. “Ke klub kita! Ayo!”

Kai diseret lari, tapi dia mengangguk setuju. Benar. Hanya itu yang bisa kami lakukan. Jika orang-orang bilang karya mereka membosankan, maka satu-satunya yang tersisa untuk dilakukan adalah menciptakan sesuatu yang menyenangkan.

“Nanaka, tunggu sebentar,” kata Eru.

“Tidak ada gunanya kembali ke sekolah sekarang. Jam sekolah hampir usai, jadi akan sia-sia pergi ke sana hanya untuk diusir keluar,” kata Aya menambahkan.

“Apaaaa?!” Nanaka hampir terjatuh karena betapa mendadaknya dia berhenti. Dia berbalik ke arah mereka berdua dan bertanya, “Apakah kalian mau bilang kalau kalian tak masalah dengan keadaan sekarang?!”

“Tentu saja tidak, sayang,” protes Eru.

“Tentu saja tidak, Nana-sen,” ulang Aya. Kemudian, dia menunjuk ke belakang Nanaka dengan mengulurkan ibu jari. “Ayo kita pergi ke kafe di sana. Kita semua punya laptop, kan?”

“...Jika kita berempat ada di sini, maka tidak masalah di mana pun kita berada,” ucap Eru menyimpulkan.

Dengan begitu, mereka berdua mulai berjalan menuju kafe. Langkah percaya diri mereka(Eru dan Aya)tampaknya memberi isyarat pada mereka(Kai dan Nanaka), dengan mengatakan, ‘Cepat dan ikutilah kami.’

Dengan suara kecil, Nanaka membisikkan nama mereka. Kemudian, dia menoleh ke arah Kai dan berkata, “Kita juga! Ayo pergi!” dan segera berangkat.

Berlari di belakangnya, Kai memiliki sesuatu yang ingin dia katakan. Dia tidak perlu Nanaka untuk mendengarnya saat dia bergumam, “...Terima kasih.”

Aku senang telah bertemu denganmu.

Tangan ini... adalah segalanya.

Ketika aku mengumumkan pengunduran diriku dari klub... Ketika aku keluar dari Tsukigase dan meninggalkan Tokyo...

Aku tidak pernah mengira hari seperti ini akan datang.

Kau sangat berbeda—Kupikir kau berada di negeri penuh cahaya yang jauh. Kau membawaku bersamamu.

Nanaka kebetulan mendengarnya dan bertanya, “Huh? Untuk apa?” Kai berpikir sejenak soal bagaimana dia harus menjawab, tapi kemudian menyalip Nanaka dengan kecepatan tinggi, menarik tangan Nanaka saat Kai melakukan itu. Kai berlari di depannya agar Nanaka tidak akan melihat kebahagiaan dan rasa malu yang terpampang di wajahnya.

Kai yakin bahwa mereka bisa pergi ke mana saja bersama-sama, apa adanya.

 

 

Sebelumnya - Daftar Isi - Selanjutnya