[LN] Yuujin-chara no Ore ga Motemakuru Wakenaidarou? Volume 1 Chapter 8 Bahasa Indonesia
Chapter 8: Berangkat ke Sekolah
Jumat.
Aku berhasil bangun lebih awal dari biasanya untuk pergi ke sekolah. Kupikir itu berkat cuaca yang fantastis hari ini—aku tidak bisa melihat satu awan pun di langit. Ini sangat menyegarkan, dan itu membantuku bangun dan merasa sedikit lebih optimis tentang harus menghadapi hambatan konstan di SMA.
Ada sekelompok pria di depanku yang juga menuju ke sekolah. Mereka semua dengan senang bergurau satu sama lain saat berjalan. Mereka cukup riuh dan keras, berteriak dan bermain-main tanpa peduli siapa pun di sekitar mereka. Itu tidak terlalu menggangguku, tapi aku iri dengan betapa bahagianya mereka.
Aku melewati mereka, dan saat mereka melihatku, mereka semua terdiam. Yah, mereka tidak terlihat begitu bahagia lagi.
“Oh, Persetan,bung! Aku sungguh-sungguh! T-Tunggu…”
“Hah? Kenapa kau diam tiba-ti…?”
“Eh, teman-teman? Apa yang kalian…? Tomoki?!”
Setiap kali ini terjadi, aku merasa sedih bahwa semua orang di sekolah entah bagaimana tampaknya memiliki pertemuan rahasia di mana mereka semua sepakat untuk tutup mulut di sekitarku. Ini terasa hampir seperti bullying.
Pokoknya, aku berpura-pura menyendiri dan terus berjalan seolah-olah tidak ada yang terjadi.
”Fiuh, sesaat tadi kupikir dia akan membunuh kita sebentar.”
“Bung, mungkin apa yang mereka katakan tentang dia yang seorang pembunuh itu benar.”
“Ya. Dengan wajah yang agak seperti itu, aku tidak bisa membayangkan dia sebagai orang yang baik.”
Aku menghela nafas. Aku sudah kelelahan, dan hari ini baru saja dimulai. Kalau begini terus, aku tahu aku akan kehabisan tenaga pada saat akhir pekan tiba.
Tepat di depan, aku kebetulan melihat kelompok lain. Kali ini, sekelompok gadis mengobrol satu sama lain. Mereka tampak bersemangat, dinilai dari suaranya yang tinggi dan tawa yang menyebalkan keras. Setidaknya itu membuat percakapan mereka mudah didengar.
“Sebenarnya, aku mendengar orang-orang lain di kelas menyebutkannya kemarin… Tapi, Touka, apakah kau serius berpacaran dengannya? Dia, dari semua orang?”
“Oh, ya. Kupikir dia dipanggil Tomoki atau apalah? Pria dengan wajah menakutkan. Dia benar-benar tampak seperti bajingan.”
“Ya, pria itu. Aku tidak percaya bahwa orang seperti dia bahkan diizinkan, misalnya, menghirup udara yang sama sepertimu, Touka. Maksudku, kau adalah idola kami, tahu?”
“Dia benar-benar terlihat seperti salah satu bos mafia yang bisa kau lihat di film-film.”
“Seperti bos mafia?! Ya Tuhan, betul sekali!”
Sepertinya aku adalah topik utama percakapan mereka.
Ada dua gadis di depan yang berbicara, dan gadis ketiga mengikuti di belakang. Sebenarnya, gadis ketiga adalah Touka, jadi kurasa dua gadis lain yang tertawa di depan adalah teman-temannya? Mereka jelas kelas satu, jadi kupikir tebakanku benar.
Touka menjawab pertanyaan mereka dengan suara robot yang kaku.
“Ya Tuhan. Yah, Yuuji-senpai memang terlihat seperti bos mafia yang menakutkan, dan dia memang terasa berbahaya.”
Yah, aku minta maaf karena terlalu berbahaya. Bukankah dia membuatku membelikan makanan untuknya kemarin? Yah maling teriak maling.
“…Tapi, dia sebenarnya pria paling baik! Dia benar-benar mencintaiku dan sangat peduli padaku. Tambahkan semua itu, dan itu membuatnya super imut dengan caranya sendiri, tidakkah kalian pikir begitu?”
…Oke, sekarang aku bingung. Siapa yang dia bicarakan?
Aku tidak benar-benar merasakan sesuatu yang istimewa untuknya, aku tidak benar-benar peduli tentang apa yang dia lakukan, dan aku tidak berpikir aku pria yang baik sama sekali. Selain itu, aku tidak terlihat seperti bos mafia. Jadi “Yuuji-senpai” yang mereka bicarakan ini pasti bukan aku.
“Sial, Touka. Aku masih akan menghindarinya seperti dia itu wabah.”
“Ya, dia terlalu menyeramkan. Aku pasti akan menjerit jika dia terlalu dekat denganku.”
“Kau menjerit? Wow. Aku lebih memilih seseorang seperti kakakmu, Touka.”
Sepertinya topik mereka sudah pindah dari diriku ke Ike sekarang. Sepertinya dia populer bahkan di antara siswa kelas satu. Aku mengerti—dia tampan, dan pria yang baik. Aku mengerti mengapa mereka berpikir dia menarik.
“Aku setuju! Haruma-senpai sangat tampan! Aku benar-benar tidak mengerti seleramu akan pria, Touka. Sangat aneh. Maksudku, dengan seseorang seperti kakakmu di sekitarmu, kupikir kau memiliki standar yang lebih tinggi.”
“Ya! Hei, Touka, Haruma-senpai sekarang jomblo, kan? Bisakah kau memperkenalkannya kepada kami, tolong? Anggap saja seperti membantu teman-temanmu.”
“Hei, aku juga mau! Tolong, Touka! Perkenalkan aku juga.”
“Aku bahkan tidak akur dengan kakakku.”
Touka tiba-tiba berbalik, memungkinkanku untuk benar-benar melihat betapa lelahnya dia. Mata kami bertemu, dan dia tersenyum begitu dia menyadariku.
“Ya Tuhan, Senpaaai! Kau seharusnya panggil saja aku dari awal jika kau melihatku! ♡”
Dia menyapaku dengan suara manis yang menjijikkan dan berlari ke arahku. Itu membuat dua gadis lain menyadariku juga. Mereka menatapku, jelas gugup.
“…Maaf. Aku bangun lebih awal dari biasanya hari ini, jadi aku masih setengah sadar. Bahkan tidak menyadari kau ada di depanku.”
Teman-temannya menghela nafas lega.
“Hai Touka, kami tidak ingin mengganggu kalian berdua, jadi kami duluan.”
“Sampai jumpa lagi.”
“Oke, nanti! …Sepertinya kau tidak mendengar apa yang mereka bicarakan,” katanya dengan suara lelah ketika dia melihat sosok teman-temannya yang melarikan diri dengan cepat. Ketika aku tidak memberikan jawaban, dia bertanya, “Hellooo? Jadi, apa kau mendengarkan apa yang mereka katakan atau tidak?”
“Yeah, sesuatu tentang seorang pria dengan wajah super menyeramkan yang tampaknya sangat menyukaimu. Kupikir kalian memanggilnya Yuuji?”
“Ya Tuhan, kau benar-benar mendengar semuanya! Apa kau marah?” katanya bercanda.
“Tidak juga, tidak. Aku akan marah selama-lamanya jika aku kesal dengan hal-hal seperti itu.”
“Kau sepenuhnya benar. Tapi aku tidak salah ketika aku mengatakan bahwa kau pria yang baik.”
“Apa maksudmu?”
“Kau bilang kau tidak memperhatikan kami karena kau khawatir tentang dua gadis lain tadi, bukan?” dia bertanya padaku dengan ekspresi serius di wajahnya dan melanjutkan, “Aku yakin kedua orang tolol itu tidak mengerti apa pun yang kukatakan tentang dirimu, juga.”
“Sejujurnya aku tidak peduli jika aku salah paham. Aku benar-benar terkejut bahwa kau memilih untuk ikut bersamaku daripada pergi bersama teman-temanmu.”
Dia mengangkat alisnya, terkejut dengan jawabanku.
“Yah, dari awal mereka bukan temanku. Aku kebetulan bertemu mereka dalam perjalanan ke sekolah, jadi kami bukan teman atau sesuatu semacam itu.”
“Oh, Kupikir mungkin itu masalahnya. Kau sepertinya tidak menikmati berkumpul bersama mereka.”
“Ya, secara umum mereka cukup menyebalkan,” dia menjelaskan dengan suara lelah.
Aku benar-benar hanya bisa diam dan setuju dengannya. Aku seharusnya membiarkan dia terus berbicara, kalau-kalau aku mengatakan sesuatu yang tidak menyenangkan.
“Sebenarnya, Senpai, aku ingin menanyakan sesuatu padamu. Kau punya rencana besok?”
Aku mengerti mengapa dia tidak ingin terus berbicara tentang itu. Aku juga tidak ingin terus membicarakan mereka, jadi aku hanya akan menjawab pertanyaannya.
“Uh, tidak juga. Aku berpikir untuk mengajak Haruma nongkrong di suatu tempat.”
Touka menggembungkan pipinya dengan marah pada jawabanku. Jelas, seseorang tidak terlalu senang dengan rencana akhir pekanku.
“Hah?! Kenapa kau mau membuat rencana dengan kakak bedebahku, bukannya aku, pacarmu!? Kau tahu, orang yang penting bagimu?! Aku tidak percaya ini!”
“Ya, benar. Kita pacar palsu yang lebih dari palsu. Apa? Kurasa kau ingin aku membuat rencana denganmu besok, bukan?”
Ekspresinya masam, dan dia mulai berteriak sehingga semua orang di blok sialan ini bisa mendengarnya.
“Ya Tuhan, Senpai! Jadi kita akan pergi melakukan kencan pertama kita besok, kan?! Aku tidak sabar!”
…Kembali mengarang cerita secara tiba-tiba, begitu ya.
Aku bahkan tidak tahu apa maksudnya dengan kencan pertama. Aku tidak mengatakan itu sama sekali.
Aku mungkin harus bertanya padanya tentang apa yang sedang dia bicarakan, dan—
“Tunggu, jadi Ike benar-benar pacaran dengan Tomoki?” salah satu siswa yang melihat kami bertanya-tanya.
“Dan di sini aku serius ingin mengajaknya kencan…,” kata siswa lain dengan sedih.
“Mengapa orang baik selalu finish terakhir? Gadis-gadis selalu mengejar pria bajingan. Kita hidup di masyarakat, kawan.”
Semua orang mulai memberi kami isi pikiran mereka sedikit setelah pernyataan tentang “kencan pertama” kami.
Gadis ini, aku bersumpah… Seberapa jauh dia mau melakukan ini?! Bisakah dia memikirkan bagaimana rasanya berada di posisiku?
Aku memelototinya, dan dia menjawab dengan mencibir, “Kau lebih baik menjadi pacar yang baik besok, Senpai.”
Aku menghela nafas. Aku harus tenang. Tenanglah, Yuuji. Tenang. Yah, terserahlah. Lagipula, aku tidak punya rencana apa pun besok.
“Jangan berharap terlalu tinggi.”
Dia tersenyum padaku dengan tatapan jahat di matanya.
☆
Post a Comment