[LN] Yuujin-chara no Ore ga Motemakuru Wakenaidarou? Volume 2 Selingan 3 Bahasa Indonesia

 

Selingan: Melarikan diri

 

Aku sangat mengenal pacar baru Yuu-kun—ia Touka-chan, adik perempuan Haruma. Dia gadis yang ceria, lembut, cantik, ramah, dan modis. Dia adalah penjelmaan dari apa yang diinginkan setiap gadis, serta pacar idaman seutuhnya. Pantas saja Yuu-kun ingin menjadi pacarnya.

Melihat mereka sangat akrab membuat hatiku sakit. Aku merasakan sesak yang sama di dadaku, dan pikiranku terganggu setiap hari. Aku merasa tidak enak hanya dengan memikirkannya. Pikiranku selalu kacau balau, begitu kacau hingga membuatku ingin menangis. Kenapa bukan aku yang mengajaknya pacaran duluan? Aku pantas bersamanya lebih dari Touka-chan, karena aku jatuh cinta padanya lebih dulu! Aku mencintainya lebih dari Touka-chan! Jadi kenapa dia bisa bersamanya?

Meski alasannya sudah jelas—karena aku tidak pernah melakukan apa pun, tidak pernah mendekatinya. Kau menuai apa yang kau tabur. Aku tahu itu akibat kesalahanku sendiri. Melihat mereka bersama dan menyadari bahwa mereka benar-benar pasangan yang cocok membuatku kehilangan semua harapanku. Tidak mungkin aku bisa masuk dan mengalihkan perhatiannya padaku. Aku tahu sudah terlambat untuk melakukan apa pun. Tapi meski begitu, aku tidak sanggup untuk menyerah memperjuangkannya!

“Tunggu, apakah itu berarti-! A-Apakah itu berarti selama dia imut, siapapun tak masalah?! Misal, itu bisa siapa saja selain Touka, kan?! Mari kita lihat apakah hubungan kalian benar-benar asli atau tidak!”

Aku telah meminta Haruma untuk membantuku mengetahui apakah hubungan mereka asli atau tidak, tapi semuanya malah berbalik melawanku; pada akhirnya, aku hanya memastikan bahwa mereka sebenarnya sangat menyukai satu sama lain. Itu membuatku semakin merasa pahit dari sebelumnya. Aku tidak punya pilihan lain selain mengakui bahwa aku tidak akan pernah mendapatkan kesempatan lain untuk memiliki Yuu-kun.

“Aku… Aku tidak bisa menerima perasaanku tentang hubungan mereka. Aku tidak bisa!” kataku pada diri sendiri saat itu. Pada titik itu, aku seharusnya telah menyadari bahwa aku sudah menyerah. Bisakah aku setidaknya mencoba menjadi temannya agar kami bisa kembali ke masa-masa indah itu? Kupikir itu akan menjadi tindakan terbaik, dan begitulah caraku mengumpulkan keberanian untuk “menyatakan perasaanku” padanya.

“Maafkan aku, tapi bisakah kita mulai sebagai teman dan melihat bagaimana keadaan akan berkembang dari situ?!”

Aku mencurahkan segenap hatiku ke dalam perkataanku. Meskipun aku tahu metode yang kugunakan bukanlah yang terbaik, aku akhirnya mengungkapkan padanya apa yang telah aku pendam jauh di lubuk hatiku. Fakta bahwa Touka muncul dalam percakapan kami sangat memudahkan, jadi aku setuju saja. Kukatakan padanya bahwa alasan aku ingin berteman adalah agar aku bisa memperbaiki hubunganku dengan Touka-chan. Jelas, semua itu adalah alasan. Bagaimana mungkin dia bisa menolak? Touka adalah pacarnya, dan Yuu-kun menginginkan yang terbaik untuknya. Yah, itu bukan sekedar alasan—aku benar-benar ingin memperbaiki hubunganku dengan Touka. Mungkin dengan cara itu, aku bisa menerima hubungan mereka dan bahkan pada akhirnya mendukung mereka.

Bagaimanapun, begitulah cara Tomoki Yuuji dan Hasaki Kana—ALIAS aku—mendapatkan kembali ikatan pertemanan kami. Aku sangat senang akhirnya bisa berdiri di sampingnya sebagai teman dan cuma bicara, lho? Tapi ternyata setiap kali aku mendapat kesempatan itu, Touka entah bagaimana akan selalu muncul sebagai topik pembicaraan. Yuu-kun akan selalu membuatnya telihat jelas betapa dia sangat peduli terhadap Touka, dan setiap kali dia melakukan itu, itu benar-benar merusak mood-ku. Kupikir aku bisa mengatasi itu, tapi semuanya tidak berjalan sesuai keinginanku. Mungkin suatu hari nanti, perasaanku akhirnya akan mereda, dan aku bisa menjadi temannya. Itu yang terus aku katakan pada diri sendiri, tapi begitulah naifnya diriku.

Namun, Natsuo masih ada jelas dalam pikirannya.

Saat kami berjalan ke kelas bersama-sama, topik tentang teman lamanya diangkat. Jelas dia mengacu padaku—pada Natsuo.

Ketika aku bertanya apa yang akan dia katakan kalau bertemu Natsuo, dia menjawab, “Hei, sudah lama sekali kita tidak bertemu. Ingin bertukar nomor telepon?” Dia masih menganggapku sebagai teman, bahkan setelah aku melanggar janjiku dan berbohong padanya berkali-kali. Mendengar dia menceritakan “temannya” seperti itu memberiku lebih banyak motivasi untuk membiarkan perasaan cintaku menghilang dan mencoba menjadi teman yang lebih baik.

“Teman pertamaku adalah seorang anak laki-laki bernama Natsuo.”

Topik tersebut muncul pada belajar bareng pertama kami, ketika Touka-chan dan Haruma sama-sama ada di sana. Mereka berdua tahu nama panggilan lamaku, dan mereka juga memperhatikan reaksiku. Saat Yuu-kun mendeskripsikan Natsuo dan betapa “spesialnya” dia, aku tahu mereka akan menghubungkan kedua hal tersebut dan menyadari siapa yang Yuu-kun bicarakan. Aku mengingat cara mereka memandangku, dan itu sangat menyakitkan. Jadi aku melakukan keahlian terbaikku—aku melarikan diri.


“Kau adalah Natsuo yang dibicarakan Yuuji-senpai, kan?”

Beberapa hari setelah itu, Touka-chan tiba-tiba muncul di depan pintu rumahku—sebagai tambahan, untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun—dan menanyakan hal itu padaku.

“A-Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan,” aku tergagap.

“Jangan berlagak bodoh,” kata Touka dengan suara serius. Dia menatap erat mataku saat dia bicara, “Aku punya banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan—seperti, kenapa dari awal kau berpura-pura menjadi Natsuo? Kenapa kau tidak pernah menemui dia lagi? Kenapa kau tidak mengatakan yang sebenarnya? Tapi sejujurnya, aku tidak peduli tentang semua itu.”

“Apa…?”

Kata-katanya dan tatapan tegasnya sangat menyakitkan, dan itu membuatku tersedak. Aku tidak ingin dia melihatku seperti itu. Aku mencoba mengalihkan pandanganku, tapi dia memegangi wajahku dengan kasar dan membuatku menatap tepat ke matanya.

“Pertanyaanku tidaklah penting; Aku tidak peduli. Tapi KAU tentunya harus melakukan sesuatu. Kau harus memberitahunya,” katanya. Suaranya bergetar karena marah, tapi ada sesuatu yang tersembunyi di baliknya. “Bekas luka di bawah matanya itu—dia mendapatkan itu dari melindungimu, kan?”

Aku tidak sanggup menjawabnya. Touka memperhatikan diamnya aku dan melanjutkan, “Aku tidak tahu bagaimana perasaanmu tentang bekas lukanya, tapi aku akan memberi tahumu apa yang aku pikirkan tentang itu—aku tahu pasti bahwa orang-orang tidak akan terlalu takut padanya tanpa bekas luka itu! TAPI!” Dia berhenti sejenak untuk menekankan kalimatnya, ekspresinya menjadi gelap, dan dia berkata, “Aku tahu dia masih bangga dengan bekas luka itu. Dia memberitahuku—katanya, bukan kataku—‘Aku mendapatkan ini dari melindungi seorang teman.’”

Hatiku hancur saat itu. Aku sangat gembira mengetahui bahwa dia masih memikirkan aku dan bekas luka tersebut seperti itu. Tapi, yang terpenting, aku sangat malu. Ketidakbergunaan dan ketidakmampuanku untuk melakukan apa pun muncul kembali ke dalam ingatanku, dan aku diingatkan bahwa dia telah menembaknya duluan sebelum aku. Aku buruk… Dia berusaha keras untuk menghiburYuu-kun; Sementara itu, lihatlah aku.

Dia akhirnya melepaskan cengkeramannya dari wajahku dan berkata, “Aku tidak tahu bagaimana perasaanmu tentang dia, tapi aku tahu dia benar-benar ingin bertemu Natsuo lagi.” Tiba-tiba, dia menundukkan kepalanya dan memohon, “Tolong, tolong katakan padanya yang sebenarnya.” Aku tidak menjawab, jadi dia melanjutkan, “Aku tidak yakin apakah dia akan memaafkanmu karena berbohong padanya, tapi menurutku dia harus bertemu ‘Natsuo’ setidaknya sekali lagi dan berbicara dengannya. Jadi kumohon…”

Touka-chan telah banyak berubah sejak terakhir kali kami bicara. Sebelumnya, dia tidak pernah benar-benar mengungkapkan pendapatnya tentang apa pun. Di satu sisi, itu adalah bagian dari daya tariknya. Melihatnya bertingkah seperti itu, sampai datang ke rumahku dan membungkuk di depanku demi pria yang disukainya itu hal yang luar biasa. Tidak diragukan lagi, dia berubah karena Yuu-kun. Dadaku terasa sakit lagi setelah aku menyadari fakta itu. Tapi saat aku melihatnya, aku berpikir, “Bagaimana mungkin aku bisa bersaing dengannya?” Tidak mungkin.

“…Oke, mengerti,” gumamku.

Ekspresi kasarnya langsung lenyap, dan senyuman terbentuk di wajahnya.

“Tapi sebagai gantinya, aku ingin meminta bantuan. Aku ingin kalian berdua ikut mendukungku di kompetisi tenis berikutnya,” kataku. Itu akan menjadi cara yang bagus bagiku untuk akhirnya menghancurkan perasaan ini selama-selamanya. Aku tidak berpikir Touka-chan akan memahami motif di balik permintaanku.

“…Oke. Tidak sepertimu, aku tidak akan lari dari rasa rendah diriku. Tapi dengan satu syarat: kau sendiri yang harus mengundangnya,” katanya. Dia menyebut topik tabu itu—alasan utama kami semakin renggang. Dia bersedia menghadapi kelemahannya dan memastikan agar aku tahu. Saat itulah aku akhirnya menyadari perjuangannya: berada di samping Haruma selama bertahun-tahun ini pasti telah menciptakan tekanan yang sangat besar baginya untuk melampaui standar kakaknya. Dia berusaha keras untuk menjadi yang terbaik dalam sesuatu dan ketika aku menang melawannya bertahun-tahun yang lalu, dia mengalami kehancuran. Setelah menyadarinya, aku sangat terpukul hingga aku tidak dapat menjawab. Aku hanya mengangguk lemah dan tidak menjawab. Itulah cara terbaik untuk mengatasinya.

Saat itulah aku berjanji pada diri sendiri bahwa aku akhirnya harus move on, bahwa aku akhirnya akan melupakan “cinta pertama”-ku untuk selama-lamanya.


Kalian mungkin sudah tahu bagaimana hasilnya. Aku tidak bisa berkonsentrasi sama sekali selama pertandingan, terutama karena Touka-chan dan Yuu-kun selalu ada di dalam pikiranku. Itu membuatku mengacaukan permainanku sepenuhnya, dan aku membuat lebih banyak kesalahan daripada biasanya. Aku kalah dalam pertandingan yang seharusnya mudah. Itu sangat menyedihkan. Ya, pada akhirnya, aku tidak bisa berhenti memikirkannya ataupun melupakannya. Aku benar-benar gagal, baik dalam cinta maupun tenis. Aku tidak bisa setuju, dan aku tidak bisa menyerah ketika hasilnya sudah jelas. Aku tidak bisa melakukan apapun. Aku sedang duduk sendirian di ambang keputusasaan ketika mendengar suaranya.

“Hei.”

Ksatria berzirah putih telah muncul. Aku sangat bahagia—dia muncul tepat di saat aku sangat membutuhkannya. Dia berusaha sekuat tenaga untuk memulai percakapan, dan yang aku inginkan hanyalah mengatakan padanya betapa aku mencintainya. Di saat yang sama, semua perasaan negatif itu muncul kembali—kenapa Touka-chan dan bukan aku?

“Sudah terlambat untuk menarik kembali kata-katamu sekarang, Tomoki-kun! Kau tidak dapat bilang padaku lagi bahwa mengganggu hubungan orang adalah hal yang salah! Dan kau tidak bisa bilang padaku bahwa terus mengungkapkan perasaanku adalah hal yang aneh, tidak peduli berapa kali aku ditolak!”

Itulah yang akhirnya aku teriakkan setelah kami membicarakan tentang kami; bukan berarti dia sadar akan hal itu. Aku tahu bahwa keputusanku sangatlah buruk, dan aku orang yang jahat karena melakukan itu, tapi tetap saja! Kata-katanya sangat mengena di hatiku. Aku tahu kata-katanya timbul dari kesalahpahaman, tapi tetap saja!

“Jangan terlihat begitu sedih! Bagaimanapun, aku telah menemukan jawabanku!”

Aku tidak peduli jika ada orang yang menganggapku buruk, termasuk Touka-chan. Semua perasaan yang telah aku pendam selama bertahun-tahun—aku tidak akan menyerah! Aku lelah mencoba bertingkah seolah-olah semua perasaanku ini tidak ada!

“Senang mengetahuinya,” jawabnya, tampak agak gelisah. Aku suka penampilannya: dia sangat keren dan dewasa, tapi aku tahu dia sangat lembut di dalam hatinya. Ini mengingatkanku pada saat itu.

“Mhm, makasih! Berkatmu, sekarang aku merasa jauh lebih baik, Yuu-kun!” Aku berterima kasih padanya tanpa berpikir dua kali. Yuu-kun dengan cepat menyadari apa yang baru saja aku katakan.

“Huh?” bisiknya. Dia menatapku dengan tidak percaya, dan saat itulah aku menyadari bahwa aku telah mengacaukannya. “…Natsuo?”

Dia tampak bingung sejenak, seolah tidak mampu memahami fakta bahwa aku memanglah Natsuo. Aku tahu ini adalah kesempatan terbaik untuk akhirnya menjelaskan semuanya, tapi aku tidak sanggup melakukannya. Maksudku, aku baru saja membicarakan tentang bagaimana aku jatuh cinta dengan seorang teman lama yang secara kebetulan datang melihatku hari ini bersama pacarnya! Dia akhirnya akan menghubungkan semua itu dan menyadari bahwa dialah yang aku bicarakan sepanjang waktu! “Apa yang sebaiknya aku katakan?” Aku terus berpikir dengan terus memutar otakku untuk mencari alasan.

Yuu-kun, sementara itu, menatapku dengan tak sabar—bahkan dengan sangat menyedihkan. Dia sedang menunggu jawabanku, tapi aku tidak sanggup melihatnya! “A-Aku harus lari! Aku tidak bisa melakukannya! Aku tidak bisa!” Aku berpikir sendiri dengan panik. Aku akhirnya melarikan diri darinya, seperti yang aku lakukan bertahun-tahun yang lalu.

 

 

Sebelumnya - Daftar Isi - Selanjutnya