[LN] Chitose-kun wa Ramune Bin no Naka Volume 1 Chapter 1.10 Bahasa Indonesia

 


Chapter 1: Riajuu yang Dibenci Memiliki Pengaruh Besar Atas Sekolah

10

 

Malam itu, aku berbaring di tempat tidur, dengan hikmat mengetuk smartphone-ku. Ada beberapa grup LINE yang telah aku masuki sejak kelas satu, undangan atau konsultasi pribadi, dan pesan sapaan dari gadis-gadis di kelas yang telah bertukar ID denganku untuk pertama kalinya hari ini.

Untuk kelompok atau orang yang tidak aku minati, aku cukup ramah agar mereka tidak tahu bahwa mereka itu mengganggu, tapi pada saat yang sama, menarik garis dengan cukup baik agar tidak ada kesalahpahaman. Bagi mereka yang ingin aku kenal lebih baik lagi, aku menjadi sedikit lebih akrab. Sama seperti memilah sayuran untuk dikirim.

Untuk riajuu seperti kami, jalinan hubungan yang bahkan tidak kami minta sudah dibuat sebelum kami bisa menyadarinya, dan hubungan timbal balik itu terjalin begitu rumit hingga kami tidak memiliki motivasi untuk melepaskannya. Kebanyakan dari itu adalah panah satu arah dari ‘suka’ atau ‘mati’ dari pihak lain yang terus-menerus ingin kami hentikan, tapi pada kesempatan langka ada jebakan yang dapat langsung menyebabkan ledakan besar, jadi kami tidak boleh ceroboh.

Setelah kalian memasang wajah tersenyum, kalian tidak boleh melepas topeng itu, setidaknya sampai kalian lulus dan berpisah.

Setelah menghabiskan waktu sekitar tiga puluh menit untuk menyelesaikan tugasku di grup, aku akhirnya membuka pesan dari teman-temanku.

Yang pertama adalah Kaito.

“Oh, Saku yang hebat, dewa payudara, menurutmu berapa ukuran cup payudara kebanggaan dan kegembiraan klub basket kita Nanase Yuzuki?”

“Umu, sesungguhnya itu adalah satu set D-cup berbentuk mangkuk yang kenyal.”

“Dan bagaimana dengan Yuuko?”

“Ketahuilah bahwa itu adalah sepasang E belahan bumi lembut.”

“Seperti yang diharapkan dari dewa!!”

Kaito benar-benar idiot, huh. Tanda‘Dibaca’ muncul begitu cepat, sepertinya dia tidak sabar menunggu balasanku.

Pesan dari Kazuki sederhana saja.

“Apa rencana makan siang besok?”

“Kantin sekolah, kurasa. Ayo ajak Nanase dan Haru juga.”

Yuuko menggunakan terlalu banyak emoji dan stiker.

“Sayang (banyak hati). Ayo lakukan yang terbaik sebagai perwakilan kelas, oke? (banyak bintang-bintang)”

“(banyak emot jempol). (banyak emot hati).”

Konten Nanase sedikit tidak terduga, tapi dalam satu hal, sesuai dengannya.

“Aku telah memikirkanmu selama ini, Chitose-kun. Mari kita ngobrol lebih sering mulai sekarang.”

“Begiti pun aku, aku juga memikirkanmu, Nanase. Kita akan banyak mengobrol!!”

Entah kenapa, pesan Yua adalah foto close-up sebuah sosis.

“Merasa baik hari ini, dagingnya enak!”

“Setidaknya jadikan itu selfie seperti yang biasadilakukan gadis kekinian…”

Sekarang.

Aku untuk sementara meletakkan smartphone-ku di meja di samping tempat tidur  dan pergi ke balkon. Bulan berbentuk lingkaran sempurna yang terlihat seperti telah dibentuk secara presisi menggunakan kompas mengapung di langit.

Anehnya hangat bahkan saat ini, udara dipenuhi dengan aroma malam di musim semi. Mungkin karena itu berhubungan dengan kenangan masa kecilku, aku merasa resah dan gelisah pada malam bulan April, dengan perasaan bahwa sesuatu yang baru akan segera dimulai.

Sebuah malam di pedesaan. Saat itu pukul 10 malam, ketika semua orang di jalan telah lama tersedot masuk ke dalam rumah, dan bahkan suara mobil terdengar sangat jarang. Separuh dari mereka sudah bermimpi, dan separuh lagi tinggal selangkah lagi untuk melakukan itu. Selama suasana sunyi seperti inilah aku tiba-tiba berpikir.

Apakah aku ada di kota ini dengan benar? Di sudut dunia yang tampak seperti buatan ini, apakah aku melakukan tugasku dengan baik dalam memainkan peran yang diberikan padaku? Misalnya, jika aku pecah dan menghilang seperti gelembung sabun keesokan harinya, apakah itu akan mengukir kenangan akan rasa sakit, luka, cinta dan penyesalan hingga tercabik-cabik, dan kesendirian yang membuat gila di dalam hati seseorang, diukir begitu dalam sehingga itu tidak akan pernah pudar atau ternoda lagi?

Sebuah pedesaan kecil, sebuah SMA kecil, dan di dalamnya, sekelompok riajuu kecil yang menaruh harapan. Tidak peduli seberapa keras kita berlari, kita mungkin hanya berlari berputar-putar bersama, di sebuah taman dalam kotak miniatur tanpa jalan keluar yang sebenarnya.

Entah karena apa, dengan lembut aku mengulurkan tangan ke arah bulan yang bersinar tinggi di langit, seakan memperkirakan jarak di antara aku dan bulan itu.

Aku berpikir tentang Yamazaki Kenta-kun.

Apa yang kau pikirkan sekarang?

Jika mungkin kau sedang melihat bulan ini, apakah kau melihat bulan yang sama dengan yang aku lihat?

Aku kembali ke kamar, mengambil smartphone-ku, dan mulai menelepon.

 

 

Sebelumnya - Daftar Isi - Selanjutnya