[LN] Chitose-kun wa Ramune Bin no Naka Volume 1 Chapter 2.2 Bahasa Indonesia
Chapter 2: Kenta-kun di Dalam Kamar
2
Setelah membeli tiket makan dan mengambil makanan dari konter, kami kembali ke meja kami. Kebetulan, aku dan Kazuki masing-masing memesan semangkuk besar ramen oomori dingin, item menu yang memiliki tingkat popularitas yang sama dengan katsudon. Sejujurnya, menu ini tidak lebih dari ramen shoyu dingin, dan jika kalian berpikir jernih, rasanya sama sekali tidak seenak itu, tapi entah kenapa, menu ini memiliki kualitas yang membuat ketagihan hingga kalian ingin memakannya secara teratur. Kebetulan, fakta bahwa hanya anak laki-laki yang kecanduan dan tidak pernah dipesan oleh anak perempuan adalah salah satu dari Tujuh Misteri (sementara) SMA Fuji.
“Bagaimanapun, bersulang untuk merayakan kelas baru!”
Mengikuti arahan Yuuko, dengan seruan “Waheyy” dan “Yeaa”, kami semua bersulang bersamaan. Tentu saja, itu adalah gelas berisi air
Sambil dengan lahap menelan katsudonnya, Kaito angkat bicara
“Ngomong-ngomong, Yuzuki dan Haru, bagaimana menurut kalian dengan kelas baru kalian? Kami berada di kru biasa kami bersama-sama dan tidak banyak yang berubah, tapi bukankah kalian berdua satu-satunya dari Kelas 1-3?”
Haru juga menelan katsudonnya dengan susah payah, dengan gairah yang tidak ingin kalah dari Kaito.
“Meskipun kau bertanya bagaimana menurut kami, ini baru hari kedua, lho. Yah, aku adalah tipe orang yang dapat beradaptasi dengan baik dalam suasana apa pun, dan berpikir bahwa semuanya benar-benar menyenangkan. Aku dari awal berhubungan baik dengan Chitose dan Mizushino, serta Ucchi dan Yua juga mudah akrab. Dan yang terpenting, dengan anggota ini, kami tampaknya sudah menyatu untuk turnamen permainan bola!”
Sebaliknya, Nanase menelan steak Hamburg di mulutnya, lalu meletakkan sumpitnya untuk sementara sebelum mulai bicara.
“Aku merasakan hal yang hampir sama. Tapi kesan jujurku adalah bahwa secara keseluruhan, tentunya ada banyak orang yang belum pernah aku ajak bicara”
“Ohh itu, aku juga berpikir kalau aku tidak mengenali banyak dari mereka sama sekali!”
Bereaksi terhadap respon riang Yuuko, Kazuki menyela.
“Uh, simpati dari seseorang yang bahkan tidak ingat dengan orang yang mereka ajak bicara sama sekali tidak membantu, lho.”
“Ughh, Kazuki sangat berisik. Aku pikir kelas sore kita adalah Matematika, Biologi dan Bahasa Inggris, bukan? Tiba-tiba masuk ke Hard mode sampai jam pelajaran ketujuh… Aku ingin pulang.”
Mencoba mencocokkan ritme percakapan mereka, aku menyela dengan “Yah, lagipula tempat ini adalah sekolah persiapan” dengan nada santai yang sebisanya aku kerahkan. Aku kemudian melanjutkan dengan kalimatku berikutnya.
“Berbicara soal itu, pernahkah kalian berpikir bahwa kalian lebih baik tidak datang ke sekolah?”
“Eh, kenapa begitu? Di sekolah ada pelajaran Olahraga”
“Kenapa? ada banyak gadis-gadis cantik disini”
“Ada apa, Saku?! apa kamu sedang mengalami masa puber!?”
“Baiklah, aku paham, aku mengutarakan pertanyaan itu dengan buruk”
Melihat reaksi Haru dan Kaito, Yuzuki, dan Yuuko, dalam hati aku menepuk muka. Tadinya kupikir, untuk saat ini, aku akan dapat mengumpulkan pendapat sambil tetap merahasiakan situasi Yamazaki Kenta-kun, tapi tidak mungkin riajuu sejati ini akan mengalami masalah seperti itu.
Dan juga, grup ini memiliki lebih banyak orang bodoh daripada yang kupikir, jadi tidak masalah untuk mencoba bertanya secara langsung”
“Baiklah, misalkan saja ada seorang pria yang benar-benar tidak ingin datang ke sekolah. Menurut kalian apa yang bisa menjadi alasannya?”
Orang yang pertama kali meresepon adalah Kaito dan Haru
“Apakah kau berbicara tentang pembolosan? Aku sendiri tidak terlalu yakin, tapi menurut perkiraan, bukankah pembulian atau semacamnya adalah penyebabnya?”
“Bisa juga karena mereka tidak memiliki hubungan yang baik dengan orang lain di klubnya. Kau tahu, seperti, senior mereka terlalu ketat dan sulit untuk mengikutinya, atau, bukan berarti itu pembullyan, tapi mereka tidak bisa akur dengan rekan satu tim mereka.”
Keduanya memberikan saran masuk akal yang tidak seperti biasanya. Memang benar alasan seperti itu mungkin umum, tapi justru itulah sebabnya banyak orang tampaknya berjuang menghadapi itu.
Dengan tampilan yang sepertinya sedang mencari sesuatu, Kazuki mulai bicara.
“Di sekolah persiapan seperti sekolah kita, mungkin juga mereka tidak dapat mengikuti pelajaran, atau mengalami penurunan mental selama ujian. Lagi pula, itu bukanlah hal yang tidak biasa untuk mendengar seseorang yang nilainya berada di tingkat atas saat SMP tapi hanya di atas rata-rata saat di sini. Yuuko, bagaimana menurutmu?”
Berdasarkan informasi dari Kura-sen, menurutku kemungkinan akan hal itu rendah, tapi juga sangat mungkin bahwa orang yang dimaksud adalah seseorang yang tidak akan puas hanya dengan nilai di atas rata-rata.
“Mungkin sesuatu yang berhubungan dengan cinta? Sungguh menyakitkan ketika orang yang kau sukai hampir tidak pernah melihat dirimu, dan akan sangat buruk jika mereka menolak pernyataan cintamu dan berpacaran dengan orang lain. Bahkan aku pun akan berhenti ingin pergi ke sekolah.”
Memang seperti Yuuko sekali, aku tidak pernah mempertimbangkan semua itu, mungkin karena prasangkaku terhadap anak laki-laki yang tidak datang ke sekolah. tapi jika dipikir baik-baik, itu adalah salah satu dari empat hal teratas yang harus dikhawatirkan siswa SMA, bersama dengan persahabatan, kegiatan belajar dan klub.
“Aku bertanya-tanya, hanya karena seseorang tidak mau datang ke sekolah bukan berarti penyebabnya adalah masalah yang berhubungan dengan sekolah, bukan?”
Salah seorang memotong, itu adalah Nanase.
“Misalnya, mereka mungkin mengalami hari yang buruk di luar sekolah dan kehilangan niat untuk pergi ke sekolah, atau mereka mungkin takut berinteraksi dengan orang lain.”
Aku pikir itu adalah sudut pandang yang menarik. Kami semua secara tidak sadar cenderung fokus pada masalah-masalah di dalam sekolah, tapi kurasa beberapa orang sedang membangun kelompok di luar sekolah.
Yuuko menyuarakan pendapat yang berbeda.
“Tapi bukankah itu terasa aneh? Jika itu adalah aku dan ada sesuatu di luar sekolah yang tidak aku sukai, aku rasa itu akan membuatku lebih termotivasi untuk datang ke sekolah dan bertemu teman-temanku…”
“Itu karena kamu punya tempat favorit di sekolah, Yuuko. Tapi bisa jadi seseorang tidak terlalu menghargai tempatnya di sekolah, atau mereka hanya memiliki tempat di luar sekolah, tempat dimana mereka merasa pas. Bahkan jika bukan itu masalahnya, setelah hubungan mereka di satu tempat memburuk, akibatnya mereka mungkin merasa tidak nyaman juga dengan hubungan di tempat lain.”
“Begitu ya.. Dengan kata lain, ini seperti ketika maskara favoritmu terjual habis, kau tidak dapat memilih maskara lain semudah itu, dan ketika seseorang memberi tahumu bahwa makeup-mu terlihat buruk, kau bahkan menjadi takut sepenuhnya untuk merias wajahmu!”
“…Kau tidak sepenuhnya salah, jadi sulit untuk melakukan tsukkomi.”
Karena Yuuko dan Nanase telah berhasil dengan baik dalam menambahkan punchline-nya, aku tidak perlu bertanya kenapa dia mengungkit hal semacam itu.
Bagaimanapun, bahkan jika aku memikirkan ini dan itu, tidak ada gunanya kecuali aku mencoba mengunjungi orang yang dimaksud. Aku memutuskan untuk berkonsentrasi pada ramen dingin di depanku.
Umu, ini jelas ramen shoyu dingin yang biasanya aku pesan berulang-ulang.
Post a Comment