[LN] Psycho Love Comedy Volume 4 Epilog Bahasa Indonesia

 

Adegan Penutup – Outroduction

 

“…Benarkah, apakah tidak apa-apa?”

Dua hari telah berlalu setelah keributan Festival Bon dan saat ini tengah hari. Kyousuke dan rekan-rekannya berada di depan pintu masuk utama kediaman Akabane, mempersiapkan perjalanan pulang mereka. Pada kesempatan perpisahan ini, Eiri mengangguk dengan tegas pada pertanyaan Fuyou dan berkata:

“Ya, Okaa-sama.”

“Begitu… Fufu. Baiklah. Bagaimanapun, itu keputusanmu sendiri, Eiri.”

–Pemberhentian dirinya dari Sekolah Rehabilitasi Purgatorium.

Eiri telah memilih jalan untuk tidak membunuh, jadi ini adalah saran Fuyou padanya.

Adapun bagaimana Eiri bisa terdaftar di sekolah itu, itu dicapai dengan Fuyou membayar uang kepada sekolah. Karena itu berbeda dari siswa lain, dia tampaknya bisa memilih untuk berhenti.

Karena dia tidak perlu membunuh, tentu saja, dia tidak diwajibkan untuk terus belajar di sekolah para pembunuh. Meski begitu, jawaban Eiri adalah “Tidak.” Karena dia bilang dia ingin lulus bersama yang lainnya.

Selain itu–

‘Aku memiliki seseorang yang harus aku lindungi apa pun yang terjadi.’

–Dia bahkan mengatakan itu. Tegas dan teguh.

Seseorang telah menolak keputusan itu dengan keras, ialah, adik perempuan Eiri, Kagura. Mulai dari kemarin pagi, hingga siang hari ini, dia telah mencoba segala cara untuk meyakinkan kakaknya. Saat Kyousuke memikirkan bahwa sudah waktunya untuk Kagura menyerah…

“Nee-san, kamu harus lebih menjaga kesehatanmu, oke? Selain tidak terluka, berhati-hatilah terhadap flu dan sejenisnya… Jika bajingan sampah itu mencoba menyentuhmu atau mengatakan hal-hal bodoh, jangan lupa untuk memberi tahuku. Aku akan mengubah mereka semua menjadi daging cincang! Guru wali kelas yang dikabarkan berencana mengincarmu akan kuubah menjadi tuna cincang dengan bawang. Ngomong-ngomong, makanan disana sampah… Akabane akan menekan dan meminta mereka untuk mengubah menu Nee-san, oke? Dan juga, dan juga–”

“Kamu terlalu khawatir.”

“Auw!? …Sakit.”

Mendapatkan pukulan sabetan di kepala, Kagura memelototi Eiri dengan marah.

Sejak berbaikan dengan Eiri, begitulah sikap Kagura. Mungkin dia ingin menebus hari-hari ketika dia bersikap bertentangan dengan perasaannya yang sebenarnya, dia sekarang tampak seperti orang yang berbeda.

“Kusukusu. Dasar siscon parah. Kagura sampah, itu menjijikkan.”

“Kau tidak punya hak untuk memanggilku seperti itu, Ayaka brengsek. Apakah kau mau aku mencungkil organ dalammu?”

“Hei hei…”

Melihat Ayaka dan Kagura berdebat dengan keras, Kyousuke menjadi jengkel.

Situasi tidak membaik sejak mereka berdua bertemu. Sepertinya butuh waktu lama sebelum kedua gadis itu akur–Saat Kyousuke memikirkan hal itu, Kagura meliriknya–

“Untuk apa kau hei-hei begitu? Kuatkan dirimu juga.”

“Huh… Aku?”

“Ya, kau. Terlepas dari bagaimana penampilan Nee-san-ku, dia sangat lemah secara mental, jadi tolong dukung dia. Jika sesuatu terjadi padanya, aku tidak akan memaafkanmu.”

“Uh, oke…”

Kagura masih tidak memperlakukan Kyousuke dengan baik.

“Secara pribadi, aku masih belum menyetujuimu. Jangan berpikir kau bisa mengandalkan bantuan Fuyou dan menjadi sombong, oke? Kau perlu tekad yang cukup banyak jika ingin menjadi suami Nee-san. Sejujurnya, kau harus bersiap untuk dibunuh olehku.”

“Hei, tunggu sebentar. Aku belum mengatakan apa pun tentang menikahinya–”

“Jadi maksudmu Nee-san tidak cukup baik?”

Kagura meraih kipas logamnya.

“Huh!? Tidak, bukan itu maksudku–”

“Ya, lihatlah ini! Kyousuke sudah memiliki cinta sejatinya, benar-benar milikmu Hikawa Renko! Aku tidak menyangka kau membuangku, kandidat nomor satu sebagai seorang istri, dan membuat keputusanmu sendiri!?”

“Ayaka tidak tahan ini! Meskipun poin Eiri-san telah meningkat, tapi dia masih belum menyusul Renko-san. Mengenai pernikahan Onii-chan, kau harus mendapatkan izin Ayaka dulu!”

“…Tidak, keputusan harus dariku dulu. Aku belum setuju.”

Melihat Renko dan Ayaka berteriak dengan marah, Kyousuke menggaruk bagian belakang kepalanya.

“Maaf… Ini pasti membuatmu pusing juga, Eiri. Dengan seseorang sepertiku yang disodorkan sebagai calon suami, kesampingkan perasaanku, tapi setidaknya mereka harus memikirkan bagaimana perasaanmu–”

“Aku tidak peduli.”

Eiri memotong Kyousuke dengan acuh tak acuh.

Lalu memeluk Puutaro yang diambilnya dari rumah, mungkin untuk dibawa kembali ke asrama–

“Aku, secara pribadi… tidak terlalu peduli, tahu?”

Eiri memerah. Kyousuke mengira kalau Eiri akan berkata “sungguh menyebalkan. Matilah saja sana” tapi respon ambigunya membuat Kyousuke bingung.

“Tidak, tunggu. Kedengarannya seperti kamu mau menikah denganku?”

“Semacam itu, kan?”

“S-Semacam itu…”

Artinya semakin ambigu. Saat Kyousuke bingung harus berbuat apa, Eiri mengencangkan pelukannya. Mengubur hidungnya ke dahi Puutaro, dia berkata dengan canggung:

“Setelah kejadian ini, aku telah membuat keputusan. Aku ingin menjadi lebih terbuka dan tidak terus-terusan berbohong. Tidak ada hal baik yang akan datang dari secara paksa menyembunyikan perasaan dari lubuk hatiku yang sebenarnya… Dan juga, aku juga banyak berpikir tentang segala macam hal setelah itu. Sepertinya, umm… aku tidak benar-benar membenci… mu. Jadi, yah… Selama kamu tidak keberatan, aku mungkin tak masalah… B-Bagaimana menurutmu, Kyousuke? Menikah denganku… Apakah kamu menentangnya?”

“Huh?”

Kyousuke tersentak menanggapi serangan yang menghancurkan itu.

Dihadapkan dengan serangan mendadak seperti itu, pikirannya menjadi kosong.

Eiri mendongak penuh seksama dengan mata penuh gairah, tanpa gaya kasar seperti biasanya. Ekspresinya menunjukkan kekhawatiran serta dia tampak jinak dan patuh.

Kyousuke tahu wajahnya semakin panas saat tatapannya mulai kesana-kemari.

“Y-Yah… Coba kupikir, sekarang setelah kamu mengatakannya…” 

 


 

“ “ “——” ” ”

Eiri, Kagura, Fuyou dan anggota Akabane lainnya sedang menatap Kyousuke yang malu.

Punggung Kyousuke berkeringat dingin.

“Sejujurnya, m-menikahi seorang gadis seperti Eiri akan–”

“UWAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!? Oh sial~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~!?”

Tepat pada saat itu, Renko dengan sengaja berteriak. Kemudian dengan kasar, dia menarik tangan kanan Kyousuke–

“Sial, sudah terlambat! Kita tidak akan tepat waktu kecuali kita buru-buru! Cepat, Kyousuke, waktunya lari! Tidak ada waktu untuk berpamitan! Shuko–!”

“Huh!? Hei tunggu–”

“Ahhhhhhhhh!? Seriusan, oh tidak!? Terlambat, terlambat, kita sangat terlambat! Kita tidak akan tepat waktu kecuali kita buru-buru!? Larilah, larilah, Onii-chan!”

Bekerja sama dengan Ayaka yang telah meraih tangan kiri Kyousuke, mereka menyeret Kyousuke keluar.

Melihat arlojinya, Busujima dengan tenang berkata:

“Tidak, tidak akan. Masih ada banyak waktu meski kita tidak terburu-buru–Ooph!?”

Renko meninju perut Busujima dan memaksanya tutup mulut.

“Oke, Eiri, kau juga sebaiknya cepat! Aku tidak berpikir kau mau didisiplinkan oleh Kurumiya-sensei, kan!?”

“Y-Ya… Kurasa…”

Tergagap, Eiri ingin mengatakan sesuatu, lalu melihat ke arah Fuyou.

Dengan membelakangi Kyousuke yang telah diseret oleh Renko dan Ayaka–

“Okaa-sama, kalau begitu aku akan pergi? Umm… Terima kasih! Sepertinya aku telah salah paham denganmu selama ini. Kupikir kamu orang yang sangat menakutkan, umm… Maaf.”

Eiri menundukkan kepalanya dan meminta maaf. Fuyou terkikik dan menutupi sudut mulutnya dengan ringan.

“Jangan biarkan itu membebani pikiranmu. Memang benar aku kejam, namun, Eiri… Kamu adalah putri berharga dan tercinta yang telah aku lahirkan bersama suamiku tercinta. Jangan pernah melupakan itu.”

“Ya, Okaa-sama…”

“–Dan juga.”

Suara Fuyou sedikit merendah saat dia menyipitkan mata merah darah itu. Tatapannya diarahkan langsung ke titik tertentu, gadis yang mengenakan topeng gas hitam. Mendekatkan bibirnya ke telinga Eiri, dia berbisik.

“Jangan kalah, oke?”

“……Oke.”

“Jangan khawatir. Nee-san akan menang dengan mudah…. Itu akan menjadi kemenangan instan selama dia berusaha sekuat tenaga…. Tunjukkan pada mereka. Tunjukkanlah pesona dan kekuatanmu, Nee-san.”

“Ahaha…. K-Kurasa kamu benar? Ya, aku akan berusaha keras.”

“Oke. Tapi pasti membosankan bergaul dengan anak laki-laki itu sepanjang hari…. Jika kamu punya waktu, pulanglah sesekali, oke? Aku benar-benar menantikan saat kita bertemu lagi, Nee-san.”

“Ya, aku juga. Jaga dirimu, oke? Kagura.”

“Ya. Kau juga, Nee-san, hati-hati–”

Meletakkan Puutaro di tanah, Eiri memeluk Kagura dengan erat. Kagura balas memeluknya dan mengusap pipi mereka dengan penuh kasih.

Fuyou tersenyum kecut “ya ampun, dua anak ini” lalu melambai ke rombongan Kyousuke.

“Terima kasih, semuanya, telah tinggal di kediaman kami yang sederhana ini. Kalian dipersilakan untuk berkunjung kapan saja nanti. Dan juga, Kyousuke-san, kunjungan berikutnya, kamu harus datang sebagai suami. Fufufu.”

“H-Haha…”

“Aku mengandalkanmu.”

Fuyou membungkuk dalam-dalam, tapi Kyousuke hanya bisa merespon dengan senyum kaku.

Keluarga bergengsi di sisi gelap masyarakat, yang telah membesarkan banyak assassin.

Setelah mendapatkan persetujuan keluarga ini, Kyousuke dapat merasakan bahwa posisinya semakin jauh dari kehidupan sehari-hari yang normal…

 

 Back - Daftar Isi - Next