[LN] Genjitsu de Love Comedy Dekinai to Dare ga Kimeta? Volume 1 Chapter 1.2 Bahasa Indonesia
Chapter 1: Siapa Bilang Kalau Para “Karakter” Akan Menjadi Teman Baik Sejak Awal?
2
Kiyosato Mei. Kelas 1-4, Nomor Siswa 10. Anggota klub tenis. Lahir pada tanggal 2 April. Sebelumnya bersekolah di SMP Akagara, yang terletak di luar prefektur. Sekolah itu adalah gabungan SMP dan SMA, tapi karena pekerjaan orang tuanya, dia pindah ke Kota Kyougoku ketika dia masuk SMA. Saat ini pulang pergi ke sekolah dari rumah orang tuanya di bagian timur laut kota.
Tinggi 160 sentimeter. Rambut hitam halusnya ditata gaya bob sebahu dan sering diikat ke belakang saat sedang berolahraga, seperti selama kegiatan klub.
Mata besar, bulu mata panjang, dan tahi lalat di bawah mata kanannya. Hidung dan mulut kecil, dan semua bagian wajahnya tertata rapi. Selain itu, dia memiliki bentuk tubuh yang baik, dengan anggota tubuh, yang fleksibel dan bertumbuh, membuatnya sulit untuk membayangkan kalau dia adalah siswa SMA kelas satu, semua itu menempatkannya di posisi pertama dalam peringkat gadis kelas satu Kyou-Nishi yang imut dan gadis kelas satu Kyou-Nishi yang ingin aku pacari dengan nilai dua kali lipat lebih tinggi dari posisi runner-up.
Penampilannya dewasa dan tipe Yamato nadeshiko*, tapi kepribadiannya ceria dan lincah, dan dia adalah karakter malaikat tipe genki yang baik kepada semua orang. Dia ceria dan memiliki banyak kosakata percakapan, yang memungkinkannya dapat menangani percakapan bergaya rom-com dalam waktu singkat.
TL Note: Yamato nadeshiko (やまとなでしこ atau 大和撫子) adalah istilah Jepang yang berarti “personifikasi wanita Jepang yang ideal”, atau “lambang kecantikan feminin yang murni”. Istilah ini sering digunakan untuk mendeskripsikan seorang wanita muda yang pendiam dan, dalam konteks modern, nostalgia dari wanita dengan sifat baik yang dianggap semakin langka.
Menjadi anggota klub tenis sejak masa SMP, dia telah berpengalaman berkompetisi di Kejuaraan Tunggal Nasional. Nilainya dalam Bahasa Jepang adalah yang teratas, dan dia peringkat lima tahun angkatan untuk jurusan IPS.
Tidak ada batasan popularitasnya dengan anak laki-laki, dan penggemarnya muncul satu demi satu, tidak hanya di antara siswa kelas satu tapi juga kakak kelas. Pengalaman masa lalunya dengan laki-laki tidak jelas, tapi tampaknya tidak ada orang yang berhubungan dengannya secara publik. Setidaknya, ada bukti pasti bahwa saat ini, setelah masuk SMA, dia tidak punya pacar.
Dia ramah secara merata dengan teman-teman sekelasnya tapi tidak tergabung dalam kelompok tertentu. Bahkan jika dia diundang untuk pergi jalan-jalan dengan mereka ke suatu tempat, dia akan menolak mereka menggunakan aktivitas klubnya sebagai alasan, dan tidak ada catatan dia pergi kemana-mana dengan siapa pun. Bahkan di dalam klubnya, tidak ada tanda-tanda bahwa dia berhubungan baik dengan seseorang, dan saat ini, entah itu hal yang baik atau buruk, dia membangun hubungan sosial yang setara.
Membaca adalah hobinya, dan genre favoritnya adalah novel misteri dan non-fiksi. Di sisi lain, tampaknya, dia tidak pernah membaca novel hiburan, novel percintaan, atau novel ringan.
Di rumah, dia tipe orang yang memakai piyama, dan dia adalah tipe yang mandi sebelum makan malam. Untuk pasta gigi, dia menyukai rasa mint hijau. Memiliki kulit kering, kekhawatirannya baru-baru ini adalah jari-jarinya yang kasar setelah aktivitas klub. Dia secara teratur menggunakan casing jenis flip cover untuk ponselnya, dan tas riasnya selalu ada lip balm, seprai deodoran, krim tangan siap pakai.
Peringkat Potensi: Potensi Visual A. Potensi Kompetensi Dasar A. Potensi Kepribadian A. Potensi Tingkah Laku A. Potensi Cara Bicara A.
Evaluasi posisi “Potensi Rom-com” saat ini ─ S. posisi “Heroine Utama” dikonfirmasi.
Akhir kutipan dari Catatan Tomodachi.
“…Ini cukup mengesankan.”
Uenohara bergumam sambil menyipitkan matanya. Kebetulan, semua yang ada di halaman ketiga dan seterusnya adalah informasi yang berkaitan dengan “dia”.
“Benar, kan? Dia kurang lebih sudah menjadi ‘Heroine Utama 2D’, kan?”
“Yah, gadis ini juga mengesankan, tapi informasi dan konten penelitian yang jumlahnya tak terbatas ini gila.”
“Sebenarnya, aku bahkan ingin menindaklanjuti setiap detail tahun-tahun masa SMP-nya. Tapi yah, seperti yang bisa kau duga, ada batasan tentang apa yang dapat dilakukan untuk perihal di luar prefektur…”
“Jika sebanyak ini masih terlalu sedikit, lalu seberapa jauh…?”
Uenohara menggelengkan kepalanya sambil memegangi dahinya. Hmm, begitulah pose yang sering kau lihat di iklan obat sakit kepala.
“Sebenarnya, bagaimana kau bisa mengenalnya? Dia berasal dari luar prefektur. Kau bilang kau memastikan agar berada di kelas yang sama, tapi itu tidak akan mungkin jika kau tidak mengenalnya sebelum mendaftar, kan?”
“Benar, pertama kali aku melihatnya adalah saat ujian masuk. Tahukah kau, tentang ruangan ujian biasanya dibagi berdasarkan wilayah? Minoritas yang datang dari luar prefektur atau dari SMP yang jauh dikelompokkan di kelas yang sama.”
Namun, kursi kami berada di sudut yang berlawanan dan berjauhan, jadi aku tidak dapat berbicara dengannya.
“Dan tahukah kau, ketika dia muncul ke kelas, dia terlihat sangat mencolok sehingga suasananya seperti, ‘Hah, apakah tempat ini tempat audisi idol?’ Semua orang mendongak dari kegiatan belajar mereka untuk menatapnya.”
“…Itu benar. Mengingat levelnya itu, bukan hal yang aneh jika itu terjadi.”
“Hmm. Huh, apakah kau sudah mengenalnya?”
“Tidak, aku hanya melihat sekilas dari jauh. Aku membaca ini dan nama serta penampilannya cocok.”
Uenohara menepuk dokumen di tangannya.
“Selain itu, ada juga rumor di kelasku mengenai dia. Sesuatu seperti ada cewek yang luar biasa cantik di Kelas 4.”
“Seperti yang diharapkan, bahkan peringkat ke-7 di tahun angkatan kita juga berpikir demikian?”
“Dia tampak seperti seseorang yang seharusnya dibandingkan dengan selebriti daripada orang biasa. Selain itu, kalau kau menyebut ‘peringkat ke-7’ lagi, aku akan melaporkanmu.”
Seperti itu, dia menunjukkan layar ponselnya padaku, yang menampilkan kalimat “panggilan darurat” di atas layarnya!
Aku takut dia benar-benar akan melakukannya, jadi aku menutup mulut. Uenohara menyesap milkshake-nya dan melanjutkan.
“Ngomong-ngomong, jadi maksudmu kau memutuskan untuk menjadikannya ‘Heroine’ karena dia sangat cantik?”
“Tidak, hanya memiliki tampang yang bagus tidak cukup untuk menjadikan seseorang sebagai ‘Heroine’ (Peringkat S). Yang lebih penting adalah perilaku dan kepribadiannya. Dalam hal itu, dia menunjukkan potensinya pada saat ujian masuk.”
“Potensi?”
Mengingat kejadian pada saat itu, aku memutuskan untuk menceritakan kisahnya dari awal hingga akhir.
“Itu terjadi tepat sepuluh menit sebelum ujian berakhir… Gadis yang duduk di sebelah Kiyosato-san mulai menggunakan penghapusnya dengan cepat dan penuh semangat. Menurutku dia mungkin membuat kesalahan di kolom jawaban atau sesuatu semacam itu. Dan kemudian, dia menghapusnya terlalu cepat dan menjatuhkan penghapusnya.”
Dia tampak sangat bingung, jadi dia pasti salah memperhitungkan berapa banyak tenaga yang harus dikerahkan. Setelah jatuh, penghapus terus berputar dan sepertinya bergulir cukup jauh.
“Gadis itu terlihat gelisah. Yang perlu dia lakukan hanyalah memberi tahu salah satu penguji yang berpatroli, tapi dia terus duduk tanpa daya di sana.”
Ujian sudah mendekati akhirnya, dan dalam skenario terburuk, dia bisa saja gagal. Aku tahu bagaimana rasanya saat pikiranmu menjadi kosong.
“Pada saat itu, Kiyosato-san mengambil tindakan. Dia mengeluarkan penghapus cadangannya, dan setelah melakukan sesuatu di penghapus itu sebentar, dia menyerahkan penghapus tersebut kepada gadis itu. Setelah menerimanya, gadis itu menundukkan kepalanya beberapa kali dan dengan cepat kembali menghadap ke kertas ujiannya.”
Sepertinya, setelah itu, gadis itu bisa fokus dan berhasil menuliskan semua jawaban yang tersisa sebelum waktu habis.
Aku ingin tahu tentang perubahan dramatis gadis itu setelah diserahkan penghapus olehnya, jadi setelah ujian, aku berbicara dengan gadis itu dan bertanya apa yang terjadi.
“Ada tulisan di penghapus yang bertuliskan ‘Tenanglah, kau masih baik-baik saja.’ Dia bilang bahwa berkat itu, dia bisa mendapatkan kembali ketenangannya. Meskipun, tentu saja dia mungkin akan didiskualifikasi jika ketahuan.”
Tindakan itu bukanlah sesuatu yang menguntungkan bagi Kiyosato-san sendiri. Malahan, itu adalah tindakan berbahaya yang penuh risiko.
Melihat tindakannya demi orang asing tanpa mempedulikan dirinya sendiri, aku diyakinkan.
“Jika dia adalah gadis baik hati yang dapat membantu orang lain secara tiba-tiba… maka dia pasti kandidat yang sempurna sebagai heroine utama dalam ‘Rencana’-ku. Itulah pemikiranku.”
Itu hanya firasat, bukan sesuatu berdasarkan data, yang mana itu hal yang tidak biasa untukku, tapi… tentunya, aku tidak salah. Anehnya, aku yakin akan hal itu.
Sebenarnya, perasaan itu tidak salah, dengan penelitian setelah itu mengkonfirmasi kesesuaiannya dari sudut pandang numerik, dan rencana saat ini dengan dia yang secara resmi ditetapkan sebagai heroine utama telah selesai.
“Paham? Sekarang kau mengerti kenapa aku sangat ingin mendapatkannya, kan?”
Aku melihat wajah Uenohara dengan ekspresi penuh kemenangan.
Tapi… setelah mendengarkanku dalam diam, entah kenapa dia memiliki ekspresi rumit di wajahnya.
“Ada apa? Apakah ada sesuatu yang kau khawatirkan?”
Uenohara menggelengkan kepalanya menanggapi pertanyaanku.
“Tidak, itu bukan apa-apa. Aku hanya memikirkan tentang hal lain.”
“Hal lain?”
“Yah… Aku sedang berpikir tentang bagaimana kau bisa melihat kejadian itu sepanjang waktu selama ujian, Nagasaka. Jangan-jangan, kau sebenarnya pintar?”
“Hei, kau. Jadi pada akhirnya, kau mau menghina ya? Itu karena kisaran prediksiku tepat, jadi aku punya banyak waktu luang.”
“Sebetulnya, bagaimana hasilmu saat ujian masuk?”
“Ha? Secara keseluruhan peringkat kesepuluh, jadi itu dua peringkat di bawahmu. Maaf tentang itu.”
“…Seriusan? Jarak sekecil itu dengan pria seperti ini?”
Huh, dia seperti melihat ke kejauhan. Um, itu sangat menjengkelkan.
Terlihat agak tidak puas, Uenohara menghabiskan sisa milkshake-nya dan melanjutkan.
“Meski begitu, kau punya nyali untuk menembak gadis seperti itu. Aku tidak yakin apakah aku harus menyebutnya nekat, atau tragis.”
“Apa maksudmu, tragis? Sebenarnya, pertama-tama, tidak apa-apa jika ditolak di ‘Event Pengakuan Cinta’!”
“Huh, ditolak membuatmu bahagia? Apa kau masokis?”
“Uhuh, abaikan hinaannya. Dalam kasus gadis itu, aku sadar bahwa jika aku tidak mengadakan event yang berdampak seperti itu, aku tidak akan bisa melepaskan diri dari label ‘Teman Sekelas A’ dalam waktu dekat. Jika kau ditembak oleh pria yang duduk di sebelahmu hanya dalam dua minggu sejak dimulainya tahun ajaran baru, bukankah kau akan menyadari keberadaan pria itu?”
Bagaimanapun, jika diberi kesempatan, ada beberapa orang yang mendekati Kiyosato-san dengan maksud untuk menjadi kenalannya. Dipimpin oleh orang-orang yang mencolok, berbagai kelompok di kelas berusaha untuk memenangkan hatinya.
Khususnya, karena belum ada gerakan dari Kiyosato-san untuk bergaul dengan siapa pun, aku memutuskan bahwa untuk membuat hubunganku dengannya selangkah lebih maju, aku membutuhkan event yang dramatis, meskipun itu sedikit nekat.
Menanggapi jawabanku, Uenohara mengeluarkan kata “Heeh” yang langka bercampur dengan kekaguman.
“Aku mengerti. Jadi sejak awal, kau berasumsi bahwa kau akan ditolak, dan sebaliknya mengincar ‘tidak mungkin menjadi kekasih, tapi mungkin kita bisa menjadi teman’. Aku percaya itu disebut ‘door-in-the-face’?”
TL Note: Teknik door-in-the-face (DITF) adalah metode yang sering dipelajari dalam bidang psikologi sosial. Dalam teknik ini, seseorang akan mencoba membuat responden mengikuti kemauan mereka dengan membuat permintaan yang begitu tidak masuk akal yang pasti akan ditolak. Responden lalu akan lebih dapat menyetujui permintaan kedua yang lebih masuk akal bila dibandingkan dengan permintaan terhadap hal yang sama tanpa permintaan pertama yang tidak masuk akal.
“Oh, aku terkesan kau tahu tentang itu. Jika kau berpikir seperti itu, itu bukanlah rencana yang buruk, kan?”
“Tapi aku masih berpikir bahwa situasi itu menjijikkan. Memanggil seseorang ke atap menggunakan surat di zaman sekarang ini terlalu berlebihan dan benar-benar menghilangkan minat. Dan juga, menggunakan nama aslimu dalam sajak yang kau tulis sendiri, yang dipenuhi dengan kalimat-kalimat konyol dan menaruhnya di kotak sepatu? Jika itu aku, aku akan merasa terlalu malu untuk keluar.”
“Sekarang kau sudah mengatakannya! Keluarlah, aku akan membuatnya hingga tubuhmu tidak bisa menahan diri untuk tidak memuji templatnya!”
Aku dengan marah mengambil es kopi ke mulutku dan meringis pada rasa encer dari es yang mencair. Milkshake merupakan suatu kesalahan saat terakhir kali kubeli, tapi sepertinya yang ini juga tidak bagus. Lain kali aku akan memesan kopi panas.
Tepat saat aku memikirkan itu, Uenohara menghela nafas dan meletakkan dokumennya di atas meja. Dia kemudian bergumam pelan.
“…Astaga, kenapa aku masih mau melakukan hal ini? Jika aku memikirkannya dengan baik, ini hanya kumpulan banyak hal aneh.”
“Hei, sudah cukup dengan seni menghinanya, bisakah kau—“
Berhenti. Atau begitulah yang akan aku katakan, tapi pada saat itu, mulut Uenohara membentuk senyuman kecil.
“Aku sungguh… melakukan sesuatu yang bodoh.”
Ekspresinya pada saat itu tidak jauh berbeda. Namun. Mungkin karena terlepas dari dirinya yang biasanya, dia tampak seperti benar-benar menikmatinya, dan aku mendapati diriku tak bisa berkata-kata.
Kemudian, Uenohara menepuk lututnya dan berdiri.
“Yah, menanggapi dengan serius hal ini telah membuatku lelah, jadi aku akan menambah sesuatu yang manis.”
“Kau sudah makan sebanyak ini dan itu masih belum cukup?!”
“Meskipun sesuatu mungkin terlihat seperti ini, aku telah menahan diri, lho.”
“Jumlah konsumsi gulamu adalah satu-satunya hal yang mirip karakter 2D dari dirimu!”
Jangan membuat karaktermu menonjol di area yang tidak berarti seperti itu!
*
“…Baiklah. Mari kita lanjutkan.”
Aku memutuskan untuk berpura-pura seperti aku tidak melihat tumpukan kue krim yang ditambahkan ke atas nampan Uenohara dan melanjutkan.
“Bagaimanapun, tujuanku saat ini adalah untuk memperdalam hubunganku dengan Kiyosato-san dan yang lainnya. Paling tidak, aku ingin mencapai titik di mana aku bisa membuat mereka siap berkumpul ketika aku memanggil mereka.”
Dalam keadaan saat ini, bahkan sulit agar mendapatkan kesempatan untuk memulai percakapan.
“Bagaimanapun, terus mengobrol dengan cara yang sama seperti yang aku lakukan pagi ini tidaklah terlalu efektif. Seperti yang diharapkan, saat ini aku ingin memicu semacam event agar dapat menjadi lebih dekat dalam sekali langkah…”
“Kalau begitu, untuk saat ini, bagaimana jika mengulang event pengakuan cinta?”
“Hmm, aku sangat beruntung dalam timingnya untuk yang waktu itu. Mungkin sudah terlambat untuk mencobanya lagi.”
Atap biasanya dilarang dimasuki, dan tidak ada lokasi lain yang cocok untuk event pengakuan cinta. Selain itu, aku ingin lebih dekat dengan kedua orang itu juga, jadi aku mungkin harus mempertimbangkan strategi yang berbeda.
“Aku memiliki stok event lain, tapi… hmm, itu benar. Mungkinkah kau punya ide yang bagus? ‘Kaki Tangan-kun.’”
Tiba-tiba penasaran, aku bertanya padanya. Mungkin tak berguna, tapi tidak ada salahnya bertanya. Maksudku, dia sebaiknya bekerja sedikit dan menghabiskan semua kandungan gula itu.
Menanggapi kata-kataku, Uenohara meletakkan siku kanannya di tangan kirinya, menutupi mulutnya dengan tangan kanannya, dan tenggelam dalam keheningan.
“…Untuk memastikan saja. Apakah cukup untuk memulai dengan hubungan di mana kalian bisa bersama semacam itu? Seperti berada di grup yang sama atau semacamnya.”
Dengan itu, setelah kurang dari satu menit terdiam, Uenohara mendongak.
“Ya, itu benar. Akan lebih baik lagi jika tidak ada orang yang tidak perlu ikut tercampur ke dalamnya.”
“Aku mengerti. Jika begitu, bagaimana dengan ini?”
Kemudian, dia merogoh tas sekolahnya dan mengeluarkan selembaran. Aku melihat ke kertas itu dan menyadari bahwa aku pernah melihat itu sebelumnya.
“…Latihan Ouen?”
Itu adalah selebaran yang sama yang telah dibagikan saat kelas pagi hari ini.
Judulnya adalah Perpisahan Soukoukai Kompetisi Olahraga Antar Sekolah: Pedoman Pelaksanaan Latihan Ouen.
“Kau pernah mendengarnya, kan? Latihan Ouen yang dirumorkan.”
“Ah, tentu saja. Hal yang menyebabkan gadis menangis setiap tahun. Itu cukup terkenal.”
Latihan Ouen adalah tradisi saat ini dalam setahun untuk Kyou-Nishi. Ini adalah event sekolah sederhana untuk menempa para siswa baru.
Idenya adalah bahwa ada Soukoukai ─ reli semangat yang diadakan oleh seluruh sekolah sebelum kompetisi ─ di mana latihan sorak-sorai Ouen yang dilakukan sebelum acara itu, siswa kelas satu yang tidak terbiasa akan dilatih koreografi oleh sukarelawan senior dari regu Ouendan dan komite Ouen.
Jangan meremehkannya sebagai sesuatu yang lebih dari latihan sederhana. Ini adalah sesuatu yang cukup atletis, dan cukup melelahkan secara mental, karena kalan mungkin akan ditegur keras oleh para senior di sekeliling kalian, atau ada raungan amarah yang menghampiri kalian karena tidak menganggapnya serius.
Beberapa orang tampaknya melihatnya sebagai masalah karena bertentangan dengan tren akhir-akhir ini, tapi ini adalah acara tradisional dengan sejarah panjang, dan tampaknya, sebagian besar senior mengajukannya, jadi acara itu tetap ada.
“Jadi? Bagaimana caramu untuk menggunakannya sebagai ‘Event’.”
Aku tentu saja menyadari cara kerjanya, mengingat itu adalah acara di sekolah kami. Namun, aku belum memberikan perhatian khusus, karena menilai tidak sesuai dengan kebutuhan saat ini.
“Menurut ini, delegasi dari setiap kelas perlu menghadiri sesi pelatihan sebelumnya untuk koreografi, kan?”
Uenohara dengan ringan menelusuri sebagian dari selebarannya.
Dikatakan, “Empat perwakilan kelas akan menerima pelatihan sebelumnya dari anggota Ouendan dan membagikannya ke kelas mereka sebelum praktik skala penuh. Pada hari Soukoukai, mereka harus bersorak dari barisan depan.”
…Ah, begitu. Jadi itu yang dia maksud.
“Bagaimana kalau kau memilih perwakilan kelas menggunakan para ‘Pemeran’-mu? Setidaknya, kau memiliki alasan logis untuk membentuk grup, kan?”
Mengatakan itu, dia mengangkat jari telunjuknya.
“Jika kau berada dalam grup dengan tujuan yang sama, kau akan dipaksa untuk bekerja sama, dan ada juga lebih banyak kesempatan untuk melakukan percakapan. Ini juga merupakan acara yang berat, jadi kau juga bisa berharap untuk terjadinya efek jembatan gantung.”
Efek jembatan gantung mengacu pada bagaimana saat kau merasa cemas atau takut, kau lebih cenderung menyukai orang yang bersamamu. Sebenarnya, gadis ini cukup ahli dalam terminologi psikologi, begitu ya?
“Itu adalah acara sekolah, jadi itu bisa menjadi pengelompokan yang sah, dan ada juga keuntungan karena bisa menarik seluruh kelas. Tidak perlu menyesuaikan jadwal terpisah karena waktu aktivitas sudah ditetapkan dan lebih diprioritaskan daripada aktivitas klub. Jika kau mengambil kesempatan ini untuk mengikat mereka sebagai sebuah kelompok, bukankah itu akan menyelesaikan langkah pertama?”
Dengan lancar menyimpulkan apa yang dia katakan, Uenohara memiringkan kepalanya ke samping seolah bertanya bagaimana menurutku.
Oh. Begitu ya… Begitu. Aku awalnya hanya bermaksud untuk mendengarkannya, tapi ini…
“…Luar biasa!”
Aku secara spontan bertepuk tangan.
Jika aku lengah, aku mungkin akan mulai menangis. Itulah betapa tersentuhnya aku.
“Tunggu, kenapa kau bertepuk tangan?”
Uenohara dengan panik melihat sekeliling, bingung dengan perilakuku yang tiba-tiba.
“Tidak ada kerugian yang perlu disebutkan, dan ada peluang sukses yang tinggi juga. Itu sempurna!”
Validitas, spontanitas, dan akurasi. Ini adalah acara luar biasa yang menampilkan rangkaian lengkap!
Ah, sungguh menyebalkan karena aku sendiri tidak memikirkan hal itu. Tapi aku akan mengizinkannya. Saat ini aku harus memuji kaki tanganku, yang telah melakukan pekerjaannya lebih baik dari yang diharapkan.
“Uenohara, kau luar biasa. Kau memiliki bakat untuk membuat event!”
Aku dengan kuat meraih tangan Uenohara yang selama ini diam tak bergerak.
“Ha? Hei, hentikan─”
“Aku benar-benar tersentuh! Ini pasti bisa berhasil! Kau pandai dalam hal ini!”
Aku mengayunkan tangannya ke atas dan ke bawah, ke kiri dan ke kanan.
“H-Hentikan, itu sakit. Aku bilang sakit!”
“Ah, maaf.”
Aku langsung melepaskan tangannya. Sepertinya aku sangat senang, hingga akhirnya mencengkeram tangannya terlalu erat. Uenohara memijat kedua tangannya dengan ekspresi bingung di wajahnya.
“Astaga… tergantung pada orangnya, biasanya, tiba-tiba menyentuh tangan seseorang adalah hal yang tidak dapat diterima. Benar-benar tidak menyenangkan.”
“Maaf, maaf. Aku menjadi terlalu bersemangat dan bereaksi berlebihan. Namun, seperti yang diharapkan dari kaki tanganku yang menjanjikan. Lagipula itu keputusan yang tepat untuk mengajakmu bergabung.”
“Aku tidak… benar-benar mengatakan sesuatu yang sehebat itu.”
Uenohara berbicara dengan suara linglung sambil mengutak-atik rambut di belakang kepalanya. Bagaimanapun, itu adalah saran “Event” yang luar biasa. Yang tersisa hanyalah melaksanakannya.
“Baiklah, mulai sekarang ini akan disebut ‘Event Latihan Ouen.’ Kita harus segera mengerjakan detailnya, bukan!”
Nah, skenario mana yang akan kita gunakan? Sulit untuk mengontrol “Latihan Ouen” itu sendiri, jadi kita harus memanfaatkan waktu sebelum dan sesudahnya. Ini berarti bahwa secara teori, metode terbaik adalah setiap orang mampir ke suatu tempat setelah latihan, atau mengadakan pesta penutup.
“Hei, um, aku benci menyela saat kamu sedang senang. Tapi ada satu masalah.”
Saat aku membiarkan khayalanku menjadi liar, Uenohara memanggilku, setelah menenangkan dirinya.
“Kau berbicara tentang mengumpulkan perwakilan menggunakan ‘Pemeran’, tapi sebenarnya bagaimana kau akan menangani seleksinya?”
Mengatakan ini, dia melipat tangannya dan bersandar di kursinya.
“Pada dasarnya, tidak ada orang yang ingin menjadi perwakilan, kan? Kau dapat menjadi sukarelawan sehingga tidak ada masalah untuk itu, tapi kau harus menemukan cara untuk menarik anggota lain ke dalam keadaan tersebut.”
Apa, hanya itu? Sungguh antiklimaks. Kupikir itu akan menjadi masalah yang lebih serius.
“Jika kau tidak dapat mengharapkan sukarelawan saat itu juga, aku pikir pemilihannya akan melalui nominasi atau undian, tapi nominasi dapat menyinggung perasaan orang, sementara undian berserah sepenuhnya pada keberuntungan. Atau, ada kemungkinan menawarkan beberapa keuntungan untuk membujuk orang yang bersangkutan…”
“Tidak, tidak apa-apa.”
Seolah-olah untuk menghilangkan kekhawatiran Uenohara, aku memberinya keyakinan.
“Bagaimanapun juga, aku adalah ketua kelas. Itu membuatku bebas untuk memutuskan proses seleksi.”
Untuk saat-saat seperti inilah aku menjadi ketua kelas (seseorang yang memiliki otoritas). Untunglah aku menjadi ketua kelas.
“Huh, Nagasaka, apa kau benar-benar ketua kelas?”
“Ini bukan waktu yang tepat untuk mengatakan itu, tahan dirilah, oke?”
“…Jadi, apa yang kau rencanakan?”
Aku berdehem.
Masalah yang sangat sederhana.
“…Daripada lotere yang diputuskan oleh pemilihan acak, aku hanya perlu membuatnya menjadi lotere yang memilih pemeran dengan pasti.”
Benar. Lagipula bagiku, kebetulan adalah sesuatu yang diciptakan oleh kebutuhan.
Post a Comment