[LN] Genjitsu de Love Comedy Dekinai to Dare ga Kimeta? Volume 1 Chapter 4.1 Bahasa Indonesia

 


Chapter 4: Siapa Bilang Kalau Episode Masa Lalu Akan Efektif?

1

 

“Pagi, Tokiwa.”

“Oh, pagi. Sebenarnya, bukankah agak jarang kamu lebih lambat dariku?”

“Aku sedikit kesiangan…”

Aku bertukar salam dengan Tokiwa, yang sudah selesai memakan bento paginya, lalu duduk di kursiku.

Tiga hari telah berlalu sejak akhir liburan Golden Week.

Semalam, aku tertidur sambil menganalisis data jejaring sosial dengan saksama. Jadi, aku terpaksa naik kereta yang membuatku hampir terlambat. Daerah ini adalah jalur pedesaan yang hanya memiliki satu kereta setiap 30 menit, bahkan selama jam sibuk. Jadi melewatkan satu kereta pun sudah membuatku kerepotan karena kehilangan banyak waktu.

Aku dengan santai melihat ke sampingku, tapi sosok Kiyosato-san tidak terlihat. Tasnya ada di sana, jadi dia sepertinya meninggalkan tempat duduknya untuk sementara.

─Sejak liburan berakhir, tidak ada informasi menarik yang muncul di media sosial.

Mengingat bagaimana aku meminta Uenohara menangani tugas-tugas rutin, aku tidak boleh mempermalukan diri sendiri dan melakukan semua yang aku bisa untuk menyelidikinya. Namun sayangnya, itu tidak menghasilkan apapun.

Sulit untuk menentukan apakah itu berarti Kiyosato-san telah berhenti terlibat dengan kelompok lain, ataukah dia tidak melakukan apa-apa karena ini bukan lagi hari libur.

Aku mulai merasa bahwa, tetap berpegang pada Investigasi Desktop adalah langkah yang buruk. Mungkin sudah waktunya untuk beralih ke Investigasi Tatap Muka agar mendapatkan informasi lebih lanjut.

Tapi bertanya-tanya soal Kiyosato-san akan menjadi langkah yang mencolok, dan akan merepotkan jika nanti muncul rumor aneh.

Dalam hal ini, satu-satunya cara adalah dengan langsung mendekati orang itu sendiri dan mencari tahu ─

“Hei, ketua.”

─ Tepat saat aku memikirkan ini.

Tiba-tiba, sebuah suara memanggil dari atas kepalaku.

“…Huh?”

Suara itu milik seseorang yang tidak kuduga, dan untuk sesaat pikiranku terhenti.

Ketika aku mengangkat kepala, yang berdiri di sana adalah…

“Cih, jangan mengabaikanku.”

Katsunuma Ayumi, beserta beberapa anggota rombongannya.

…Huh, aku? Apakah dia benar-benar berbicara padaku?

“Ah, um… kamu perlu sesuatu?”

Melupakan setting karakterku, dengan linglung aku menjawab seperti itu.

Ini pertama kalinya Katsunuma berbicara padaku secara langsung seperti ini.

Bahkan ketika dia ikut campur, aku selalu menjadi orang yang pertama kali memulai pembicaraan. Tanggapannya pada saat itu biasanya kasar.

Katsunuma mengangkat mata almondnya dan memelototiku.

“Hei, kau. Apa kau tahu apa yang sobatmu lakukan?”

“…?”

Apa…? Sobat? Siapa itu?

“Tidak, maaf. Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan…”

“Aku sedang membicarakan temanmu dari Kelas 1-5, si cewek Ueno-apalah itu.”

“…Apa?!”

Jantungku berdetak kencang.

Huh, Uenohara? Apa yang telah dilakukan Uenohara?

“Apa kau pura-pura bodoh? Aku tahu kalau sejak latihan sorak dia ikut-ikut, bertingkah sok akrab. Aku tidak peduli kalau hanya itu, tapi—”

“T-Tunggu, tunggu, aku tidak tahu apa yang terjadi…”

K-Kenapa nama Uenohara muncul? Dari Katsunuma?

Seharusnya tidak ada titik kontak antara mereka berdua. Mereka belum pernah bertemu, dan aku bahkan tidak mengungkitnya dengan Uenohara saat rapat.

Jadi di mana dan bagaimana dia bisa terlibat dengan semua ini…?

“Hei hei hei, Ayumi. Tunggu, tunggu!”

Aku benar-benar dalam keadaan panik dan bingung. Tapi kemudian, Tokiwa, yang berada di dekatnya sambil mendengarkan percakapan itu, ikut campur.

“Aku sudah menjelaskannya padamu kemarin, kan? Kami cuma kebetulan bertemu!”

“Apa? Apakah kau di pihak mereka, Eiji?”

“Tidak, itu tidak ada hubungannya dengan pihak mana pun, kan? Karena kita semua berteman di sini…”

“…Cih.”

Katsunuma mendecakkan lidahnya dengan kesal dan kembali ke tempat duduknya dengan ekspresi cemberut di wajahnya.

“Fiuh… aku senang dia sudah tenang untuk saat ini…”

Saat Tokiwa menepuk dadanya, aku menatap mejaku dengan bingung.

Apa yang sebenarnya… telah kau lakukan, Uenohara…?

*


“Hei, ketua. Mau makan di luar?”

Aku tersadar ketika mendengar suara Tokiwa.

Saat ini waktu makan siang. Sementara aku menderita dan memikirkan segala macam hal, kelas pagi telah berakhir.

Tokiwa menyeringai dan kemudian berbisik ke telingaku.

“Aku perlu berbicara denganmu soal sesuatu…”

…Bicara?

Aku ingin tahu apakah ini terkait dengan apa yang terjadi pagi ini…?

Aku melihat sekeliling dan menyadari bahwa ruang kelas berdengung dengan bising. Tatapan rombongan Katsunuma yang melihat ke arah kami juga agak menusuk, dan sepertinya suasananya tidak kondusif untuk mengadakan pembicaraan yang tenang.

Pesan yang kukirim ke Uenohara belum ditandai telah dibaca, jadi sepertinya aku juga tidak bisa menanyakan situasinya.

…Pokoknya, mari kita dengarkan apa yang ingin dia bicarakan untuk saat ini.

Aku mengangguk dan mengikuti Tokiwa keluar dari kelas.

 

Sebelumnya - Daftar Isi - Selanjutnya