[LN] Genjitsu de Love Comedy Dekinai to Dare ga Kimeta? Volume 1 Chapter 3.1 Bahasa Indonesia

 


Chapter 3: Siapa Bilang Kalau Heroine Akan Bertigkah Tergila-gila Dengan Mudah?

1

 

Sambil melanjutkan aktivitas investigasi harianku, aku terus bekerja untuk lebih dekat dengan karakter.

Informasi yang diperoleh melalui investigasi sebelumnya hanya berguna jika dimanfaatkan. Jadi, langkah penting berikutnya adalah menggunakan data tersebut untuk meningkatkan “tingkat rasa suka” dengan target.

─ Dan hari ini adalah kesempatan yang sempurna.

Saat ini adalah hari sesi pelatihan lanjutan untuk Latihan Sorak Ouen.

“Oh, jadi ini Aula Pertemuan Byakko. Aku belum pernah ke sini sebelumnya, tapi tempat ini cukup luas!”

Kiyosato-san berseru kagum.

Cara dia mengangkat tangannya ke atas dahinya dan melihat sekeliling sama lucu dan alaminya seperti biasa. Itu seperti heroine 2-D.

Dan juga, untuk mengantisipasi latihan fisik, dia telah melepas jaket blazernya dan mengikat rambutnya ke dalam gaya kuncir kuda. Ekor hitam yang memantul dalam gerakan-gerakan kecil dan tengkuk putih bersih yang keluar masuk dari pandangan sudah cukup untuk memikat lelaki mana pun.

Hai teman-teman, inilah heroine utama kami, lho? Haha, iri, ya kan?

Aku mencoba menggunakan pikiranku untuk memprovokasi anak laki-laki di kelas lain, yang telah melihat ke arah kami sejak tadi. Kalian yang hanya bisa menonton, ada perbedaan pada posisi di antara kita lho?

Tidak menyadari pernyataan superioritas-ku yang murahan, Kiyosato-san mengetuk ujung sepatunya ke lantai.

“Kupikir ini akan menjadi seperti bioskop dengan kursi dan sebagainya, tapi ini lebih terlihat seperti gedung olahraga biasa, ya?”

Kami berada di Aula Pertemuan Byakko, gedung serbaguna yang terpisah dari gedung sekolah, terletak di sebelah kiri gerbang sekolah. Seperti yang Kiyosato-san katakan, daripada aula budaya, ini adalah fasilitas yang lebih mirip dengan gedung olahraga kecil.

Nama ini berasal dari Kyou-Nishi yang secara harfiah berada di sisi barat (Nishi) kota, dan di barat, hewan suci penjaganya adalah Harimau Putih (Byakko). Itu adalah kaidah penamaan yang berbau delusi chuunibyou, tapi SMA di selatan kota menggunakan lambang sekolah yang berhubungan dengan Burung Vermilion (Suzaku), sedangkan yang di timur menggunakan nama Naga Azure (Seiryuu), yang secara mengejutkan mainstream. Ngomong-ngomong, tidak ada yang tersegel di prefektur kami atau semacamnya sih.

“Untuk berpikir bahwa sesuatu seperti ini ada di samping gedung olahraga. Ini sangat berbeda dari SMP. Aku ingin tahu apakah ada alasannya?”

Seperti biasa, Tokiwa melaju dengan kecepatan normalnya. Dalam persiapan untuk kegiatan klub nanti, dia mengganti jerseynya.

Berbeda dengan latihan sorak-sorai yang sebenarnya, hari ini hanya ada pelatihan koreografi, jadi diperkirakan tidak akan memakan banyak waktu. Setelah mengetahui bahwa dia harus pergi untuk kegiatan klub, Tokiwa sangat kecewa, tapi pada titik ini, aku hanya bisa mengatakan padanya untuk tidak mempermasalahkannya.

“Mungkin karena gedung olahraga tidak selalu dapat digunakan karena hal-hal seperti aktivitas klub dan kelas. Kudengar tempat ini juga digunakan sebagai ruang latihan untuk [orkestra musik tiup]^[band kuningan].”

Torisawa tenang dan terus terang dalam jawabannya.

Sebagai anggota klub musik ringan, dia masih memakai seragam. Namun, dia telah melepas aksesori peraknya yang biasa, gantinya dia mengenakan dasi sekolah dengan erat di lehernya.

Dia sepertinya tipe pria yang tahu kapan harus menghormati waktu, tempat, dan kesempatan, jadi dia bukanlah salah satu karakter egois biasa. Yup, dari sudut pandang romcom, itu skor poin yang tinggi.

Aku melihat jam di dinding. Kami telah tiba lebih awal dari waktu pertemuan, jadi masih banyak waktu luang sebelum segalanya dimulai.

─ Sekarang. Setidaknya, inilah kesempatan untuk melihat semua karakter di satu tempat.

Saatnya menggunakan event komunikasi untuk meningkatkan rasa suka semua orang padaku setinggi langit!

Tapi saat aku akan menunjukkan topik percakapan yang sudah kupikirkan sebelumnya.

“Huh, Nagasaka? Kamu benar-benar datang lebih awal.”

“Tunggu, Uenohara. Aku sibuk sekarang…”

…Hmm?

Aneh. Kenapa reaksi klise itu baru saja terpicu secara otomatis?

“Apakah kamu sedang melakukan sesuatu?”

Sosok yang sangat familiar memiringkan kepalanya dan menatapku.

─ Entah kenapa, Uenohara Ayano (kaki tanganku) berdiri di depanku.

“Whoa?!”

Aku tidak sengaja berteriak, lalu langsung menutup mulutku dengan tangan.

Tiga orang lainnya melihat ke arah kami, wajah mereka mempertanyakan apa yang sedang terjadi.

“Tunggu, apa? …Kenapa?!”

“Apa maksudmu kenapa? Aku di sini untuk pelatihan praktik sorak.”

Tampak bingung, Uenohara sedikit memiringkan kepalanya.

Tidak, tidak, tidak, tidak, bukan itu maksudku, bukan itu intinya!

Mengatakan “Ah,” Uenohara bertepuk tangan di depan dadanya seolah-olah dia telah memikirkan sesuatu.

“Bukankah aku sudah memberitahumu? Aku memutuskan untuk mewakili kelasku juga.”

Aku tidak mendengar sepatah kata pun tentang itu! Kenapa kau tidak memberitahuku hal sepenting itu sebelumnya!?

“Baik, tenanglah.”

Jantungku tidak hanya berdebar-debar, tapi juga dag-dig-dug.

Sialan, di sini aku akan mengerahkan segenap kekuatanku untuk berkomunikasi, dan sekarang dia melakukan penyimpangan berukuran super! Rencana event-ku kacau, tahu! Sebenarnya, kenapa dia melakukan sesuatu yang tidak masuk akal seperti ini?!

 “Um… apakah dia orang yang kamu kenal, Nagasaka-kun?”

Saat aku sedang memikirkan segala macam omong kosong, Kiyosato-san menanyaiku dengan ekspresi bingung di wajahnya.

“Ya, sesuatu seperti itu. Senang bertemu denganmu, aku Uenohara Ayano, siswi Kelas 1-5.”

“…Uenohara… san?”

“Eh, apa-apaan ini sekarang, ketua kelas! Kenapa kamu tidak memberitahuku bahwa kamu berteman dengan gadis cantik seperti ini?”

Kiyosato-san mengendus karena terkejut, sementara Tokiwa tampak agak bersemangat.

Tapi aku sedang tidak mood untuk semua itu sekarang.

“H-Hei, k-kesini dulu sebentar.”

“Ada apa dengan cadel yang terdengar bodoh itu?”

“Cukup, ayo, cepat!”

Tidak diizinkan bertanya, aku menarik tangan Uenohara dan menyeretnya ke pintu masuk aula.

Sesaat setelah kami memasuki titik buta di sebelah pintu, aku berteriak dengan suara rendah.

“Menurutmu, apa sih yang kau lakukan? Aku bilang aku akan menyerahkan investigasi tatap muka padamu, tapi aku tidak bilang untuk menimbulkan masalah seperti ini! Tergantung pada situasinya, tapi jangan berpikir kau bisa lolos dengan mudah!”

“Bukannya aku peduli, tapi kau cukup terampil untuk bisa berteriak dengan berbisik.”

“Aku tidak peduli itu!”

Apakah dia sebenarnya mata-mata musuh?! Dia sebenarnya mencoba untuk menghancurkan Proyek, kan?!

Saat aku menjerit tanpa suara, Uenohara menoleh padaku dan berbisik di telingaku.

“Aku banyak memikirkannya dan memutuskan bahwa seperti yang diperkirakan, segalanya akan lebih mudah jika kita mengenal satu sama lain secara langsung. Waktunya tepat, jadi aku memutuskan untuk mampir.”

“Jangan buang waktumu untuk ‘Hehe, aku di sini!’”

“…Sepertinya ada sedikit peluang?”

“Oh, ayolah, kenapa kamu melakukan hal ini tanpa peringatan! Kau memiliki setiap kesempatan untuk memberi tahuku! Seperti saat aku menjelaskan event hari ini!”

Uenohara menutup mulutnya dengan tangan sebelum berbicara dengan pelan

“…Itu karena ini, yah kau tahu, cuma iseng?”

“Iseng? Bisakah kau berhenti menyebabkan penyimpangan seperti itu cuma karena iseng?! Itu akan membuat kekacauan pada akhirnya, lho?!”

“Tidak perlu marah-marah begitu. Dan juga, kamu sudah berbicara seperti orang menjijikan sejak tadi. ”

“Itu salahmu, ya kan?!”

Uenohara menghela nafas, lalu menyodorkan telapak tangannya ke depan wajahku.

“Pokoknya, aku tidak akan melakukan hal buruk, jadi untuk saat ini tenang saja. Jika sepertinya kau akan mengatakan sesuatu yang tidak perlu saat membuka mulut, lebih baik diam dan berikan respons tanpa penegasan.”

Kamu sungguh punya nyali, bicara omong kosong setelah muncul entah dari mana!

Aku menghela nafas dengan keras.

Kemudian, aku menampar wajahku dan menarik napas dalam-dalam.

…Bersikaplah tenang dan santai, Nagasaka Kouhei. Tetap tenang.

Tidak ada yang dapat kau lakukan tentang apa yang sudah terjadi. Perhatikan baik-baik situasinya saja.

Sekarang setelah begini, aku tidak punya pilihan selain pergi bersamanya. Niatnya sepenuhnya misteri, tapi dia bukan tipe orang yang melakukan hal-hal seperti ini hanya untuk bersenang-senang, jadi itu pasti memiliki semacam makna. Mungkin.

Aku menelan keraguan, keluhan, dan yang lainnya, lalu menampar pipiku lagi.

“…Aku tidak akan memaafkanmu jika ini tidak berhasil, oke!”

“Tentu, terserahlah.”

Dengan menghembuskan napas terakhir, aku siap untuk pergi.

Kami berjalan kembali ke aula dan kembali ke yang lain.

“Um… maaf karena tiba-tiba pergi.”

Sesaat setelah kami kembali ke tempat mereka bertiga, aku meminta maaf.

Tokiwa ternganga dan tercengang, sementara Torisawa dalam diam menyilangkan lengannya. Kiyosato-san mengerutkan kening karena bingung. …Ah, mereka benar-benar mencurigaiku.

Aku melihat ke arah Uenohara seolah-olah mengatakan bahwa kita sekarang berlayar ke wilayah yang belum dijelajahi.

Uenohara menatapku untuk menunjukkan bahwa dia mengerti, dan kemudian membuat ekspresi jengkel yang tidak wajar.

Kemudian, dia meletakkan tangannya di bahuku dengan cara yang akrab dan menyenggol pinggangku dengan tangannya yang lain.

“Orang ini selalu lemah terhadap kejutan. Ketika aku tiba-tiba memanggilnya, dia terkejut setengah mati. Bukankah itu lucu?”

H-Hei, jangan tiba-tiba mengungkapkan kelemahan orang lain! Aku juga telah menyembunyikannya selama ini!

“Jadi, um… ngomong-ngomong, teman Nagasaka… benarkan?”

Kiyosato-san, yang telah kembali ke senyum biasanya, meminta konfirmasi.

“Ya, senang bertemu denganmu. Kamu bisa memanggilku Uenohara atau Ayano. Yang mana pun tak masalah.”

“Kalau begitu, Ayano-chan! Namaku Tokiwa Eiji, dari tim bola basket!”

Tokiwa yang nimbrung dari samping terlihat sangat bersemangat.

Reaksi yang mirip saat berhadapan dengan Kiyosato-san. Dia tampaknya lemah terhadap gadis cantik. Kiyosato dan Uenohara adalah tipe orang yang sangat berbeda, jadi mungkin siapa pun tak masalah asalkan mereka imut. Itu poin minus untukmu. Aku akan menambahkannya ke Catatan Tomodachi nanti, persiapkanlah dirimu!

“Ahaha,” Uenohara tertawa menanggapi Tokiwa sebelum mulai bicara.

…Eh, tunggu, dia tertawa?

“Oke, Tokiwa-kun. Sebenarnya, tim bola basket kita adalah tim yang hebat, kan? Apakah kamu orang yang luar biasa atau semacamnya?”

“Hah… ?! Tidak. Gak. Aku sama sekali tidak sehebat itu!”

“Mungkin aku akan datang untuk menonton turnamen berikutnya. Apakah menurutmu kamu bisa mengundangku?”

“T-Tentu saja! Aku akan mengundangmu, aku akan mengundangmu!”

“Oke, itu janji!”

Mengatakan ini, Uenohara dengan ringan memukul dada Tokiwa.

Eh, apa-apaam ini? Bukankah kau terlalu berbeda dari karaktermu yang biasanya? Apakah kau selalu ekspresif seperti ini, tipe yang bersemangat untuk dekat dengan orang lain?

“Jadi, bagaimana dengan ‘Si Tinggi-kun’ di sana?”

“Aku Torisawa Kakeru.”

“Torisawa-kun, ya? Kamu seorang ikemen super. Kamu pasti sangat populer, kan?”

“Tidak juga. Sebenarnya, apa hubunganmu dengan Nagasaka (Orang ini)?”

“Jika aku bilang kalau aku hanyalah seorang teman… itu tidak akan meyakinkanmu. Jadi mungkin sesuatu seperti penjaga si super idiot ini?”

“Aku tidak suka hal semacam itu.”

“Begitukah? Kalau begitu… bagaimana kalau hubungan palsu yang mirip seperti milikmu?”

“… Hmm?”

Itu dia, percakapan sama Torisawa dengan makna yang dalam. Sungguh menakutkan bagaimana percakapan antar orang-orang pintar seolah-olah mereka memiliki saluran suara kedua. Tolong hentikan.

“Jadi, bagaimana dengan si cantik yang di sana?”

“…Ah, tolong panggil aku Mei! Karena aku akan memanggilmu Ayano!”

“Oke, Mei kan. Hmm, Mei… ya? Bukankah loker sepatu kita bersebelahan? Nama lengkapmu Kiyosato Mei, kan?”

Uenohara bertepuk tangan, menatap mata Kiyosato-san dengan pupil merah mudanya.

Dengan wajah tersadar, Kiyosato-san bertepuk tangan.

“Ah, itu benar! Kurasa aku pernah melihatmu di suatu tempat! Jadi itu ya!”

“Sungguh kebetulan. Agak seperti takdir, bukankah menurutmu begitu?”

“Ahaha, itu benar, sungguh seperti takdir!”

Kiyosato-san menyeringai saat dia menjawab.

“Jadi, mengingat kamu ada di sini, apakah itu berarti kamu adalah korban seperti kami, Ayano?”

“Tidak, aku mengajukan diri. Kudengar Nagasaka akan ikut ini, jadi kupikir sebaiknya aku menontonnya dari dekat dan tertawa. Dia tidak memiliki indera terhadap irama.”

Seperti yang kubilang, berhentilah membuat skenariomu sendiri! Aku akan berakhir harus bertindak seperti orang bodoh dengan sengaja! Bisakah kau berhenti melakukan apa pun semaumu hanya karena seseorang tidak bicara?!

“Oh, begitu ya! Jadi dia tipe yang buruk dalam paduan suara! Hei, Ayano, apakah kamu memiliki materi rahasia?”

“Hmm, jika itu cerita lucu… satu-satunya hal yang terpikir olehku adalah suaranya tercekat saat kontes paduan suara di kelas satu SMP. Setelah kontes berakhir, dia bersembunyi di balik gedung sekolah dan menangis.”

Sejarah kelamku berlipat ganda dengan kecepatan tinggi! Sebenarnya, kau berani sekali mengarang kejadian seperti itu!

“Ahaha, lucunya. Jadi apakah itu berarti kalian berdua bersekolah di SMP yang sama?”

“Tidak. Orang tua kami saling kenal, jadi kami hanya melakukan banyak kontak pribadi. Aku tidak menyangka kami akan berakhir di SMA yang sama, meskipun… Mungkinkah dia sebenarnya menguntitku?”

“Oi, berhenti gak lo?!”

“Apa-apaan logat Kansai-palsu itu? Kau adalah penduduk prefektur yang murni.”

“Ya itu salah lo, kan?!”

Oh, sial. Aku tidak tahan lagi dan tanpa sengaja melakukan tsukkomi menggunakan logat lokalku!

Aku melirik Kiyosato-san, bertanya-tanya apakah dia menganggapnya aneh.

Menggumamkan “Oh?” Kiyosato-san menutup mulutnya dengan tangan.

“Nagasaka-kun, apakah itu dirimu yang sebenarnya? Kamu lebih energik dari biasanya, ya kan?”

“Oh, ah, yah.”

“Nagasaka, bukankah kamu terlalu menyembunyikan sifat aslimu? Kamu seharusnya berperilaku lebih dari orang bodoh biasa.”

“Gue gak bodoh!”

“Ahaha. Sepertinya aku harus menyerahkan posisiku dalam lakon suami istri manzai kepada Ayano, hmm?”

A-Apa?! Posisi yang harus aku peroleh dengan susah payah!?

Tak peduli aku menegang karena syok, Uenohara terus memperdalam persahabatannya dengan yang lain.

Tindakan sewenang-wenang Uenohara, yang dilakukan tanpa konsultasi, telah membuatku kewalahan untuk waktu yang cukup lama. Pada titik ini, aku tidak lagi terkejut atau pun marah, tapi malah menjadi tenang.

─ Seperti yang dia katakan. Nampaknya Uenohara memang berniat menjalin hubungan dengan para “karakter.”

Dengan melakukan kontak langsung dengan semua orang yang hanya dia kenal secara tidak langsung sebelumnya-lah, dia akan dapat memperoleh lebih banyak informasi atau campur tangan secara langsung.

Namun, sepertinya dia berpikir akan sulit untuk tiba-tiba berteman dengan mereka tanpa melakukan kontak sebelumnya, jadi dia berencana menggunakan keberadaanku untuk memulai hubungan dengan mereka dalam satu ikatan dari posisi “teman dari seorang teman.” Fakta bahwa dia terus-menerus kurang ajar padaku dan mengungkapkan (mengarang) kajadian masa laluku seperti itu pasti untuk menunjukkan bahwa kami memiliki hubungan yang akrab seperti itu.

Aku mengamati gerakan Uenohara saat dia dengan antusias terlibat dalam percakapan dengan semua orang.

Aku telah mengetahui dari pelatihan lapangan bahwa kemampuan berbicara Uenohara tinggi, tapi… ini berada pada level di luar imajinasiku.

Saat ini, Uenohara bahkan secara fleksibel mengadaptasi karakternya tergantung dengan siapa dia berbicara.

Misalnya ketika berinteraksi dengan Tokiwa, dia akan dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya untuk menunjukkan sisi femininnya, sedangkan ketika berbicara dengan Torisawa, dia akan menampilkan sisi intelektualnya dengan komentar yang singkat tapi tajam.

Tidak diragukan lagi bahwa ini adalah gerakan yang telah dioptimalkan, yang dibuat dengan pemahaman tentang cara paling efektif berinteraksi dengan orang tertentu.

Dan juga, pada pertemuan pertama, dia mampu menggabungkan sikap yang tampaknya tidak sesuai dengan cara yang alami. Itu cukup untuk membuatku salut.

Sungguh, jika seseorang serba bisa seperti ini, mereka mungkin tidak perlu mengincar komedi romantis untuk mendapatkan kehidupan yang memuaskan setiap hari…

Saat aku memikirkan itu, sebuah pertanyaan tiba-tiba muncul di otakku.

Jika begitu, aku bertanya-tanya, kenapa Uenohara mau bersedia membantu?

Untuknya, manfaat apa yang mungkin didapat dari membantu Proyek?

“Oke, sepertinya akan segera dimulai, kalau begitu aku akan kembali ke rombongan kelasku. Nagasaka, jangan memperlambat semua orang.”

…Jadi, ketika aku memikirkan semua ini, Uenohara dengan cepat mengakhiri percakapan dan pergi.

“Sampai jumpa, Ayano-chan! Sungguh, ketua kelas, kamu seharusnya memberitahuku sebelumnya bahwa kamu mengenal gadis baik seperti itu!”

“Kami bertukar ID LINE!” kata Tokiwa, sepenuhnya tergila-gila. Sepertinya dia benar-benar telah terpikat.

 “Ya, betul sekali. Nagasaka-kun, kamu bilang tidak punya teman di sekolah kita. …Ah, jadi kamu menyembunyikannya agar masa lalumu yang memalukan tidak terbongkar?”

Kiyosato-san melirikku ke samping dengan ekspresi nakal di wajahnya.

“Uh, y-yah… Kau tahu, kami bersekolah di SMP yang berbeda, dan kami bukanlah teman baik. Kurasa sesuatu seperti itu?”

Ugh, tergagap sedikit. Seperti yang diduga, kondisiku belum kembali normal. Sial.

“…Hmm?”

Tatapan Kiyosato-san berubah curiga, dan dia mendekatiku, mencondongkan tubuh ke depan.

Ah, ini buruk. Dia terlalu dekat. Terlalu dekat. Lebih dari itu dan dadanya yang bulat akan membuat kontak. Penderitaan pemuda ini akan lepas kendali. Ha! Tapi mungkinkah tidak salah lagi ini yang disebut momen “lucky pervert”?!

Saat aku memikirkan pilihan akhir apakah akan mendekatkan diriku atau menunggu, Kiyosato-san dengan cepat menjauh.

Sialan, hampir saja! Sudah kuduga aku tidak akan bisa mendapatkan momen lucky pervert dengan begitu mudahnya. Sial!

“Tetap saja, Nagasaka-kun, kamu memberikan getaran yang sepunuhnya beda saat berada di dekat Ayano.”

…Hmm?

“Ah, itu benar. Aku juga berpikir begitu. Ketua kelas, kamu selalu tampak agak kaku saat bicara, lho. Aku bertanya-tanya apakah kamu gugup karena kamu menjadi ketua kelas meskipun tidak mengenal siapa pun.”

Kata Tokiwa sambil menganggukkan kepalanya setuju.

“Ya, aku setuju dengan hal itu. Itu tadi jauh lebih baik daripada bertingkh tidak keruan, lho?”

Torisawa berkata sambil mengangkat kedua tangan di udara.

“…Apakah aku benar-benar terlihat seperti itu?”

Mereka bertiga mengangguk serempak.

…Apa ini?

Aku akui bahwa aku secara sadar berusaha untuk tidak terlihat aneh.

Meskipun begitu, aku telah berusaha sebaik mungkin untuk berperilaku santai dan aku merasa telah bergerak dengan cara yang tidak membuatku tampak seperti orang yang sulit untuk diajak berinteraksi.

Namun, fakta bahwa ketiga karakter memiliki pandangan yang sama merupakan hal yang tidak terduga.

“Sama seperti sebelumnya, kamu harus lebih santai. Tidak perlu terlalu khawatir!”

“Bertingkahlah seperti yang kamu inginkan, bung. Dengan begitu kamu tidak akan merasa jenuh.”

─ Mungkinkah?

Aku melihat Uenohara di kejauhan, yang mengobrol dengan teman sekelasnya.

Mungkinkah dia memprediksi ini akan terjadi?

Apakah dia sengaja membuat penyimpangan untuk membuatku menunjukkan sifat asliku dan mengaturnya ke dalam event komunikasi yang akan lebih memperdalam hubungan…?

Saat aku memikirkan hal ini, hampir seolah-olah dia telah memprediksi bahwa aku akan melihatnya, tatapan Uenohara berpapasan denganku.

Lalu dia mengangkat bahunya.

“Sudah kubilang, kan? Aku tidak akan melakukan sesuatu yang buruk.”

Suara seperti itu secara alami bergema di kepalaku.

─ Ugh, aku tidak tahu bagaimana cara menangani kaki tangan yang terlalu luar biasa itu.

Jika kau memberiku event yang dapat memajukan Proyek seperti ini, aku tidak punya pilihan lain selain mengakui tindakan sewenang-wenangmu itu. Sialan.

*


Pelatihan lanjutan berjalan lebih mudah dari yang diharapkan.

Tampaknya satu-satunya saat kami harus khawatir akan dikelilingi oleh anggota Komite Sorak Ouen adalah saat latihan sorakan yang dilakukan secara keseluruhan, dan kami diajari koreografi dengan cara yang sangat tenang.

Dan juga, aku ditertawakan oleh semua orang karena aku tidak selaras beberapa kali mengikuti “skenario tuli nada” yang ditambahkan oleh Uenohara. Akar semua kejahatan itu malah membuat wajah cuek. Tch, Awas saja kau!

“Baiklah, aku akan pergi ke klub sekarang.”

“Aku juga pergi. Sampai jumpa.”

Sesaat setelah itu berakhir, Tokiwa dan Torisawa berpamitan dan segera pergi. Sisa kelas juga dengan cepat meninggalkan Aula Pertemuan Byakko, seolah senang bisa lepas dari aktivitas yang mengganggu.

Kebetulan Uenohara sudah menghilang dari tempat kejadian. Aku mau menyuarakan beberapa keluhan padanya, tapi sepertinya dia merasakan hal itu dan melarikan diri.

Setelah jeda singkat, aku beralih ke hal selanjutnya, berbicara dengan Kiyosato-san, yang tetap di sampingku.

“…Bagaimana denganmu, Kiyosato-san? Apakah kamu akan pergi ke klub sekarang?”

“Ah, aku telah memberi tahu mereka bahwa aku mau libur. Jadi aku akan pulang.”

Saat menjawab, dia melonggarkan ikat rambutnya, yang dia gumpalkan di belakang kepalanya.

Baiklah, sudah kuduga. Aku sudah menebaknya ketika aku melihatnya berseragam sekolah, tapi dengan ini, sudah dipastikan.

Pertama-tama, klub tenis kami tidak seketat itu, jadi ada kemungkinan besar Kiyosato-san akan langsung pulang. Ada juga informasi yang diperoleh baru-baru ini tentang “aktivitas klub itu seperti hobi,” dan prediksiku tepat. Seperti yang diharapkan, data adalah sesuatu yang bisa dipercaya.

Dan karena aku sudah memprediksikan ini, aku juga telah mempersiapkan dengan baik rencana untuk event pulang ke rumah bersama Kiyosato-san. Kali ini pasti, aku akan membuatnya berjalan sesuai rencana.

Sekarang, aku akan mengajaknya seperti biasa, dan ─

“Apa kamu juga akan pulang hari ini, Nagasaka-san?”

…Saat aku memikirkan ini, dia memotong.

“Ah, ya… Itu saja untuk hari ini.”

Hmm, permulaannya dirusak oleh masalah yang sedikit tidak terduga ini. Tapi ini masih dalam batas toleransi.

Nah, sebelum dia akhirnya akan mengatakan “Sampai jumpa besok!” saatnya untuk memulai event pulang ke rumah ─

“Oh, itu sempurna! Mau pulang bareng?”

 


 

─ Eh?

“…Maaf, kamu bilang apa barusan?”

“Aku bertanya apakah kamu ingin pulang bareng. Kamu tidak punya rencana lain, kan?”

……

Oh. Oh ?!

T-Tidak mungkin… Kiyosato-san yang mengajak?!

Tubuhku menegang karena terkejut.

Ada beberapa peristiwa di masa lalu, di mana aku memanfaatkan pulang ke rumah untuk memulai sebuah event, tapi semuanya adalah hal-hal yang aku buat dengan kedok sebuah kebetulan. Tentu saja, tidak sekali pun dia menjadi orang yang mengajakku seperti ini.

Ini tidak bohong… kan?

Aku tidak salah dengar, kan? Ini bukan salah satu momen “Apakah kimchi akan enak?”*, kan?

TL Note: Referensi dari manga romcom harem populer “Nisekoi (Nisekoi: False Love).

“Halo, Nagasaka-kun? Jika kau mau, cepat dan bersiaplah!”

B-Benar saja, itu bukanlah kesalahan! Aku belum mengaktifkan keterampilan gangguan pendengaran!

Dengan kata lain, kesempatan besar! Tidak mungkin aku akan melepaskan kesempatan ini!

“M-Maaf, salahku. Baiklah, ayo kita pulang setelah mengambil barang-barang kita di kelas.”

“Oke! … Oh, dan selagi begini, bagaimana kalau kita mengambil jalan memutar dalam perjalanan pulang? Apakah kamu masih punya waktu?”

Oh?!

Heroine utama menyarankan jalan memutar? Apakah ini komedi romantis? Ini komedi romantis, kan? Pasti komedi romantis!

Meskipun aku berusaha keras untuk menghentikan gairah yang melonjak di hatiku agar tidak terkendali, aku tidak dapat menghentikannya merembes keluar, dan secara tidak sengaja menanggapi dengan nada dramatis.

“Jangan khawatir. Saya akan menemani kemanapun Anda pergi, tuan putri.”

“Ahaha, kamu bicara lebay lagi.”

─ Wow, aku tidak bisa berhenti tersenyum.

Aku memastikan untuk tidak membiarkan Kiyosato melihat wajahku saat kami menuju kelas, sambil berusaha sebaik mungkin untuk mencegah langkahku berubah menjadi lompatan riang.


Sebelumnya - Daftar Isi - Selanjutnya