[LN] Genjitsu de Love Comedy Dekinai to Dare ga Kimeta? Volume 1 Chapter 3.2 Bahasa Indonesia
Chapter 3: Siapa Yang Bilang Kalau Heroine Akan Bertingkah Tergila-gila dengan Mudah?
2
Setelah mengambil barang-barang, kami meninggalkan gerbang utama dan berbelok mengikuti rute bus.
Kiyosato-san, yang berjalan sedikit di depanku, langsung melewati halte bus yang biasanya. Dia tampaknya benar-benar berencana mengambil jalan memutar.
Aku takut kalau dunia (kenyataan) ini akan membuat satu atau dua penghalang yang menghadang, tapi mengejutkannya, tidak ada yang terjadi. Kebetulan, aku juga sudah siap jika Kiyosato-san menolakku dengan mengatakan “Tentu saja aku berbohong. Kamu sangat menjijikkan, dasar idiot” atau semacamnya. Tapi bahkan itu tidak terjadi. Hmm, aku terlalu bersemangat dan bertingkah aneh di sini, ya kan?
“Jadi, kita rencananya mau mampir ke mana?”
Sambil mencoba untuk tetap tenang lebih dari biasanya, aku bertanya pada Kiyosato-san, yang terus bergerak maju.
“Hmm… Bukan berarti aku sudah memutuskan ke mana harus pergi sih.”
Dia kemudian berhenti dan meletakkan jari telunjuk ke pipinya, terlihat bingung.
Apa artinya itu…?
“Bukankah kita akan mampir ke toko atau semacamnya?”
“Yah, begini, aku tidak benar-benar ingin pergi ke tempat tertentu… Aku hanya berpikir mungkin masih terlalu dini untuk pulang ke rumah.”
Kiyosato bergumam pada diri sendiri saat dia melihat jam di ponselnya.
Oh…?
“Jadi maksudmu kamu hanya ingin menghabiskan waktu. Begitu ya?”
“Yah, kurasa kau bisa menganggapnya seperti itu? Aku lelah karena banyak berteriak… Aku harap dapat menemukan tempat yang tenang untuk beristirahat sebentar.”
Hmm hmm. Aku mengerti, aku mengerti.
Aku tertawa redam.
“…Beri aku waktu sebentar. Aku akan memeriksa tempat yang terlihat bagus sekarang.”
“Oh? Kamu punya ide?”
Ya, ya, tentu saja. Kami memiliki banyak pilihan lengkap di toko, Nyonya.
Kupikir sesuatu seperti ini mungkin akan terjadi, jadi aku sudah mempersiapkan ini dengan giat. Database Komedi Romantis #2-Ku… Sekarang saatnya kau untuk bersinar!
─ Sebuah taman kosong. Dataran banjir berumput. Dek pemandangan dengan suasana romantis.
Tempat-tempat itu dipenuhi dengan nuansa masa muda yang sering muncul dalam komedi romantis remaja ─ “lokasi masa muda.”
Tempat-tempat ini sering digambarkan sebagai hal yang biasa. Namun pada kenyataannya, tempat-tempat ini matang dengan banyak ketidakpastian.
Saat berjalan-jalan di taman terdekat untuk melakukan percakapan mendalam dengan heroine ─ diledek oleh anak-anak sekitar bahwa kami adalah pasangan dan harus berciuman. Saat berbaring di tepi sungai, menatap langit malam bersama teman-teman ─ Aku hampir ditangkap oleh polisi yang sedang berpatroli. Ketika dengan penuh semangat pergi ke dek pemandangan untuk mengungkapkan perasaan sambil menatap pemandangan malam hari ─ tempat itu sudah di luar jam kerja dan tutup.
Dalam kenyataan ini, di mana ada begitu banyak masalah aneh yang bertebaran, secara kebetulan menemukan tempat masa muda yang akan menunjukkan efek yang diinginkan adalah tugas yang hampir mustahil.
─ Jadi, apa yang harus dilakukan?
Kalian sudah bisa menebaknya. Yang harus kau lakukan adalah membuat daftar terlebih dahulu tentang tempat-tempat yang memenuhi syarat.
Ini adalah database komedi romantis yang dibuat guna memenuhi keinginan untuk menyediakan lokasi masa muda yang optimal pada setiap saat dan keperluan apapun.
Selama aku punya waktu luang, aku akan memandangi map, berparade berkeliling kota menggunakan “Street View.” Ada kalanya aku tidak puas dengan itu saja, jadi aku akan mendorong kaki dan sepedaku hingga batasnya untuk mengumpulkan lebih banyak, dan lebih banyak lagi tempat. Dari segi kuantitas saja, aku merasa itu sudah melampaui Catatan Tomodachi-ku. Ini Senjata #2 -ku.
Adapun namanya… Aku menyebutnya “Catatan Lokasi.”
…Rasanya seperti aku sedang melakukan komentar tentang teknik mematikan. Mungkin aku terlalu bersemangat.
Yah, bagaimanapun juga, waktunya untuk menjalankan database!
Berpura-pura membuka Aplikasi Maps, aku mengetuk shortcut Catatan Lokasi yang telah aku siapkan di ponsel.
“Ngomong-ngomong, kamu mau ke mana? Tempat dimana kita bisa minum teh? Ataukah mungkin taman atau semacamnya?”
“Hmm… Diantara keduanya, aku pikir aku lebih memilih pergi ke taman yang sepi. Aku lelah berteriak, dan uang sakuku bulan ini sudah tipis jadi aku tidak ingin menghabiskan terlalu banyak uang.”
“Diterima.”
──MASUKAN KRITERIA PENCARIAN
KATEGORI: 「Taman / Alun-Alun」
KATA KUNCI PENCARIAN: 「Tenang, Tempat Bernama, Santai」
LALU LINTAS PEJALAN KAKI: 「Tidak Ada」 ~ 「Sangat Sedikit」
WAKTU YANG DIBUTUHKAN: Dari 「Sekolah」 melalui 「Dengan Berjalan Kaki」 「20 Menit」 「Jarak Jalan Kaki」
── Hasil Pencarian: 5 Kecocokan
Sekarang, jika aku mengurutkan ini dalam urutan “poin masa muda,” maka…
Oh, ada yang rating-nya 4.2. Benar, ada juga koreksi musiman, jadi ini sempurna.
“Oke, ayo pergi.”
“Oh, cepatnya. Kemana?”
“Tempat yang agak mirip dunia lain… kurasa?”
Dengan itu, aku melangkah maju di depan Kiyosato-san.
─ Sekarang, saatnya membuktikan bahwa Catatan Lokasi-ku bukan kaleng-kaleng.
*
Setelah sekitar 10 menit berjalan ke arah barat daya di jalan yang terbentang dengan sekolah kami.
“Aku belum pernah lewat sini sebelumnya, tapi ini hanya belakang area pemukiman biasa, ya?”
Kiyosato-san bicara sambil melihat sekeliling dengan rasa heran, mengagumi lingkungan kami.
“Sisi timur Kyou-Nishi telah dibangun kembali dan dibersihkan ketika jalan pintas dibangun, tapi sisi ini masih seperti dulu. Beberapa rumah sudah cukup tua.”
Di sepanjang jalan, yang kami lewati adalah pemandangan kota tradisional dengan ladang dan gedung apartemen tua.
Meskipun aku mungkin menyebutnya tidak berubah, tapi daripada suasana kota kuno, ini lebih seperti pemandangan kota yang tidak menarik, yang penuh dengan bangunan anorganik era Showa.
Dibandingkan dengan situasi di sepanjang jalan utama, ini lebih disukai karena ada dedaunan. Tapi paling tidak, sekedar berjalan-jalan di sini tidaklah ideal.
“Nagasaka-kun, meski bukan berasal dari daerah sini, kamu benar-benar tahu banyak, ya? Kamu benar-benar memiliki informasi yang baik, ya?”
Kiyosato-san berkata dengan cara yang terkesan.
Merasa hobiku sudah diakui, aku menjawab dengan suasana hati yang baik.
“Sudah menjadi sifatku untuk menyelidiki apa pun yang ingin aku ketahui. Sangat menyenangkan bisa mengetahui berbagai hal.”
Hobi penelitianku dimulai ketika aku masih di sekolah dasar. Ada saat ketika aku tanpa henti menyelidiki sejarah dan geografi wilayah tersebut untuk sebuah proyek penelitian selama liburan musim panas.
Membandingkan peta saat ini dengan peta lama, dan menguraikan asal-usul suatu tempat berdasarkan nama sebelumnya ternyata menyenangkan, dan aku menghabiskan banyak waktu di perpustakaan daerah hampir setiap hari.
Kebetulan, aku menerima penghargaan dari prefektur untuk proyek penelitianku saat itu. Itu adalah salah satu dari sedikit prestasi yang bisa aku banggakan.
“Oh? Nagasaka-kun, apakah kamu mungkin tipe orang yang agak antusias dan bergerak tanpa ragu-ragu?”
“Yah… Aku serahkan pada imajinasimu.”
Hmm… Aku pernah berpikir bahwa bertingkah seperti biasanya akan diterima dengan buruk, tapi sepertinya para karakter lebih menyukainya… Mungkin aku harus perlahan-lahan beralih dari karakter pria pendiam.
Memutuskan untuk memikirkan semua itu nanti, aku memanggilnya untuk menghentikan percakapan.
“Ayo, kita hampir sampai.”
Di sisi lain trotoar, dengan berjejer pepohonan hijau, aku bisa melihat terowongan jalan layang yang melewati jalan pintas.
Tujuan kami ada dibalik terowongan itu.
“Di sana gelap, jadi hati-hati.”
Kami berdua melangkah ke terowongan.
Mungkin karena jaraknya yang pendek, tidak ada lampu di dalamnya. Itu tidak menjadi masalah di siang hari, tapi pada malam hari seperti ini, cukup gelap hingga membuatmu harus memperhatikan langkahmu.
“Oh, kamu benar. Kurasa aku harus melihat ke bawah sambil berjalan.”
Kiyosato-san tampak tersandung sesaat, matanya menatap ke tanah saat dia dengan hati-hati melanjutkan perjalanannya.
Namun, senang rasanya dia melihat ke bawah. Dengan begitu, setelah kami keluar dari terowongan… Tidak, aku tidak mau membocorkannya.
─ Kami berdua diam dan perlahan-lahan berjalan melintasi terowongan.
Setelah hanya beberapa menit hening, kami mendekati jalan keluar terowongan.
Dan di balik itu…
“Wow…!”
─ Di sepanjang anak sungai, pohon sakura bermekaran.
“Tidak mungkin, bunga sakura…? Bagaimana bisa? Bukankah April sudah berakhir…?”
Penglihatannya tiba-tiba dipenuhi dengan dunia lain dari bunga sakura. Mulut Kiyosato-san ternganga.
Reaksinya seperti yang aku harapkan, dan aku tidak bisa menahan perasaan “Kena kau!”
“Yang kamu tahu adalah jenis pohon sakura Somei Yoshino. Itu adalah jenis berbunga tunggal. …Yang di sini adalah Yaezakura.”
Barisan pohon sakura biasanya deretan Somei Yoshino. Faktanya, itulah jenis pohon yang kami lihat di pinggir jalan sebelum memasuki terowongan.
Yaezakura (varian pohon sakura berbunga ganda) mekar lebih lambat dari Somei Yoshino, biasanya sepenuhnya mekar di sekitar waktu-waktu seperti ini. Hal ini ditandai dengan bunganya yang mekar berkelompok berbentuk lampion kertas bonbori, dan daunnya tumbuh pada waktu yang bersamaan.
“Aku tidak tahu ada tempat seperti ini di dekat sekolah kita. …Bagaimana caramu menemukannya?”
“Yah, aku tahu tempat ini adalah jalan dengan deretan pepohonan dari peta, tapi aku rasa menemukan bahwa pepohonan itu adalah bunga sakura merupakan sebuah kebetulan.”
Ini tentu saja tidak bohong. Aku telah memeriksa keberadaan tempat ini sebelum mendaftar di sekolah, tapi baik foto dari atas maupun Street View tidak menunjukkan apa pun selain deretan pepohonan hijau. Aku tidak tahu jenis pohon apa itu.
Ketika aku datang ke sini untuk penyelidikan di tempat, tidak ada satu bunga pun, dan aku pernah mengabaikan tempat ini… Tapi ketika aku lewat lagi, aku menyaksikan pepohonannya ditutupi dengan bunga, dan secara resmi memberikannya tempat dalam daftar lokasi masa muda.
“Tetap saja jika tempanya seindah ini, seharusnya ada lebih banyak orang di sini. Tapi tidak ada orang, ya?”
“Itu karena lokasinya yang sedikit buruk. Tidak ada tempat untuk memarkir mobil di dekatnya, dan tidak ada ruang yang cukup besar untuk Hanami melihat bunga sakura. Tempat ini bahkan tidak terang.”
Hanya ada beberapa lampu listrik yang tersebar di sekitar bangku, yang tidak cukup untuk menerangi seluruh pemandangan.
Selain itu, meskipun tempat ini awalnya adalah kawasan pejalan kaki yang bisa dilewati, saat ini, ujung jalannya adalah jalan buntu karena pembangunan jalan. Pintu masuk lainnya juga ditandai dengan tanda bertuliskan “Ada Pembangunan,” menjadikannya tempat berlubang yang jarang dilewati orang.
“Kita tidak jauh dari jalan utama. Namun, tempat ini sangat berbeda.”
Kiyosato-san tetap takjub saat dia berjalan dengan mantap, selangkah demi selangkah, di depan deretan pohon sakura.
“Kau bahkan tidak dapat mendengar suara mobil. Dan kau dapat dengan jelas mendengar sungai mengalir deras, kan?”
“Ya. Ini benar-benar tempat dunia lain.”
Lalu, sambil menahan rambutnya yang tertiup angin, dia menatap bunga sakura yang mekar dan menyipitkan matanya.
Melihat sosoknya, aku tiba-tiba tersadar.
─ Deretan pohon sakura bermekaran.
Langit saat senja mulai menunjukkan sedikit kegelapan malam, dan cahaya merah turun.
Rambut hitamnya berayun tertiup angin musim semi yang lembut, berkilau dalam cahaya itu.
Mata yang sedikit lembab dan tahi lalat yang sensual, yang berfungsi untuk menonjolkan keindahan itu.
Itu adalah gambaran dari heroine yang biasa terlihat di manga dan novel ringan.
Jika aku harus meringkas situasi sekarang. Sungguh. Tidak diragukan lagi.
Aku dapat mengatakannya dengan pasti bahwa, itu adalah adegan dari komedi romantis ─ adegan semacam itu.
Itu membuat diriku merasa hangat dan samar.
Aku berpura-pura mengagumi bunga sakura dan melihat ke atas.
Hal-hal yang aku inginkan, dan hal-hal yang ingin aku capai.
Aku merasa seperti aku telah memperoleh sedikit hasil dari usaha nekatku hingga saat ini.
“…Hei, Nagasaka-kun.”
Dalam dunia lain (kenyataan) ini, di mana waktu seolah berhenti.
Sang “Heroine Utama” menatapku dengan mata terangkat, dan perlahan marangkai kata-katanya sambil menarik rambutnya ke belakang, ke atas telinga kanannya.
“Apakah ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan padaku?”
Angin malam musim semi yang dingin bertiup di udara di antara kami.
*
─ Aku tidak memperkirakan pertanyaan itu.
“S-Sesuatu yang ingin aku bicarakan?”
Sial, aku tergagap.
Dunia lain (kenyataan) yang telah aku coba capai dengan sangat keras kembali ke dunia (kenyataan) yang biasanya.
“Ya. Apakah ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan?”
Sesuatu yang ingin kubicarakan pada Kiyosato-san?
“…Um.”
Apa itu? Apa yang dia inginkan dariku?
“Kamu lebih cantik dari bunga sakura”? Apakah dia mengharapkan pujian seperti itu?
Tidak, itu bukan konteks ceritanya…. Yah, eh, lalu apa? Apa yang harus aku katakan pada Kiyosato-san, di bawah pohon sakura, di tempat seperti ini, dengan suasana yang bagus ini?
Ah, mungkinkah?
“Um…”
Tunggu, tunggu sebentar.
Yang itu tidak bagus.
Dipikirkan baik-baik, aku pernah mencoba melakukannya beberapa hari yang lalu. Tapi itu adalah event yang dimaksudkan untuk gagal, bukan event yang serius.
Sejak awal, aku meletakkan suratnya di loker sepatu yang salah saat itu, dan Kiyosato-san akhirnya tidak terlibat dalam event tersebut sama sekali.
Saat ini, dalam suasana seperti ini, dan terlebih lagi dia yang menanyakannya? Jika aku melakukan itu? Apa yang akan terjadi?
…Apa yang akan terjadi!?
“Nagasaka-kun?”
“Tung—Time out. Tunggu sebentar.”
Sial. Ini berbahaya.
Jantungku yang berdegup kencang hampir melompat keluar dari dadaku. Ini menyakitkan, seperti jantungku ada di tenggorokan.
Mungkinkah? Apakah itu niat aslinya? Itukah sebabnya dia menginginkan tempat tanpa ada orang?
Tidak, tidak mungkin begitu! Dimana pertandanya? Tidak ada, kan? Tidak ada perkembangan yang mudah seperti ikatan dari masa lalu, kan? Ataukah ada sesuatu yang terjadi di balik layar yang tidak ditampilkan di cerita utama? Apakah ini tipe yang ditambahkan oleh Sisi Cewek atau semacamnya?
─ Tenang. Tenanglah, Nagasaka Kouhei. Berpikirlah dengan tenang. Dengan tenang.
Tidak, Tidak, Tidak. Memang benar aku telah bekerja keras untuk meningkatkan rasa sukaku, tapi apakah klimaksnya semudah ini? Tidak mungkin event jalan-jalan sampingan ini sudah cukup untuk tingkat rasa sukanya padaku saat ini, kan? Apakah itu berarti dia sebenarnya sederhana? Bagaimana itu mungkin dalam kenyataanku?
─ Ini tidak bagus, aku tidak bisa berpikir jernih.
Dunia berputar-putar di sekelilingku.
Aku sama sekali tidak tahu apa hal yang benar untuk dilakukan, atau bahkan apa yang baik.
“Nagasaka-kun.”
“Y-Ya!”
Seolah-olah dia lelah menunggu, Kiyosato-san memanggilku dengan nada yang lebih kuat dari sebelumnya.
Berhenti, tunggu, hatiku belum siap!
Rasanya seperti itu akan muncul. Argh, apa yang harus aku lakukan?
“Apakah kamu yakin tidak ada yang ingin kamu sampaikan padaku? Misalnya… tentang Ayano?”
─ Eh?
“Kenapa Uenohara…?”
Hal tak terduga tumpah, dan aku tidak sengaja mengatakan isi pikiranku dengan keras.
Kiyosato-san secara ironis mengangkat alisnya, lalu menurunkan pandangannya dan menghembuskan nafas kecil.
“…Tidak, maafkan aku. Lupakan saja.”
Dengan itu, kali ini dia memutuskan percakapan dan segera berdiri.
Dengan sedikit memperhatikan bahwa aku benar-benar tidak dapat mengerti akan situasinya sambil membiarkan rambut hitam halusnya menari-nari, Kiyosato-san memberiku senyuman ramah.
“Terima kasih telah menunjukkan tempat yang bagus.”
Kemudian, dia meletakkan jari ke mulutnya, seolah-olah berbicara secara rahasia.
“Mari kita rahasiakan lokasi ini. Bagaimanapun, ini adalah tempat yang tenang.”
Dia kemudian melanjutkan dengan senyum pahit, suasana di sekitarnya agak kesepian.
“Tapi… menurutku ini sedikit terlalu dramatis untukku. Datang ke tempat seperti ini mungkin akan membuat salah paham, lho.”
“Ah, um…”
Pikiranku telah berhenti total, dan aku tidak dapat memahami satu hal pun yang Kiyosato-san katakan.
“Ayo, kita harus pergi.”
Kali ini, dia tersenyum manis dengan ekspresi biasanya dan dengan cepat berbalik. Dia kemudian berjalan melewatiku dan mulai berjalan ke arah kami datang.
“Ah, Kiyosato-san…”
Dia berjalan semakin jauh dari deretan pohon sakura.
Saat aku mengulurkan tangan untuk mengejar punggung itu, dia menolehkan kepalanya ke belakang, Kiyosato-san berbicara.
“Ayo, cepat~ Jika tidak, nanti akan jadi terlalu gelap, lho?”
Wajah yang tersenyum begitu ceria…
Seperti yang diduga, aku tidak bisa melihatnya sebagai hal lain, selain dari heroine utama yang biasanya.
Post a Comment