[LN] Genjitsu de Love Comedy Dekinai to Dare ga Kimeta? Volume 1 Prolog.4 Bahasa Indonesia
Prolog: Siapa Bilang Kalau Rom-com Dimulai Sekarang?
4
Setelah hening sejenak, dia menatapku dengan mata yang sepertinya mencari sesuatu.
“…Ada banyak hal yang ingin aku katakan. Tapi kau serius, kan?”
“Aku serius. Aku tidak perlu mengulanginya lagi.”
“Pertama-tama, kau telah mengoceh tentang ‘membuat rom-com dalam kenyataan’ sejak tadi. Mengenai itu…”
“Tahan dulu. Rom-com adalah rom-com, tapi lebih tepatnya, istilah “rom-com remaja” yang lebih benar di sini. Rom-com adalah kisah cinta dengan unsur komedi, tapi jika kau menambahkan bagian “remaja” diakhirannya, definisinya berubah menjadi kisah komedi romantis dan drama remaja, terutama tentang kehidupan sekolah.”
“…Ah, jadi singkatnya, kau ingin menjalani jenis percintaan yang dramatis, apakah begitu?”
“Unsur intinya memang bagian cinta, tapi tidak hanya itu. Dibandingkan dengan manga komedi romantis jenis shoujo, komedi romantis remaja lebih memiliki warna-warni masa remaja dan unsur komedi. Namun, ada beberapa kasus di mana drama remaja memainkan peran yang lebih penting.”
“Ah, begitukah?”
Dia memberiku jawaban setengah hati, tampaknya tidak peduli tentang rincian definisinya.
Ha. Inilah payahnya menjelaskan sama amatiran. Jika kalian tidak membuat perbedaan ini, kalian mungkin akan menulis ulasan seperti “Katanya ini komedi romantis, tapi tidak ada adegan panas romantis atau komedi lucu. Itulah kenapa karya ini mendapat bintang 1.” Lalu dibantah dan dipermalukan dengan sesuatu seperti “Dari awal, ini bukan karya sejenis kisah cinta panas. Mari menahan diri dari menuliskan kritik yang tidak relevan.”
“Jadi, kau benar-benar berpikir kalau kau bisa melakukan itu? Bagaimana caranya?”
“Itu cukup mudah. Kau hanya perlu mengumpulkan dan menganalisis berbagai informasi sebelumnya, menemukan orang yang tepat sebagai “karakter” (pemeran), mempersiapkan lokasi terlebih dahulu, dan bekerja menuju perkembangan komedi romantis yang ideal.”
“…Nah, tidak mungkin sesederhana itu. Maksudku, Kau sebenarnya gagal melakukan itu sebelumnya.”
“Itu karena kurangnya persiapan dariku. Meskipun, aku akan memberi tahumu bahwa situasinya sudah sempurna…”
“Di situlah masalah terbesarnya, tahu?”
“Aku tahu kau adalah penyangkal klise, dasar sialan?”
Semua orang menyukai plot jalan kerajaan (klise), jadi itu dianggap sebagai standar!
Aku menjadi sangat marah. Setelah terdiam sejenak seolah berpikir, dia lalu menggelengkan kepalanya dan melanjutkan.
“… Yah, mundur seratus, tidak, tapi seribu langkah demi argumen, bahkan jika kita mengasumsikan keabsahan teori tersebut bahwa itu memungkinkan untuk mencapainya jika semuanya dilakukan sesuai rencana dari awal, itu bukanlah semacam hal yang bisa dilakukan dengan persiapan setengah hati, kan?”
“Aku tahu itu. Itulah sebabnya aku telah mengumpulkan informasi mendetail dan mencoba sebaik mungkin untuk memastikan bahwa kesalahan penghitungan tidak muncul dalam rencana yang sudah dirancang. Semakin banyak data yang kau miliki untuk kepastian, semakin rendah kemungkinan gagal, dan semakin mudah untuk mengendalikan segala sesuatunya, tidakkah kau setuju?”
“Mengumpulkan informasi mendetail, huh.”
Dia mulai bermain-main dengan sedotan dalam cangkirnya, dengan raut wajahnya yang seolah-olah mengatakan bahwa aku terdengar cukup sombong.
…Gadis ini telah meremehkanku sedari tadi.
Baik. Karena dia mengatakan semua itu, inilah waktunya untuk menunjukkan satu atau dua hal kepadanya.
“Jangan meremehkanku. Uenohara Ayano dari Kelas 1-5.”
“…Eh?”
Tangan yang sedang memainkan sedotan tiba-tiba terhenti.
Saat aku membuat pernyataan itu, aku mengeluarkan ponsel dari saku dan memuat layar yang sama seperti sebelumnya.
“Uenohara Ayano. Kelas 1-5, Nomor Urut Siswa 6. Lahir tanggal 10 November. Bersekolah di SMP Kyougoku Shiritsu Kita, di mana dia menjadi anggota klub atletik. Tipe serba bisa, memiliki kemampuan akademis dan atletik yang sangat baik. Tidak ada mata pelajaran yang tampak tidak dikuasai dan nilainya semua baik tanpa kecenderungan tertentu. Peringkat ke-8 secara keseluruhan dalam ujian masuk. Peringkat ke-3 dalam lari cepat 800 meter di kompetisi atletik SMP tingkat prefektur. Berkenalan dengan berbagai macam orang, dan memiliki banyak teman baik, baik pria maupun wanita. Makanan favoritnya adalah apa saja yang manis, dan makanan yang paling tidak disukai adalah bento toko swalayan.”
“T-tunggu… eh, ini pertemuan pertama kita, kan?”
Dia ─ Uenohara berbicara dengan ekspresi bingung di wajahnya.
“Benar, bagaimana dengan itu? Eh, juga, untuk orang tuanya, profesor universitas, dan insinyur freelance, alamat rumahnya adalah Kyougoku-shi…”
“Aku akan menelpon polisi.”
“Eh? …Tunggu sebentar! Berhenti!”
Uenohara segera mulai menggunakan ponselnya, jadi aku meraih lengan kanannya untuk menghentikannya.
“Tenang! Kau akan mengerti setelah aku menjelaskannya!”
“Kau sepenuhnya penguntit dan itu sangat menyeramkan.”
“Tidak, tidak ada dari informasi itu yang diperoleh dengan cara ilegal, dengarkan saja aku!”
“Pertama-tama, kenapa kau melakukan begitu banyak penelitian pada seseorang yang belum pernah kau ajak bicara? Itu sangat mencurigakan.”
“Aku sudah bilang padamu sebelumnya kan! Karakter potensial, mereka perlu diselidiki terlebih dahulu!”
Uenohara menghentikan sejenak apa yang dia lakukan dan mengerutkan kening karena tidak senang.
“Tidak-tidak, aku tidak mengerti. Dan dari awal, aku sama sekali tidak tahu kenapa aku menjadi target tanpa izin.”
Oh ayolah, apakah dia tidak memiliki kesadaran diri?!
“Maksudku, kau gadis yang cantik, bukan!”
“…Eh?”
“Aku melakukan pemeriksaan latar belakang pada semua gadis cantik yang seangkatan denganku! Dengan penampilanmu itu, apa kau benar-benar bermaksud mau bilang padaku bahwa kau tidak cantik!? Jika ini adalah novel ringan, kau akan berada pada level yang dibolak-balik ulang ketika mereka melihat ilustrasinya, tahu!”
Mendengar kata-kataku, kali ini Uenohara benar-benar berhenti. Kemudian, setelah berkedip beberapa kali, dia menatapku dengan tatapan yang tak terlukiskan.
“Kau tahu, pada titik ini, bahkan jika kau memujiku, aku tidak akan merasa senang sama sekali.”
“Itu tidak penting. Aku hanya bilang apa adanya. Menurut penyelidikanku, secara visual kau berada di peringkat ke-7 secara keseluruhan di tahun angkatan kita. Nomor 7 dari 150 orang. Banggalah pada dirimu sendiri.”
“…Uh, aku tidak tahu bagaimana aku harus bereaksi terhadap itu.”
Uenohara menampar tanganku yang sedang menggenggam lengannya, menariknya, lalu mulai memainkan rambut di belakang kepalanya, memelintirnya dengan tangan kanan.
“Ngomong-ngomong, aku sudah menghitung evaluasinya dengan benar. Coba lihat, nilai dalam kategori visual adalah 4.3 untuk Wajah, 4.7 untuk Penampilan, 2.8 untuk Payudara…”
“Bagaimanapun juga, aku akan menelpon polisi.”
“Kubilang tunggu!”
Kali ini, itu tangan kirinya yang aku pegang dengan kuat agar diam di tempat. Aku tidak boleh lengah sejenak!
“Itu karena kau tidak akan mempercayaiku sama sekali sehingga aku harus mengungkapkan informasi itu, lho! Namun kau memperlakukanku seperti aku ini seorang penguntit, itu sangat kejam!”
“Tidak ada yang menyuruhmu mengungkapkan semua informasi pribadi yang menyeramkan itu. Sebenarnya, bukankah sudah jelas bahwa orang yang mendengarnya akan lebih waspada? Apa kau seorang idiot yang menentang akal sehat hingga kau bahkan tidak mengerti akan hal itu?”
“Ugh, tidak dapat diterima! Orang yang menyebut orang lain idiot adalah idiot yang sebenarnya, dasar idiot!”
“Semua perkataanmu malah berbalik lagi padamu, dasar idiot.”
Untuk sesaat, kami hanya saling menatap dalam diam.
“Pi Po Pa, Pi Po Pa.”
“…Ha.”
Saat timer kentang goreng berbunyi sekali lagi, Uenohara merilekskan tubuhnya, seperti dia akan menyerah. Dia telah melepaskan ponselnya, jadi sepertinya, untuk saat ini, dia telah membuang pikiran untuk melaporkanku.
“Ini sudah semakin menjauh, terlalu jauh ke arah yang tidak terduga, dan aku terganggu dalam banyak hal… sungguh tidak bisa dipercaya.”
Mengatakan ini, dia melepaskan tangannya dari genggamanku dan mulai mengatur poninya yang agak acak-acakan.
“Untuk saat ini, sepertinya kau sudah sedikit percaya. Betapa seriusnya aku.”
“Aku akan mengakui kegilaan itu.”
Sepertinya dia akhirnya mengakui… hmm, huh? Bukankah itu berarti dia belum mengakuinya…?
Saat aku memiringkan kepalaku, Uenohara tiba-tiba menjadi santai dan bersandar di kursinya.
“Hei. Hal sebelumnya itu, apakah kau memiliki yang orang lain juga?”
“Huh? Apa yang kau bicarakan?”
“Informasi pribadi, seperti milikku.”
“Yah, ya… sampai batas tertentu.”
“Biar kulihat itu sebentar. Aku tidak akan menyalahgunakannya.”
Mengatakan ini, Uenohara mengulurkan tangan kanannya.
“…Kau ingin menggunakannya untuk apa?”
Aku menggenggam ponselku dengan erat dan meningkatkan kewaspadaanku. Data ini adalah materi yang sangat rahasia, tidak boleh diambil dari tempatnya. Itu bukanlah sesuatu yang bisa aku tunjukkan dengan mudah kepada orang lain.
“Tidak ada yang khusus. Aku hanya ingin tahu tentang berapa banyak yang ada di sana.”
Cara Uenohara berbicara tetap acuh tak acuh seperti biasanya, membuat niat sebenarnya sulit untuk dibaca. Tapi dari kelihatannya, sepertinya dia tidak bermaksud untuk mengolok-olok.
Menunjukkan jumlah materi yang aku miliki mungkin merupakan cara yang baik untuk menunjukkan tingkat komitmenku, huh.
Aku merenung beberapa saat, kemudian, setelah menilai bahwa selama dia tidak mencatatnya, itu tidak akan menjadi masalah, aku memutuskan untuk menunjukkan bagian materi itu.
“Berhati-hatilah dengan itu. Dalam keadaan normal, dilarang keras untuk membagikannya dengan orang lain.”
“Aku tahu.”
Setelah mengingatkannya tentang hal ini, aku dengan hati-hati meletakkan ponselku di telapak tangannya.
Uenohara mulai menelusuri layar dengan cepat. Rasanya dia tidak membaca dengan cermat, jadi tampaknya, seperti yang dia katakan, dia tidak ingin melihat sesuatu yang spesifik.
Seandainya saja dia memiliki semacam kemampuan ingatan yang sempurna, maka ini akan berakibat fatal… Tapi yah, tidak mungkin kekuatan psikis seperti itu ada di kehidupan nyata, jadi kenapa harus khawatir tentang itu?
“Ini bukan sekedar kumpulan catatan biasa… apakah ini web? Desainnya seperti halaman wiki.”
“Itu benar. Itu karena data tersebut disimpan di server. Biasanya, hanya aku yang dapat melihatnya, dan seluruhnya dienkripsi sepenuhnya.”
“Kau bahkan dapat menggunakan penelusuran…”
“Kau tidak pernah tahu di mana dan bagaimana kau akan menggunakannya. Bahkan, itu membantuku mencari data tentangmu beberapa saat yang lalu.”
Mungkin lelah karena meremehkanku, Uenohara memfokuskan dirinya melihat isi konten tanpa menjawab.
“Satu, sepuluh… ini benar-benar memiliki informasi tentang banyak orang? Informasi dasar, kepribadian, kecenderungan perilaku, bahkan ada grafik…”
Menutup mulutnya dengan tangan, Uenohara bergumam pada dirinya sendiri dengan ekspresi serius di wajahnya. Dia tidak lagi berbicara dengan cara menjengkelkan yang sama seperti sebelumnya, dan sebaliknya, sekarang tampak terbelalak dan benar-benar kagum.
Yah, tentu saja. Bagaimanapun, ini adalah permata dari mahakarya yang aku buat dengan memanfaatkan sepenuhnya keterampilanku.
Apa yang aku tunjukkan pada Uenohara adalah salah satu dari beberapa “database rom-com”. Kumpulan informasi pribadi tentang siswa di sekolah kami… alias “Catatan Tomodachi”.
Isinya mendokumentasikan berbagai macam hal, dari informasi dasar seperti nama, tanggal lahir, SMP asal dan ciri-ciri eksternal, hingga faktor-faktor intrinsik seperti kepribadian dan kecenderungan perilaku, hingga informasi tentang lingkungan sekitarnya seperti hubungan dan latar belakang keluarga mereka, dan bahkan data obyektif yang dikumpulkan dari kuesioner dan sumber lain.
“…Ini baru dua minggu sejak sekolah dimulai. Semua ini dalam waktu sesingkat itu?”
Tiba-tiba Uenohara mendongak, menanyakanku pertanyaan itu.
“Ya, sudah selesai sekitar 80%. Atau begitulah menurutku, tapi aku hanya memprioritaskan penyelidikan orang-orang yang menurutku memiliki kecocokan untuk romcom, jadi itu masih jauh dari selesai.”
“Bagaimana caramu…? Bahkan ada foto.”
“Itu berdasarkan daftar siswa dan informasi yang dipublikasikan di media sosial. Foto-foto itu diambil dari foto grup upacara penerimaan.”
Kebetulan dibandingkan sekarang, Uenohara di foto memiliki rambut yang lebih panjang, dan rambutnya hampir lurus. Inilah alasan kenapa aku tidak mengenalinya pada pandangan pertama. Astaga, hanya wanita membosankan itu yang diizinkan mengubah potongan rambutnya dari waktu ke waktu, lho, dasar orang yang tidak sopan.
“Ada juga gosip yang bocor dan data informasi dari grup chat kelas dan klub. Aku juga mengandalkan kemampuan intelijen dari para operator akar rumput.”
Meskipun saat ini terbatas hanya pada siswa kelas satu, aku telah mengamankan setidaknya satu orang yang komunikatif dan pencinta gosip di setiap kelas sebagai operator akar rumput (sumber). Sampai batas bisa mengendalikan mereka dengan baik, memperoleh informasi kasar tentang seluruh kelas adalah hal yang memungkinkan.
Sebagai catatan tambahan, aku menyebut mereka “Rakyat Saotome”, yang mengungkapkan rasa hormatku yang dalam kepada mereka. Aku rasa tidak ada yang tahu asal usul istilah tersebut saat ini, jadi itu juga cocok untuk kamuflase.
“Bagi mereka yang menjadi prioritas tinggi dalam penyelidikan, aku juga langsung bertanya kepada teman dan kenalan mereka, dan terkadang juga langsung mengumpulkan informasi dari kerabat dekat mereka.”
“Hei, kenapa kau tidak berhenti sekolah dan menjadi detektif saja?”
“Itu seperti meletakkan kereta di depan kuda. Bagaimana caranya aku memulai rom-com jika aku berhenti sekolah?”
“Ah, ya. Lupakan saja, salahku.”
Uenohara memegangi dahinya dan menghela nafas untuk yang kesekian kalinya. Dengan kata-kata terakhir itu, kami berdua terdiam beberapa saat, dan waktu pun berlalu.
Aku mengangkat minumanku, yang benar-benar telah mencair dan diencerkan seperti susu kental, kedalam mulutku. Rasanya sama sekali tidak enak, tapi gula dengan senang hati menyebar ke seluruh otakku yang lelah.
Setelah mendingin, tiba-tiba terpikir olehku bahwa… seperti yang diperkirakan, aku mungkin telah mengungkapkan terlalu banyak hal. Tidak peduli seberapa besar keinginanku untuk meyakinkannya, tidak perlu untuk menunjukkan terlalu banyak tentang apa yang terjadi di balik layar, bukan? Pikiran itu tiba-tiba membuatku gelisah, dan aku buru-buru menyimpulkan sesuatu.
“…Cukup, kau seharusnya bisa tahu betapa seriusnya aku. Jadi tolong jangan menghalangiku.”
Uenohara mengalihkan pandangannya dari ponsel yang selama ini dia tatap dan mengangkat kepalanya. Seperti yang diharapkan, wajah tanpa ekspresi itu membuatnya mustahil untuk membaca apa yang dia pikirkan.
“Aku tahu kau serius. Namun…”
Dia mengalihkan pandangannya ke samping, menurunkan nada suaranya sedikit, dan lanjut berbicara, sedikit demi sedikit.
:Misalkan kau telah berusaha sekuat tenaga, tapi masih tidak dapat mewujudkan rom-com… apa yang akan kau lakukan?”
Mendengarkan ucapan itu tiba-tiba mengingatkanku ke kenangan masa SMP-ku. Aku mengepalkan tanganku dan kemudian menjawab dengan niat yang jelas.
“Aku tidak memikirkan apa yang mungkin terjadi. Dengan metode yang bisa kugunakan, aku hanya memusatkan semua usahaku untuk mewujudkannya.”
Mata Uenohara sedikit terbelalak. Aku mengarahkan tatapanku pada pantulan sosokku di matanya dan berbicara sedemikian rupa agar diriku didengar.
“Jelas tidak ada jaminan kesuksesan. Namun, dengan tidak melakukan apa-apa dan hidup mengikuti arus, tidak mungkin hal itu akan terjadi. Begitulah kenyataannya.”
Dalam enam belas tahun hidupku, itu adalah satu-satunya hukum yang tidak pernah berubah.
“Hal-hal yang dapat dilakukan oleh ikan teri biasa dengan kemampuan yang payah sepertiku mungkin tidak seberapa. Meski demikian, setidaknya aku dapat mengerahkan semua upayaku pada apa yang dapat aku lakukan dan bekerja keras hingga aku dapat mewujudkannya. Itulah yang telah aku putuskan.”
Mengatakan “Selain itu…”, aku terus berbicara.
“…Jika kau melakukan sesuatu dengan setengah hati, pada akhirnya itu tidak akan membuahkan hasil yang pantas, tahu.”
Saat aku mengatakan ini, aku tiba-tiba merasakan sesuatu yang pahit menyebar di mulutku, dan menelan ludah dengan bunyi glek. Apa yang Uenohara pikirkan setelah mendengarkan kata-kataku itu?
“Begitukah. Sudah kuduga, kau idiot.”
Saat dia menyipitkan mata, untuk pertama kalinya, sepertinya ada sedikit emosi di matanya.
Aku hendak mengatakan “Itu lagi?” … Tapi entah kenapa, kata idiot kali ini terdengar berbeda dari sebelumnya, jadi untuk sesaat, aku tak bisa berkata-kata.
“…Ya, itu benar. Maaf soal itu. Tapi tidak ada cara lain, jadi mau bagaimana lagi, oke?”
“Tidak, aku tidak meremehkanmu. Bukan itu…”
Di sana, Uenohara menghentikan kalimatnya dan kembali terdiam.
“Bukan itu?”
“Bukan apa-apa. Bagaimanapun, ini tidak ada hubungannya denganku.”
Tidak ada hubungannya dengannya, huh.
Itu adalah kata-kata yang diucapkan dengan nada suara datar yang sama dengan yang telah dia gumamkan padaku sampai beberapa waktu yang lalu. Tapi entah kenapa, aku merasa emosiku terombang-ambing.
Dan.
“Hei, lihat kesini… kau sepertinya salah paham akan sesuatu. Pada titik ini, kau tidaklah tidak ada hubungannya sama sekali.”
Aku tanpa sadar melanjutkan percakapan.
“…Eh?”
“Maksudku, bukankah kau sudah tahu rencanaku? Aku bahkan menunjukkan “Catatan Tomodachi”. Dalam keadaan seperti itu, apakah menurutmu aku akan membiarkanmu mengucapkan selamat tinggal dan menyatakan bahwa mulai besok kita adalah orang asing?”
Uenohara mengedipkan matanya. Mungkin kata-kataku muncul sebagai hal yang tidak terduga, saat dia tampak tertegun, mulutnya tetap terbuka.
…Yang tidak mengejutkan. Lagipula, sampai sekarang, bahkan aku tidak berencana mengatakan hal semacam itu.
“Jika aku membiarkanmu lolos di sini, siapa tahu masalah apa yang akan muncul. Jika ada kemungkinan hal itu akan mengganggu rencanaku, maka aku akan mengambil tindakan pencegahan. Itulah motoku.”
“Aku tidak… benar-benar berniat untuk menghalangi.”
“Tetap saja.”
Menyela perkataan Uenohara, aku melanjutkan.
“Itu adalah fakta yang tidak dapat disangkal bahwa aku dipaksa untuk mengungkapkan rencananya. Akulah yang disalahkan karena membuat kesalahan, bukannya dirimu karena memanfaatkannya dengan baik.”
Biasanya, tidak perlu untuk mengatakan hal ini. Hal yang tepat untuk dilakukan adalah sesuatu seperti menggunakan informasi pribadi sebagai perisai untuk menutup mulutnya, membujuknya untuk berusaha keras agar tidak terlibat.
Namun, aku…
“Dan di situlah aku tersadar. Jika aku mengajakmu bergabung, maka kita sudah siap berangkat.”
Dengan sengaja. Aku memilih melewati jalan lain.
“Kau memiliki potensi tinggi. Kecenderunganmu untuk mendebat perkataan, teknik percakapanmu yang kotor, yang membuat orang tersudut, dan tsukkomi-mu yang tanpa ampun… Kupikir semua itu adalah kekuatan yang luar biasa. Sayang sekali membiarkan semua itu tertidur tanpa memanfaatkannya.”
Uenohara tetap diam, menatapku. Aku menumpuk lebih banyak kata di atas satu sama lain secara berurutan.
“Sebenarnya, aku baru saja mulai berpikir bahwa aku bisa melakukannya dengan bantuan tambahan. Aku dapat menangani sendiri penelitian dan analisis data menggunakan internet, tapi ada batasan jumlah informasi yang dapat aku kumpulkan melalui dialog dan penelitian yang memerlukan penyelidikan langsung ke TKP. Beberapa informasi juga lebih terbuka untuk seorang gadis.”
Aku berbicara menumpuk teori yang sesuai saat hal itu muncul di benakku.
“Jadi, jika aku dapat memperoleh seseorang yang memiliki kemampuan luar biasa sepertimu, rencananya akan semakin dekat untuk dapat diwujudkan. Menurut data, kau tidak sedang melakukan kegiatan klub atau kelas tambahan saat ini, kan? Jadi, ini juga akan berguna untuk waktu luangmu. Hmm, benar-benar kesimpulan yang cerdas.”
Aku sadar bahwa apa yang aku katakan ini sangat tidak masuk akal, tapi meskipun begitu, aku tidak berhenti berbicara.
“Itulah sebabnya kau akan menjadi anggota dalam rencanaku… Ah, tidak, hanya menyebutnya sebagai anggota tidaklah terlalu menarik. Bawahan… Rekan… Hmm, itu juga terasa tidak pas.”
Masalah kali ini adalah kegagalan di sisi lain dari rencana tersebut. Episode “Behind the Scenes” di belakang panggung tanpa hubungan langsung dengan rom-com yang akan direalisasikan. Namun, Uenohara adalah…
Dengan cara yang benar-benar, sangat tidak biasa dalam kenyataanku…
Seseorang yang berhasil aku temui dengan cara yang tidak mungkin baik secara kebetulan, kemungkinan, atau dalam keadaan normal. Untuk berpura-pura bahwa hubungan dengan orang seperti itu tidak ada, yah ─
“Benar. “Kaki tangan”! Buatlah kontrak denganku, dan jadilah “Kaki Tangan” dalam rencana itu!”
“Aku menganggapnya bodoh, tidak pantas untuk menjadi “Protagonis” dari sebuah“Rom-com”.
“Seseorang yang benar-benar bisa berubah dapat berubah sekarang, mulai saat ini juga… Pelajaran yang benar-benar bermanfaat dari dewaku. Ayolah, sekarang, peganglah tangan ini.”
Aku dengan cepat mengulurkan tangan kananku, mengajaknya untuk berjabat tangan. Uenohara tetap diam, menatap tanganku.
“…Bagaimana dengan itu?”
Ini semakin melelahkan, tahu.
“…Um, bagaimana menurutmu?”
Saat lenganku mulai gemetar, Uenohara menghela nafas paling dalam di hari ini.
“…Kau tahu.”
“…Apa?”
“Dasar orang idiot super.”
“Kenapa?!”
Aku menjerit menyedihkan. Ayolah, ini akan menjadi adegan perekrutan yang disatukan dengan sempurna!
Dengan tatapan mencemooh di matanya, Uenohara dengan acuh tak acuh melanjutkan.
“Dari awal, tidak ada satu pun untungnya untukku.”
“Kita bisa membuat rom-com, lho! Ini kesempatan yang sangat langka untuk melihat apa yang terjadi di belakang panggung!”
“Tidak, dari awal, aku tidak tertarik dengan rom-com dan sejenisnya.”
“Mana mungkin ada anak SMA seperti itu!”
“Begitukah? Kalau begitu, selamat tinggal.”
“Ah, aku mohon maaf. Aku terbawa suasana, maafkan aku.”
Hm, keuntungan, keuntungan…
Saat aku tergesa-gesa memikirkannya, Uenohara menundukkan pandangannya sekali lagi dan menghembuskan napas.
“…Aku cuma mau bertanya, tapi meskipun aku mengatakan tidak, kau tidak berencana untuk menyerah, kan?”
“Tentu saja. Aku akan mengejarmu sampai ke ujung galaksi dan merekrutmu. Itulah kenapa aku meminjam kalimat dari salesman terbaik di alam semesta.”
“Ya, sudah kuduga akan jadi seperti itu. Baiklah, aku tak masalah dengan itu.”
“Hm, apakah benar begitu? Seperti yang diharapkan, kau tidak akan menyerah begitu sa… hm?”
Ha, jawabannya sangat lancar sehingga aku akhirnya memainkan peran sebagai protagonis dengan gangguan pendengaran!
“Hei tunggu, jika kau mau menerimanya, kau harus lebih dramatis saat menerimanya! Menurutmu, kenapa aku terus-menerus membicarakan hal ini begitu lama?! Satu-satunya yang menonjol dari kerumunan dengan reaksi seperti itu adalah wanita yang membosankan itu!”
Sambil memainkan rambut di pundaknya, memutarnya dengan ujung jarinya, Uenohara melanjutkan perkataannya dengan suara tanpa emosi.
“Maksudku, karena berteriak keras-keras, aku mulai lelah. Dan sepertinya akan sangat menyebalkan jika kau tetap bersamaku.”
“Eh, karena alasan negatif seperti itu? Bukankah itu lebih seperti, yah, jawaban dengan rasa romantis yang bisa diterima semua orang?”
“Apa maksudmu semua orang? Sepertinya, tidak ada orang lain.”
Dengan kibasan, Uenohara menyisir rambutnya ke belakang seolah mengatakan dia tidak mengerti. Seperti biasa, wajahnya tanpa ekspresi.
…Tidak, ternyata tidak. Jika aku harus bilang, bukankah itu wajah “yare yare”?
TL Note: Kata seru dalam bahasa Jepang yang biasanya digunakan sebagai seruan lega atau kecewa.
“Astaga. Benar-benar orang yang tidak punya akal sehat.”
Dalam suara “apa boleh buat” seperti itu, itu terdengar seperti sesuatu yang aku dengar di suatu tempat di dunia (rom-com). Dengan tangan kanannya, dia menampar tanganku menjauh.
“Ngomong-ngomong, kau tahu, aku hanya berpikir mungkin menyenangkan melakukan sesuatu yang sedikit bodoh sebagai selingan.”
Untuk pertama kalinya, aku melihat mulutnya tersenyum kecil.
…Sial. Si nomor 7 ini.
“…Kau sangat imut saat tersenyum, sialan.”
“Itu menjijikkan.”
“Kenapa kau malah menghinaku?!”
“Karena setiap sikap lebaymu membuatku merinding.”
“Aku tidak memujimu! Lagian kau bukan kaki tanganku! Kau hanya bisa menjadi pengomel rendahan! Idiot, bodoh!”
“Bukankah kau bilang bahwa orang yang menyebut orang lain idiot adalah idiot?”
“Event Pengakuan Cinta” kali ini merupakan kegagalan mutlak. Tapi, yah… karena aku mencapai hasil yang menggantikan kegagalan itu, anggap saja semuanya berakhir baik.
“Ngomong-ngomong. Siapa namamu?”
“…Ah.”
Ditanyai pertanyaan itu, aku baru sadar untuk pertama kalinya. Benar, kami belum saling memperkenalkan diri dengan benar.
“Aku Nagasaka. Nagasaka Kouhei dari Kelas 1-4. Panggil aku sesukamu.”
“Kalau begitu, Nagasaka. Sekali lagi, aku Uenohara Ayano, dari Kelas 1-5. Jangan ragu untuk memanggilku Uenohara atau Ayano.”
Jadi, “Rencana”-ku mengantarkanku pada “Kaki Tangan” dan memulai awal yang baru.
“Kalau dipikir-pikir, Uenohara. Kenapa kau ada di atap?”
“Itu karena suratmu ada di loker sepatuku?”
“…Bagaimana itu bisa terjadi?”
“Mungkin karena itu tepat di sebelah loker gadis yang ingin kau temui?”
“…Eh, tidak mungkin, apakah aku memasukkannya ke loker yang salah?!”
“Kau benar-benar idiot super.”
Ya, sedikit berantakan, tapi untuk saat ini, begitulah ini bermula.
Post a Comment