[WN] Kanojo ga Senpai ni NTR-reta no de, Senpai no Kanojo wo NTR-masu Chapter 74 Bahasa Indonesia

 

Chapter 74 - Touko & Honoka di Hawai [SS untuk Merayakan Rilisnya Volume Pertama]

 

Cerita ini terjadi antara Arc 1 dan Arc 2, ketika Touko dan keluarganya berada di Hawaii untuk Tahun Baru.

 

Di pasir putih Pantai Waikiki.

Di bawah pohon palem, yang memberikan tempat berteduh yang lumayan dari teriknya matahari, duduklah seorang wanita yang mengenakan pakaian renang one-piece berwarna biru langit dengan pelangi.

Dia memiliki rambut hitam panjang dengan semburat biru, wajahnya jauh dari oriental tapi tidak terlalu ke-Barat-an, tubuhnya langsing namun dia memiliki payudaranya yang montok dan kaki yang proporsional.

Sebagian besar pria yang lewat, terlepas dari ras mana pun itu, terpaku pada sosoknya selama beberapa detik.

Nama wanita itu adalah Touko Sakurajima. Dia adalah mahasiswi tahun kedua di Universitas Johto.

Saat ini, dia sedang menatap ponselnya dan tersenyum lembut.

Setelah meng-scroll layar ponsel selama beberapa saat, dia lalu melihat ke atas, menghela nafas kecil dan menatap ke kejauhan dengan tatapan penuh kerinduan.

“Kakak, ngapain murung gitu di Hawaii?

Orang yang mendekatinya adalah seorang wanita dengan kecantikan dan bentuk tubuh yang sebanding dengan Touko.

Satu-satunya perbedaan antara dia dan Touko adalah bahwa rambutnya yang panjang dicat pirang hampir platinum, dan riasan wajahnya yang sedikit lebih flamboyan.

Dia juga mengenakan bikini dengan motif bunga tropis dan renda kuning.

Dia tampaknya baru keluar dari laut, dan tetesan air yang menetes dari tubuhnya membuatnya terlihat begitu menggairahkan.

Namanya adalah Honoka Sakurajima. Dia adalah siswi kelas dua SMA, tapi bentuh tubuhnya sudah sangat matang.

“Aku bukan murung, kok. Tapi, kita selalu datang ke Hawaii setiap tahun. Aku hanya merasa tidak perlu terlalu antusias soal ini sekarang.

Touko menjawab dengan sedikit tidak setuju.

Benarkah? Bukankah kamu sebenarnya ingin berkencan di Tahun Baru bersama pacar barumu itu? Dan aku merasa kalau kamu sangat enggan untuk pergi liburan keluarga tahun ini. Papa terlihat sedih, lho.

Honoka duduk di sebelahnya, menyeringai lebar.

“Aku tidak merasa enggan kok… Hawaii adalah satu-satunya tempat di mana kita bisa menghabiskan waktu bersama sebagai sebuah keluarga dengan ibu dan ayah yang biasanya sibuk, jadi aku berpikir kalau penting bagi kita untuk menghabiskan waktu bersama seperti ini.

Jadi, cowok seperti apa yang sekarang ingin kamu temui lebih dari keluargamu yang berharga ini? Kakak punya fotonya, kan? Sini, kasih aku lihat!

Honoka berkata begitu dan melihat ponsel di tangan Touko.

“Meskipun disebut pacar, kami baru saling menyatakan kalau kami pacaran sampai malam Natal kemarin. Kami belum saling bertemu lagi sejak saat itu karena jalan-jalan keluarga ini dan kami tidak punya banyak foto bersama.

“Kalau tidak punya banyak, artinya kakak ada beberapa fotonya, kan? Jangan pelit, ayo tunjukkan padaku. Dia pria yang merebut kakakku dari pria tampan seperti Kamokura-san, kan? Aku penasaran, nih.

Honoka mendekatkan mukanya ke Touko, rasa penasaran terpancar jelas di matanya.

…Honoka tidak akan mendengarkanku jika dia sudah begitu. Selain itu, mengingat rasa penasarannya yang kelewatan, itu mungkin akan menyebabkan kesulitan untuk Yuu-kun…

“Aku tidak benar-benar punya foto dia yang dipotret dengan benar. Aku hanya memiliki satu fotonya yang tidak sengaja terpotret…”

Saat Touko mengatakan ini, dia menampilkan foto dirinya dan Yuu yang saling berhadapan di ponselnya.

Ketika Honoka melihat itu, dia membelalakkan matanya.

“Cuma ini foto yang kamu punya? Orang ini, jelas sekali kalau dia sengaja memotret kakak begini!”

Ketika Touko mendengar itu, dia buru-buru menyangkalnya.

“Bukan, bukan! Saat kami pergi jalan-jalan bareng naik mobil, aku terpeleset di pantai dan dia membantuku berdiri. Kurasa dia menyentuh tombol potret di ponsel yang dia pegang saat itu, jadi itu adalah foto yang diambil secara tidak sengaja."

“Hmmm, tapi kenapa orang ini menyalakan kamera di ponselnya?”

Honoka masih menatap curiga.

“Aku memintanya memberitahuku seperti apa gadis imut itu. Kemudian dia mengajakku kencan selama sehari… Oleh sebab itulah dia mengambil banyak fotoku. Dia berkata, kalau aku yang paling imut adalah aku yang alami.”

Touko menjawab dengan rona merah di pipinya, namun tersenyum bahagia. Dia menyelimuti ponselnya dengan kedua tangan seolah-olah itu adalah sesuatu yang berharga.

Di sisi lain, tatapan Honoka menjadi tajam saat dia melihat kakaknya.

“‘Kamu terbaik ketika terlihat alami’ katanya? Sungguh laki-laki bermulut manis. Selain itu, semua foto ini diambil diam-diam, kan?”

​​“Yuu tidak bermaksud begitu. Dan meskipun foto itu diambil sembunyi-sembunyi, itu bukan diam-diam karena aku telah menyetujuinya…”

Tampak tersinggung, Touko mencemberutkan mulutnya.

Honoka melihat ponsel Touko sekali lagi.

“Tapi, yah, orang ini…”

“Bisakah kamu berhenti menyebutnya ‘orang ini’?”

Suara Touko menjadi lebih tajam.

“Bukankah dia tidak pantas untuk menjadi pacar kakak?”

“Apa maksudmu tidak pantas!?”

“Memang benar, kan? Kamokura-san adalah pria tampan yang diakui oleh semua orang. Ketika aku menunjukkan kepada teman-temanku foto kita bertiga, aku, kakak dan Kamokura-san, mereka berkata, ‘Jadi dia akan menjadi onii-san–mu, ya? Aku sangat iri!’”

“Lagian, ini bukan seperti dia pacarmu, kan? Jadi, ini bukan urusanmu, Honoka!”

Nada suara Touko sangat emosional, yang mana itu bukanlah hal yang biasa keluar darinya.

Dan untuk Honoka, semakin Touko berdebat dengannya, semakin benci pula dia pada “pacar baru Touko”.

“Benar sih, tapi entah bagaimana, dia tidak terlalu menarik. Dibandingkan dengannya, meskipun Kamokura-san seorang pria, namun dia menawan, kan? Tidak hanya dia terlihat keren, tapi dia juga memiliki aura seperti itu.”

“Tidak perlu membandingkan Yuu-kun dengan Tetsuya. Selain itu, Yuu-kun juga sangat populer di kalangan gadis-gadis di perkumpulan!”

“Aku memang berpikir kalau dia di atas rata-rata. Tapi, dia lebih ke arah imut daripada keren. Kurasa dia itu sesuatu yang kayak menggelitik naluri keibuan, mungkin? Tapi, kalau dilihat sebagai pacar, dia tidak sebaik Kamokura-san. Aku merasa kalau dia tidak cukup cocok untuk kakak.”

Kemudian Touko menoleh ke arahnya dengan tatapan tajam.

“Apa-apaan yang kamu katakan itu? Honoka, perkataanmu barusan sangat menjijikkan!”

Honoka lalu mengangkat bahu dan mengulurkan tangannya.

“Yeah, yeah, lagian aku memang gadis yang menjijikkan. Tapi mengejutkannya, aku tidak tahu kalau kakak agresif seperti itu.”

Saat Touko akan mengatakan sesuatu lagi kepada adiknya…

“Hei, apakah kalian orang Jepang? Kami dapat menunjukkan kepada kalian tempat makan lokal yang enak jika kalian mau.”

Mereka didekati dalam bahasa Jepang yang fasih oleh dua pria eksentrik (penduduk lokal Hawaii).

Salah satunya adalah seorang pria berambut pirang yang hampir kemerahan, yang satunya lagi adalah seorang pria yang terlihat seperti orang Amerika Latin.

“Kami tahu tempat makan lobster dan alkohol yang enak. Mari kita bersenang-senang.”

Kedua pria itu kemudian mendekat dari kedua sisi Touko dan Honoka, lalu secara alami mencoba untuk menggandeng lengan mereka masing-masing.

Tapi, baik Touko dan Honoka mengabaikan mereka.

Saat Touko memberikan tatapan tajam, Honoka tersenyum.

“Maaf, tapi kami sedang bersama keluarga kami. Papa dan Mama kami akan segera datang. Selain itu, kami memiliki banyak kenalan di sini dan mereka akan menemani kami. Jadi kami tidak perlu pemandu atau teman lokal.”

Lalu dia berkata, “Bye-bye,” dan melambai kepada para pria itu.

Seolah mereka merasa tidak bisa memaksa lagi karena Touko dan Honoka mengatakan bahwa mereka mengenal seseorang di Hawaii, kedua pria itu pun mengangkat bahu dan berjalan pergi,

“Ini sudah ke-sepuluh kalinya sejak pagi ini. Jangan pikir kalau wanita Jepang akan langsung mau ngikut ketika mereka didekati!”

Setelah mereka pergi, Honoka mengatakan itu dalam bahasa Jepang seraya meluapkan emosinya.

Touko juga mengerutkan kening tidak senang.

Honoka lalu menoleh ke arah Touko lagi.

“Jadi, siapa nama pacar kesayangan kakak itu?”

“Yuu Isshiki. Kami satu universitas dan satu jurusan, dia satu tahun lebih muda dariku.”

Saat Honoka mendengar ini, dia tampak seperti sedang berpikir sejenak.

“Yuu Isshiki?”

“Ya. Kami juga satu SMA, SMA Kaihin Makuhari. Tapi, kami sama sekali tidak berinterakasi saat SMA. Ketika Yuu masuk kuliah, kami mulai berbicara setelah kami berada di perkumpulan yang sama.”

“…Yuu Isshiki.”

Honoka mengucapkan nama itu lagi, seolah-olah untuk memastikannya.

“Kamu kenapa?”

Touko bertanya, bingung pada keadaan adiknya.

“Tidak, bukan apa-apa. Aku hanya berpikir kalau ‘Isshiki’ adalah nama yang tidak biasa.”

“Mungkin begitu.”

Touko berdiri dan menepuk-nepuk dirinya untuk membersihkan pasir dari pinggang dan kakinya.

“Honoka, bagaimana kalau kita kembali ke hotel? Aku ingin berganti pakaian dan berbelanja. Apa kamu mau ikut denganku?”

“Yeah, mau bagaimana lagi. Kakak akan membeli hadiah untuk pacar kakak, kan? Kalau gitu, aku akan menemani kakak.”

Mou~!”

Touko memelototi Honoka dengan ringan. Kemudian dia berbalik dan menuju hotel.

Hotelnya adalah ‘Hawaiian Village Waikiki Beach Resort.’

Jaraknya hanya kurang dari lima menit berjalan kaki dari posisi mereka.

Saat dia melihat kakaknya berjalan di depannya, Honoka berpikir.

…Yuu Isshiki. Dia setahun lebih muda dari kakak, yang berarti dia dua tahun lebih tua dariku. Selain itu, dia bersekolah di SMA Kaihin Makuhari, yang berarti dia adalah cowok yang Meika…

Dia ingat apa yang sahabat sejak SMP-nya, Meika Ishida, katakan padanya.

“Ada seseorang yang sudah sangat lama kucintai. Namanya Yuu Isshiki-san. Dia adalah sahabat kakakku. Tapi, Yuu-san hanya melihatku sebagai adik temannya… Apakah aku akan selalu berada di posisi ini? Aku bertanya-tanya apakah aku akan bisa terlepas dari posisi itu dan menjadi pacar Yuu-san.”

…Orang yang selalu ditaksir Meika adalah pacar baru kakak…

Jantung Honoka berdegup kencang.

Dia sangat dekat dengan kakaknya, Touko, dan dia menghormati kakaknya karena keseriusan dan kerja kerasnya.

Namun… Pada akhirnya, kakaknya itu selalu mendapatkan segalanya, dan di suatu tempat di dasar hatinya, Honoka juga merasa muak.

…Aku tidak menyangka, bukan hanya merebut punyaku, tapi kakakku juga merebut orang yang Meika cintai… terlebih lagi dia melakukannya tanpa sadar…

Bagi Honoka, dalam kasus ini, “tanpa sadar” itu lebih buruk daripada “disengaja”.

…Sudah kuputuskan. Aku tidak akan membiarkan kakakku dan Yuu Isshiki bersama. Lagipula, sejak awal dia juga tidak cocok untuk kakakku…

Bertekad untuk melakukan itu, Honoka pun mengikuti Touko.