[LN] Kanojo ni Uwaki Sareteita Ore ga, Koakuma na Kouhai ni Natsukareteimasu Volume 1 Chapter 1.3 Bahasa Indonesia
Chapter 1 - Bertemu Santa
3
“Aku pulang.”
Sesampainya di rumah, aku mengucapkan salam meskipun tidak ada yang akan menjawab. Inilah saat dimana aku merasa kesepian dari hidup sendiri.
Universitas dan rumah orang tuaku tidak begitu jauh, tapi aku ingin merasakan hidup sendiri dan meminta hal itu kepada orang tuaku. Aku ingin mengundang teman-temanku main ke rumah dan bersenang-senang, tapi hidup sendiri memiliki lebih banyak kerugian untukku.
Itu sungguh menyakitkan, terutama ketika tidak ada makanan yang sudah tersaji.
Aku menggantung jaket favoritku di gantungan pakaian dan melemparkan ponselku di atas tumpukan cucian di karpet.
Seketika itu juga, ponselku menyala. Ketika aku melihat sekilas warna yang menunjukkan kalau ada pesan baru, aku mengetahui kalau aku telah menerima pesan LINE dari Ayaka.
“Aku akan mengadakan kencan buta saat Natal, kamu harus datang.”
“Saat Natal, ya?”
Aku tanpa sadar menjawabnya dengan kuat. Besok adalah Malam Natal.
Meskipun janjiku dengan Shinohara adalah besok, ini adalah undangan yang sangat tiba-tiba, namun yang lebih penting, aku merasa tidak nyaman kalau harus keluar rumah pada Malam Natal dan Hari Natal.
“Aku tidak bisa, aku ada urusan lain”, balasku.
Lalu, dua detik kemudian, layar menunjukkan kalau ada panggilan masuk. Benar saja, nama yang tertera di sana adalah Ayaka.
“Apaan sih?”
“Aku yang harusnya bilang begitu, kenapa kau berbohong?”
“Berbohong?”
Begitu ya, jadi Ayaka tidak berpikir sedikit pun kalau aku memang ada urasan.
Yang lebih menyebalkannya lagi, itu akan benar jika aku tidak benar-benar bertemu Santa.
“Kami kekurangan orang. Ayolah, aku akan membungkuk padamu, kayak gini nih.”
“Mana, aku tidak bisa melihatmu melakukannya.”
Tampaknya jumlah pria dan wanita di kencan butanya tidak pas. Sangat jarang melihat Ayaka, yang koneksinya luas, kesulitan mengumpulkan orang.
Jika Ayaka ngomong saja, pasti akan ada banyak orang yang datang menghampirinya.
“Kan sudah kubilang, serahkanlah anggota laki-laki ke pihak laki-laki, kenapa kamu yang mengurusnya lagi?”
“Kali ini, aku mau memperkenalkan beberapa teman laki-lakiku yang top markotop kepada teman-temanku.”
“Haaa, top markotop, ya.”
“Jadi, kamu telah terpilih sebagai salah satunya! Selamat!”
“Aku tutup, nih.”
“Tunggu, maaf, maaf!”
Nada panik Ayaka menunjukkan bahwa dia sudah berada dalam kondisi terjepit.
“Apaan sih! Pertama-tama, dengan pilihan top markotopmu itu, jika aku pergi, aku hanya akan terasingkan di sana.”
“Ara, tidak, tidak sama sekali, kok. Nyatanya, aku cukup menyukaimu, tahu?”
Dia mengatakan itu dengan samar.
“O-Oh. Apa-apaan kau ini? Apa kepalamu terbentur?”
“Oh, ciyeee, kamu malu ya. Jadi, kamu punya urusan apa? Kamu tidak benar-benar berbohong, kan?”
“Kau ini…”
Aku menggigit bibir karena dia berhasil membuatku sangat kesal.
“…Aku diundang oleh Santa.”
“Haah, Santa?”
Nada bicaranya menyiratkan ‘apa-apaan yang kau katakan itu?’.
“Aku bertemu seseorang yang lebih muda dariku yang berpakaian seperti Santa. Dan, yah, banyak hal terjadi…”
Aku pun menjelaskan perkataanku barusan.
Setelah dia mendengar detail tentang apa yang terjadi, Ayaka berdengung ‘Hmmm’ dan kemudian bicara dengan penuh curiga.
“…Kurasa kamu telah ditipu.”
“Ehh. Menurutmu begitu, ya?”
“Kamu mengatur tempat pertemuan dengannya hanya dengan menghamburkan selebaran, seperti yang diharapkan dari raja perayu handal.”
“Oy, Tunggu sebentar, aku tidak pernah merayu cewek seumur hidupku.”
Aku memprotes bahwa itu tidak benar, tapi dia menyepakku dengan mengatakan, “Jangan menyelaku”. Kurasa memang salahku karena memotong perkataan yang tidak boleh disela.
“Jadi, begini, aku merasa bahwa sangat aneh mengingat perempuan itu mengajak pria yang lebih tua, yang bahkan baru dia kenal, pergi bersamanya. Mungkin saja akan ada pria lain yang mendatangi tempat kalian kencan, lalu memalakmu…”
“Modus pemerasan, ya. Tapi, kurasa tidak begitu, sih.”
“Entahlah. Tapi, syukurlah, sih. Aku jadi mengetahui bahwa hari janjianmu adalah besok saat malam Natal.”
“Ap--?”
“Kalau gitu, sampai jumpa di depan stasiun tempat biasa pada pukul enam sore besok lusa. Dah dah!”
Aku menatap layar ponselku, yang sudah mati, dengan tercengang.
Dia memang sudah agak brengsek sejak SMA, tapi orang itu, akhir-akhir ini dia semakin memperlakukanku dengan sekehendak jidatnya, kan?
◇◆
Post a Comment