[WN] Kanojo ga Senpai ni NTR-reta no de, Senpai no Kanojo wo NTR-masu Chapter 43 Bahasa Indonesia

 

Chapter 43 – Pesta Perpisahan, Kemah 1 Hari (Bagian 3)

 

Kemudian, ponselku tiba-tiba bergetar.

Ketika aku memeriksanya, aku terkejut, ternyata itu adalah pesan dari Touko-senpai.

Padahal jarak dia dariku tidak lebih dari lima meter.

Aku membuka pesannya.

> (Touko) Tolong antarkan aku pulang naik mobilmu.

> (Yuu) Tak masalah sih, tapi bukankah itu nanti tidak wajar?

> (Yuu) Kamu ke sini naik mobil Kamokura-senpai, kan?

> (Touko) Jangan khawatir. Aku yakin Hitomi akan dapat mengatasinya dengan baik.

> (Touko) Tetsuya sangat agresif hari ini. Itulah sebabnya aku tidak ingin pulang naik mobil Tetsuya!

…Jadi, dengan kata lain, Kamokura berusaha membawa Touko-senpai ke suatu tempat dengan paksa hari ini…

Api kemarahan, yang tidak bisa dijelaskan, langsung berkobar di dalam diriku.

Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!

> (Yuu) Aku mengerti. Silakan naik mobilku saat pulang nanti. Apakah aku juga perlu memanggil Touko-senpai?

Dalam keadaan darurat, meskipun aku harus blak-blakan soal segalanya, aku akan membawamu pulang!

> (Touko) Kamu tidak perlu melakukan itu. Karena aku akan meminta Hitomi-san untuk berbicara denganmu atas namaku.

Aku merasa tidak nyaman, tapi tidak ada gunanya memperdebatkan itu.

Selain itu, jika aku dan Touko-senpai memainkan ponsel dalam waktu yang lama di tempat di mana semua orang berada, seseorang mungkin akan curiga.

> (Yuu) Baiklah. Sampai nanti.

Kemudian aku menutup ponselku.

…Brengsek kau, Kamokura!...

Tapi di depan umum, Kamokura adalah pacar Touko-senpai, dan aku adalah orang luar.

Di saat seperti ini, rasanya sangat menjengkelkan karena tidak bisa bertindak secara terang-terangan.

…Tapi kalau sudah begini, aku akan melakukan apapun untuk melindungi Touko-senpai…

Aku telah membuat keputusan.

Campuran yogurt dan buah kalengan, yang disajikan sebagai makanan penutup setelah ayam panggang dan sup minestrone, juga populer.

Berkat itu, aku bisa berbicara dengan semua gadis di perkumpulan.

Meskipun menjengkelkan karena Karen terkadang mengoceh kalau dia adalah pujaan hatiku.

Setelah acara barbekyu, kami bermain frisbee dan bola voli dengan santai.

Hanya laki-laki yang bermain lempar tangkap frisbee, tapi itu cukup seru.

Namun, ada satu pengganggu yang datang.

Karen mau ikut main juga~!

Dalam permainan lempar tangkap frisbee, satu orang melempar frisbee, dan enam orang lainnya berlari mengejar dan menangkapnya dengan satu tangan.

Tentu saja, Karen, yang seorang perempuan, tidak memiliki peluang untuk menang.

Aku sudah mengalah pada Karen, tapi itu percuma karena dia masih tidak bisa menangkapnya sendiri.

Sejujurnya, kesenanganku terganggu karena Karen ikut bermain.

“Bagaimana kalau kita bermain bola voli saja agar gadis-gadis lain bisa bermain dengan kita juga?

Aku menyarankan begitu.

Mereka lalu memanggil gadis-gadis yang menonton di sekitar, dan kami bersenang-senang bersama dengan memainkan voli campuran berupa permainan ‘siapa yang bisa melambungkan bola paling banyak’.

Akhirnya, sudah saatnya kami pulang.

Saat aku membereskan peralatan barbekyu sambil mengkhawatirkan Touko-senpai, Hitomi-san datang mendekatiku bersama Touko-senpai.

Isshiki-kun, mobilmu mini-wagon, kan?

Hitomi-san menanyakan itu padaku dengan suara keras.

Ya, begitulah?

Bisakah kursi belakangnya diratakan sepenuhnya?

​​Tentu saja bisa.”

Kemudian, Hitomi-san semakin meninggikan suaranya.

Dia meninggikan suaranya agar semua orang di sekitar kami dapat mendengarnya.

“Bisakah aku dan Touko menumpang pulang dengan naik mobilmu? Tampaknya punggung Touko sedang sakit. Jadi, dia kesulitan untuk duduk.

Aku mengerti. Jadi, begitu ya.

Aku, Touko-senpai, dan Hitomi-san tinggal saling berdekatan.

Dan ketika punggung sakit, akan lebih baik kalau berbaring dan tiduran.

Akan sangat sulit untuk duduk dalam waktu yang lama di kursi samping pengemudi mobil Kamokura.

“Baiklah. Aku akan bersiap-siap, dan kalian silakan masuk ke mobilku.”

Aku juga menjawabnya dengan suara keras.

Kemudian, Kamokura datang dengan ekspresi marah.

“Woy, omong kosong apa yang kau katakan itu? Akulah yang akan mengantar Touko pulang.”

Aku memelototi Kamokura.

Ya, ya, ya, aku tidak akan membiarkan orang ini selalu mendapatkan apa yang dia mau.

“Touko-senpai bilang kalau punggungnya sakit. Duduk di kursi malah akan membuat sakit punggungnya semakin parah. Selain itu, di mini wagon-ku, kursi belakang bisa sepenuhnya diratakan, sehingga dia dapat pulang ke rumah dengan berbaring. Dengan begitu, beban di punggungnya akan berkurang.”

“Kursi di mobilku pun bisa diturunkan ke belakang, jadi tak masalah.”

“Kupikir itu akan tetap menyakitkan, itulah sebabnya Hitomi-san bilang kalau mobilku lebih baik, kan?”

Semua orang berkumpul untuk melihat apa yang sedang diributkan.

Hitomi-san lalu menambah tekanan.

“Kamokura-san, Touko bilang punggungnya sangat sakit. Dia bilang kalau dia tidak tahan untuk pulang dengan duduk di mobil selama berjam-jam. Itulah sebabnya aku meminta tolong pada Isshiki-kun.”

Namun, Kamokura juga tidak mundur.

“Tidak perlu khawatir. Aku pacarnya Touko. Aku akan pastikan untuk mengurusnya. Jika dia sangat kesakitan, kami bisa beristirahat dalam perjalanan pulang. Oleh karena itu, akulah yang sebaiknya mengantarnya pulang.”

Si brengsek ini, dia sudah bilang kalau punggungnya sakit, tapi cowok ini masih berusaha membawanya ke suatu tempat?

“Touko bilang kalau orang tuanya ingin dia pulang hari ini. Dan sepertinya dia ada urusan lain besok. Jika kamu akan beristirahat di suatu tempat dulu, kamu malah tidak memikirkan situasi Touko!”

Kemudian Nakazaki-senpai, yang juga seorang mahasiswa tahun ketiga, mendekati kami.

Dia merupakan mahasiswa Fakultas Sains dan Teknik, tapi jurusannya berbeda dari kami, dia berada di jurusan teknik elektro.

Dia adalah ketua perkumpulan ini.

“Hei, Kamokura. Bukankah Touko-san bilang kalau punggungnya sakit? Tenanglah dulu, dan bukankah lebih baik membiarkannya naik mobil Isshiki agar dia bisa pulang dengan berbaring?”

“Tapi…”

“Sebagai pacarnya, kamu mungkin khawatir, tapi Hitomi-san bilang kalau dia akan ikut juga. Jadi, itu seharusnya tidak masalah, kan?”

Tetap saja, Kamokura memelototi kami sedari tadi.

Akhirnya, Nakazaki-san berkata.

“Kamokura, jika kamu sangat khawatir, bagaimana kalau kamu mengikuti mobil Isshiki saja? Kamu bisa menelponnya jika terjadi sesuatu.”

“Baiklah, Nakazaki. Bukan berarti aku khawatir soal itu.”

Kamokura memelototiku untuk terakhir kalinya dan kemudian pergi.

***

 

“Oh. Jadi begitu, ya.”

Di dalam mobil dalam perjalanan pulang, Ishida-lah yang berkata begitu.

Pada akhirnya, hanya ada aku, Ishida, Touko-senpai dan Hitomi-san di mobilku.

“Astaga, aku sama sekali tidak mengira kalau Kamokura-san akan ngotot seperti itu.”

Hitomi-san menjawab dengan tawa tercengang.

“Tetsuya adalah tipe orang yang tidak akan mundur begitu dia mulai berbicara. Dia selalu mencoba untuk memaksakan opininya sendiri.”

“Aku juga tidak akan mundur kali ini.” kataku dengan nada kesal.

“Aku tahu, itulah sebabnya aku juga ikut campur. Isshiki-kun juga tidak biasanya terang-terangan melawan seperti itu.”

Hitomi-san berkata begitu sambil tertawa.

Aku tidak bermaksud terang-terangan sampai seperti itu, tapi apakah memang terlihat seperti itu bagi orang-orang sekitar?

Kedengarannya itu akan jadi hal yang buruk ke depannya.

Akhirnya, Touko-senpai menyimpulkan.

“Tapi itu sangat membantu. Tetsuya cukup agresif hari ini sehingga aku juga jadi takut. Berkat Hitomi dan Isshiki-kun, aku terselamatkan.”

Dia kemudian membungkuk kecil.

Hitomi-san dengan ringan mengelus kepala Touko-sanpai, sambil berkata “cup, cup”.

“Tenanglah! Serahkan padaku. Aku tidak akan membiarkan Touko menjadi mangsa pria tukang selingkuh itu!”

Setelah itu, Touko-senpai dengan perlahan mendekatkan wajahnya padaku, yang sedang memegang setir di kursi pengemudi.

“Terima kasih banyak, Isshiki-kun. Aku senang saat kamu melindungiku tadi.”

 Dia mengatakan itu ke telingaku dengan suara kecil.

Apakah hanya perasaanku saja, ataukah aku memang merasakan adanya kehangatan halus di dalam kata-katanya?