[WN] Kanojo ga Senpai ni NTR-reta no de, Senpai no Kanojo wo NTR-masu Chapter 50 Bahasa Indonesia

 

Chapter 50 - Natal Berapi! (Waktu Penghakiman)

 

Menghabiskan malam bersama Isshiki-kun.

Mendengar kata-kata itu, aula menjadi sunyi.

Bahkan aku pun, yang seharusnya sudah mengharapkan hal itu, menatapnya dengan tidak percaya.

…Aku sudah sekian lama berharap mendengar kata-kata itu, dan aku telah melaksanakan rencanaku salama ini demi hal itu…

Kamokura, yang telah mendengarkan kata-kata itu dengan tercengang, akhirnya, berhasil menggerakkan mulutnya.

“Itu… bohong, kan?

Touko-senpai dengan sedih menggelengkan kepalanya.

“Aku serius. Aku sudah memutuskannya.

Kamu putus denganku untuk… pria seperti ini? …Dengan si Isshiki ini?

Isshiki-kun orang yang jujur. Setidaknya, dia tidak pernah berbohong padaku.

Dia mengatakannya dengan sangat pelan dan tanpa basa-basi.

Kamokura menatapku dengan tatapan kebencian.

Kemudian, dia berteriak.

“KAU ITU TIDAK PANTAS UNTUK BERSAMA DENGAN TOUKO!"

Tapi, aku membentaknya balik.

“AKU TAHU ITU! Tapi, saat kau berselingkuh dengan Karen, akulah yang berjuang bersama Touko-senpai selama ini. Kami saling mendukung menghadapi perasaan kami yang tersakiti. KAULAH YANG TIDAK PANTAS MENDAPATKAN TOUKO-SENPAI!

“JANGAN BERCANDA! SEJAK AWAL, TIKET MENGINAP ITU DIBERIKAN PADAKU DAN TOUKO. MANA MUNGKIN AKU MENGIZINKANMU PERGI DENGAN PRIA LAIN!

Itu tidak benar, Kamokura-san!

Hitomi-san membantahnya dengan jelas.

“Kau sebelumnya setuju untuk memberikan kedua tiket ini pada Touko. Jadi, terserah Touko mau menggunakan tiketnya untuk apa!

Kamokura tampak seperti sedang menggertakkan giginya, lalu kemudian dia menunjuk ke arahku.

DIAM! TOUKO, KAU TELAH DITIPU OLEH ORANG INI, OLEH ISSHIKI INI! JANGAN DIBUTAKAN OLEHNYA!

Namun, pada kata-kata itu, Touko-senpai sekali lagi dengan sedih menggelengkan kepalanya.

Itu sama dengan kalimat Karen sebelumnya. Tetsuya, jangan mengatakan sesuatu yang mengecewakan seperti itu.

TIDAK BOLEH, SAMA SEKALI TIDAK BOLEH! TOUKO ADALAH MILIKKU!

Setelah mengatakan itu, Komakura kemudian mencoba meraih Touko-senpai.

Aku melangkah maju untuk menghentikannya.

MINGGIRLAH, ISSHIKIIII!

“TIDAK AKAN! KAULAH YANG MINGGIR SANA!

Untuk sesaat, Kamokura dan aku saling bergumul.

Namun, ketua perkumpulan, Nakazaki-san, segera turun tangan untuk menghentikannya.

HENTIKAN, KAMOKURA! PERASAAN TOUKO-SAN SUDAH MENINGGALKANMU! MENYERAHLAH!

Pada saat yang sama, para penonton juga mencemooh secara serempak.

“Benar, menjauhlah dari Touko-san!

Itu salahmu sendiri, kan? Kamokura-san!

Menjijikkan, bagaimana bisa kau meniduri pacar adik tingkatmu sendiri!

“Kau menuai apa yang kau tabur!

“Sungguh tak pantas dilihat, Kamokura!

Kenapa Karen!?

Aku kecewa!

“Dasar menjijikkan!

Cemoohan tajam dari pria dan wanita terpusat pada Kamokura.

“…Touko…”

Nama itu keluar dari mulut Kamokura dengan suara kecil.

​​Tapi, kurasa tidak ada orang di aula yang bisa mendengar suara itu.

Mungkin, hanya Nakazaki-san, aku, dan Touko-senpai, yang ada di sana yang bisa mendengarnya.

“…Touko…”

Kamokura mengulangi kata-kata itu tanpa daya.

Seluruh tubuhnya lemas, dan dia bahkan terlihat seperti sedang ditopang oleh Nakazaki-san.

Ini pertama kalinya aku melihatnya begitu tak berdaya dan menyedihkan.

Kemudian, aku tersentak.

Aku melihat ke belakang, ke arah Touko-senpai.

Saat itu, dia…

Sambil berpura-pura tanpa ekspresi…

Dia menggigit bibir bawahnya sedikit.

Dan akulah satu-satunya yang melihat hal itu.

Touko-senpai menangis.

Namun, tidak ada air mata yang tumpah, karena itu adalah tangisan di dalam hatinya…

…Tetsuya adalah orang yang bisa menjadi pusat di mana-mana, tapi tidak ada yang membantunya di saat dia benar-benar dalam kesulitan…

…Aku hanya ingin ada untuknya di saat dia membutuhkanku…

Itulah yang dikatakan Touko-senpai padaku sebelumnya.

Dan beginilah keadaannya sekarang…

Ketika badai cemoohan dari semua orang telah mereda.

Touko-senpai membuka mulutnya lagi.

“Tetsuya, ada sesuatu yang harus kau jawab…”

Tatapan semua orang terfokus pada Touko-senpai.

Kamokura juga mengangkat wajahnya, tanpa tenaga.

“Itu tidak mengubah fakta bahwa aku akan meninggalkanmu di sini. Aku sudah membuat keputusan…”

Touko-senpai menghentikan perkataannya sejenak.

Lalu dia berkata perlahan, memberitahukannya.

“Tapi, tergantung pada jawabanmu, aku akan merobek tiket hotel ini.”

Aku menelan ludah.

Dengan kata lain, itu artinya bahwa ‘menghabiskan malam bersamaku’ tidak akan pernah terjadi.

Tapi kupikir, “Itu mungkin bagus juga.”

Aku ingin menghargai perasaan Touko-senpai.

Aku tidak ingin membiarkan Touko-senpai, yang telah mendukungku sampai sekarang dan membantu balas dendamku sampai sejauh ini, diselimuti perasaan sedih.

“Ini mungkin adalah kesempatan terakhirmu untuk menghentikanku malam ini.”

Kamokura menganggukkan kepalanya, meskipun dia terlihat tercengang.

Seluruh aula menjadi sunyi.

“Tetsuya, dari sudut pandangmu, apa daya tarikku?”

Kamokura terlihat seperti dia tidak mengerti akan pertanyaannya.

Sambil menatap Touko-senpai, ekspresi ternganga muncul di wajahnya.

“Apa daya tarikku bagi Tetsuya?”

Touko-senpai mengulangi pertanyaannya sekali lagi.

Dia melihat Kamokura dengan tatapan mengerikan.

“S-Semuanya.”

Kamokura mengatakan itu seolah-olah dia sedang ditekan oleh Touko-senpai.

“Semuanya apa?”

“Maksudnya, segala sesuatu soal Touko itu menarik.”

“Aku tidak ingin kau menjawabnya dengan cara yang abstrak seperti itu, aku ingin kau mengatakannya dengan cara yang dapat aku pahami. Sehingga aku dapat mengerti…”

Semua orang mendengarkan suara tenang Touko-senpai.

“Y-Yah, Touko itu wanita yang cantik…”

Touko-senpai dalam diam menatap Kamokura.

“Kamu memiliki bentuk tubuh dan selera fashion yang bagus.”

Touko-senpai hanya diam dan mendengarkan apa yang Kamokura katakan.

“Kamu pintar dan orang yang tegas. Kamu tidak terpengaruh oleh lingkungan atau pun pendapat orang lain.”

Touko-senpai diam, ya, hanya diam, menatap Kamokura.

“Cara bicaramu sopan, kamu juga anggun, dan feminin…”

 Aku melihat ke arah Touko-senpai dan Kamokura bergantian.

“Itu saja?”

Touko-senpai menanyakan itu seolah menegaskan.

“Itu saja katamu? …Memangnya apa lagi yang bisa aku katakan…?”

Touko-senpai menutup matanya.

Kemudian, setelah lama terdiam, dia menghela nafas panjang, “Haaah~.”

“Selamat tinggal, Tetsuya.”

 


 

Kemudian Touko-senpai meraih lenganku dan berkata, “Ayo pergi, Isshiki-kun,” dan mulai berjalan menuju pintu keluar.

Semua orang di aula menyingkir dan membuka jalan untuk kami.

“TOUKO!”

Kamokura berteriak.

Namun, Touko-senpai bahkan tidak menoleh untuk melihat ke arahnya lagi.

Di dekat pintu keluar dia mengambil barang bawaannya.

Aku juga mengambil barang bawaanku.

Tonko-senpai, yang memegang lenganku lagi, berkata di depan pintu keluar, tanpa berbalik.

“Tetsuya, kurasa kamu seharusnya lebih jujur. Mungkin itulah yang salah dengan hubungan kita.”

Setelah mengatakan itu, Touko-senpai meninggalkan restoran bersamaku.

 

 TLN: Untuk chapter ini, sengaja mimin kasih ilustrasi dari LN biar terasa kena mentalnya.