[LN] Kanojo ni Uwaki Sareteita Ore ga, Koakuma na Kouhai ni Natsukareteimasu Volume 1 Prolog.2 Bahasa Indonesia
Prolog
2
“Meskipun kita jadi anak yang baik, Santa tetap tidak akan datang…”
Asap dari rokok, yang mulai kuhisap tahun ini, berayun di bawah langit yang dingin.
Aku, Yuta Hasegawa, menggerutu begitu di sebuah taman dekat stasiun.
“Tergantung pada hadiah Santa, aku mungkin harus menjadi anak yang baik.”
Temanku, Ayaka Mino, yang menungguku selesai merokok di sebelahnya, tersenyum dan membalas perkataanku. Aku bisa menebak apa yang dia coba katakan dari ekspresinya.
“Memang kamu mau hadiah apa?”
“Pacar!”
“Sudah kuduga.”
Saat aku menanggapi dengan dingin jawabannya yang sudah dapat kutebak, Ayaka mencemberutkan bibirnya
“Memang kenapa? Wajar, kan? Semua orang biasanya berharap seperti itu di saat begini.”
Saat dia melihatku mengisap rokok ketiga-ku, dia bertanya, “Memangnya kamu mau apa?”
Ayaka tampaknya sudah bisa menebak apa jawabanku, dan sudut bibirnya terlihat berkedut.
“Uang.”
“Pfft, sudah kuduga!”
Ayaka menyemburkan jawabannya seolah-olah dia sudah menunggu hal itu.
“Berisik.”
Kali ini giliranku yang cemberut. Melihatku begitu, Ayaka tertawa semakin kencang.
“Kamu masih belum melupakan mantan pacarmu, ya?”
“Gak gituuu.”
“Hahaha, hentikan. Aku tidak bisa berhenti tertawa.”
“Sudah kubilang gak gituu!”
Saat aku jadi kesal dan meninggikan suaraku, Ayaka akhirnya berhenti tertawa.
“Maaf, maaf. Aku kelepasan.”
“Dasar tak berperasaan.”
“Jangan ngambek dong.”
Saat dia menepuk bahuku, aku hanya bisa menghela nafas melihat mulut Ayaka yang berkedut karena mencoba menahan tawa.
Aku dan Ayaka sudah berteman cukup lama, mulai dari kelas dua SMA hingga tahun kedua kuliah. Kami masuk ke fakultas yang sama, jadi kami sering menghabiskan banyak waktu bersama.
Ayaka, yang memiliki wajah cantik menurut pandangan masyarakat, sangat populer.
Namun, saat aku semakin mengenalnya, semakin aku berpikir kalau dia ini memiliki masalah kepribadian, dan entah kenapa, dia tidak dapat menemukan pacar.
Aku tidak membenci kepribadiannya yang suka menertawakan kemalangan orang lain itu. Malahan, ketika dia menertawakanku saat aku putus dengan mantanku, itu membuat hatiku terasa lebih ringan.
Aku putus dengan mantanku sebulan yang lalu karena dia selingkuh, dan sebagian besar temanku marah ketika mereka mendengar hal itu dan mencoba menghiburku.
Aku tidak suka melihat mereka berperilaku seperti itu, dan aku berterima kasih pada Ayaka karena menertawakan masalahku itu.
Dan, meskipun beberapa orang bilang kalau Ayaka memiliki kepribadian yang merepotkan, tapi dia adalah orang yang cukup baik. Dia bukan perokok, tapi dia mau menemaniku yang sedang merokok ini tanpa merasa tidak nyaman.
“Jadi, bagaimana dengan mantanmu? Apakah kalian masih tetap berhubungan?”
“Goblok, mana mungkin aku melakukan itu. Mentalku tidak sekuat itu.”
“Cup, cup, iya juga sih. Jadi, apakah kamu mau datang? Ke kencan buta?”
Ayaka tersenyum dengan mata berbinar. Ayaka, yang koneksinya luas dan mengenal banyak orang dari berbagai perkumpulan, terkadang menjadi penyelenggara kencan buta dan mengajakku untuk ikut.
“Geh.”
“Aku akan menjadi Santa-mu!”
“Oh, apakah aku dibayar? Kalau gitu, aku ikut.”
“Bukan gitu! Sangat menyedihkan kalau aku harus membayarmu!”
“Nah, aku mau pulang.”
Aku menekan rokokku ke asbak dan meninggalkan area merokok.
“Eh, kamu sudah mau pulang?”
“Maaf, aku ada kerja paruh waktu hari ini.”
“Oke. Sampai jumpa lagi, dan hubungi aku jika kamu sudah siap.”
“Ya.”
Setelah salam perpisahan singkat, kami berpisah. Aku tidak terlalu menyukai kencan buta.
Kerja paruh waktu adalah kebohongan yang aku lontarkan secara mendadak, tapi apa boleh buat, karena jika aku tetap bersama Ayaka seperti itu, dia akan terus mengajakku pergi tanpa henti.
Aroma tembakau, yang menempel di pakaianku, sangat menyengat di hidungku hari ini.
Post a Comment