[WN] Gift "Mugen Gacha" de Level 9999 Selingan 3 Bahasa Indonesia

 

Selingan 3 - Keluhan Para Pelayan

 

Di kamar pelayan peri di ruang bawah tanah Naraku, empat pelayan peri sedang berkumpul.

Pada dasarnya, satu kamar diperuntukkan empat orang, dan setiap kamar memiliki rotasi kerjanya sendiri.

Hari ini adalah hari libur mereka.

Mereka sedang duduk di kursi mereka. Entah bagaimana, keempatnya memiliki benjolan besar di kepala mereka.

Benjolan tersebut adalah hukuman ketena telah menipu, “SUR, Nazuna, sang Ksatria Vampir Murni Level 9999”.

“Ketika kita protes soal monopoli Kepala Pelayan dalam membersihkan kamar Tuan, dia malah marah kepada kita. Bukankah ini sudah menjadi alasan yang tepat untuk memberontak melawan Kepala Pelayan?” [si Biasa]

Pelayan peri, yang terlihat sangat cantik tapi tampaknya memiliki kepribadian yang lemah, mengungkapkan isi pikirannya.

“Aku sangat setuju. Aku sangat iri padanya karena memonopoli tugas pembersihan kamar Tuan kita!”  [si Kacamata]

Pelayan peri berkacamata dengan tampang serius mendorong naik rangka kacamatanya dan dengan kuat setuju.

Pembantu peri cabe-cabean yang duduk di sebelahnya menyarankan ide yang berbahaya.

“Tapi, dia adalah Kepala Pelayan, jadi tidak mungkin kita bisa menang. Haruskah kita meracuninya?” [si Cabe]

“Tidak, tidak, tidak, dia kebal terhadap racun. Level 9999-nya bukan hanya untuk pamer.” [si Suram]

Pelayan terakhir, dia juga memiliki wajah yang cantik, tapi poninya panjang, dan auranya agak gelap.  Tapi sebaliknya, dia memiliki aura yang membuat anak laki-laki yang lemah dan penakut menyukainya.

“Pada akhirnya, pelayan peri berlevel 500 seperti kita bukanlah tandingannya. Aku iri pada Kepala Pelayan. Aku juga ingin membersihkan kamar Tuan kita!” [si Biasa]

“Aku ngerti maksudmu. Aku juga ingin mencium tempat tidur beliau sebagai upah.” [si Cabe]

“Aku sangat setuju!”  [si Kacamata]

Pelayan yang serius dengan kacamata mengkilap menegaskan dengan kuat.

Di sisi lain, pelayan peri suram tersenyum penuh nafsu dan berkata...

“Uh-uuh, aku ingin me-me-menjilat garpu Tuanku atau apa pun yang biasa beliau pakai untuk makan!” [si suram]

“Dasar mesum!” [si Biasa]

Pelayan peri paling biasa reflek meneriakinya

“T-T-Tapi jika salah satu dari kalian memiliki garpu yang digunakan oleh Tuan, kalian akan menjilatnya, kan?” [si Suram]

“Dijilatlah.” [Si Biasa]

“Jilat.” [si Cabe]

“Tentu saja akan aku jilat.” [si Kacamata]

“K-k-kan!” [si Suram]

Mereka berempat menegaskan tanpa ragu-ragu

Tiba-tiba, pelayan peri cabe teringat sesuatu dan berkata...

“Kepala Pelayan juga sibuk dengan urusan internal, jadi dia setidaknya harus menyerahkan pembersihan kamar pribadi beliau kepada kita. Kepala Pelayan adalah orang pertama yang dipanggil oleh Raito-sama, kan?”  [si Cabe]

“Benar. Kenapa tiba-tiba tanya begitu?” [si Biasa]

“Seingatku, itu sekitar 3 bulan sebelum Aoyuki-sama dipanggil......” [si Kacamata]

Suara pelayan meneguk ludah mereka bergema di seluruh ruangan.

“Saat itu, mereka berduaan di dalam dungeon Naraku, yang penuh dengan monster berbahaya. Tuanku baru berusia 12 tahun, dan levelnya lebih rendah dari kita. Berduaan dengan Tuanku dalam kondisi seperti itu...” [si Cabe]

“D-D-D-Dungeon berbahaya. Seorang pria muda dan seorang wanita muda. M-M-M-Mustahil jika tidak ada yang terjadi...” [si Suram]

Kamar pelayan peri diselimuti oleh keheningan.

“…Aku tidak bisa berhenti cemburu pada Kepala Pelayan!” [si Biasa]

“Kuharap dia meledak. Sebenarnya, bukankah seharusnya dia meledak?” [si Cabe]

“Jika kita bisa mengubah kecemburuan kita menjadi kutukan, tidak peduli seberapa kuat Kepala Pelayan~....” [si Kacamata]

“Hancurlah, hancurlah, hancurlah, hancurlah, hancurlah, hancurlah, hancurlah, hancurlah, hancurlah, hancurlah, hancurlah…” [si Suram]

“Itu hal yang tidak enak didengar. Meskipun aku ke sini membawakan kalian kabar baik.” [Mei]

“!?”

Suara pihak ketiga bergema di kamar itu.

Semua pelayan peri mengalihkan pandangan mereka bersamaan ke arah pintu.

SUR, Mei si Jalan Pelayan, level 9999, berdiri di sana.

Dia memasang wajah tenang meskipun dia mendengar kecemburuan para pelayan peri.

“K-Kepala Pelayan! Jika Anda akan masuk kamar, Anda setidaknya harus mengetuk dulu!” [si Cabe]

“Sudah. Kalian terlalu sibuk mengeluh tentangku, jadi kalian tidak sadar. Aku punya kabar baik untuk kalian, tapi kurasa aku harus memberikannya ke pelayan lain…” [Mei]

“Memangnya ‘kabar baik’ apa yang Kepala Pelayan sebutkan tadi?” [si Cabe]

Ketika pelayan cabe itu bertanya, Mei berhenti sejenak sebelum memberitahunya.

“Tidak lama lagi, Tuanku akan kembali ke Naraku. Aku rencananya akan memilih salah satu dari kalian untuk melayani beliau, tapi…” [Mei]

“Saya seorang pelayan yang bersumpah setia pada Kepala Pelayan! Saya berbeda dari yang lain!” [si Kacamata]

Pelayan berkacamata dengan cepat mengkhianati yang lain.

“Saya selalu menganggap Kepala Pelayan sebagai ayunda, mentor, dan penolong saya!” [si Cabe]

“Saya sudah menghormati Kepala Pelayan bahkan sebelum beliau dipanggil!”  [si Biasa]

“Kepala Pelayan! Kepala Pelayan! Kepala Pelayan! Kepala Pelayan! Tolong panggil saya anjing, Guuk!” [si Suram]

Pelayan lainnya semua beralih pihak dan memohon pada Mei.

Tidak ada keraguan sama sekali.

Mei merasa sakit kepala ketika dia melihat bagaimana mereka mengubah sikap mereka tanpa ragu-ragu.

“…Apakah aku membuat kesalahan dalam mendidik para pelayanku? Apakah aku sudah menyimpang dari jalan pelayanku?” [Mei]

Untuk sesaat, Mei mengalihkan pikirannya dari rayuan gadis-gadis itu dan merenungkan apakah ada yang salah dengan jalan pelayannya.

Untuk sementara, kamar itu menjadi bising dengan suara mereka yang mempromosikan diri.