[LN] Dracula Yakin! Volume 1 Chapter 4.4 Bahasa Indonesia
Chapter 4 – Vampir Tidak Bisa Beraktivitas di Pagi Hari
4
“Tora-chan, apa kau punya waktu sebentar?”
Saat itu jam 11 malam, tepat sebelum shift larut malam dimulai. Toraki sedang istirahat di tempat kerja ketika Muraoka masuk ke ruang staf dengan ekspresi lemah lembut di wajahnya.
“Ya, ada apa?”
Ketika Toraki mendongak dari majalah yang sedang dia baca, ekspresi Muraoka berubah aneh saat dia mengundang orang yang tidak terduga masuk ke dalam ruang staf.
“...Akari-chan.”
“Halo.”
Akari, yang lehernya dibalut perban, menatap Toraki dengan ekspresi lemah lembut. Dia memegang sebuah kotak dari toko kue terdekat yang bahkan Toraki pun tahu.
“Putriku bilang kalau dia ingin berterima kasih padamu dan pacarmu, Tora-chan.”
Toraki meletakkan majalahnya lalu memberikan perhatian penuh kepada Muraoka dan Akari.
“...Aku memiliki kesempatan untuk berbicara dengan ayahku tentang segala macam hal setelah kejadian itu. Oh, dan omong-omong, tenggorokanku baik-baik saja sekarang.”
Akari membuka percakapan dengan kalimat itu. Apa yang ingin dia katakan adalah, bahwa Muraoka sudah mengetahui kejadian yang terjadi tempo hari, bahwa paramedis telah menghubungi Muraoka dengan benar menggunakan nomor telepon yang Toraki berikan kepada mereka di lokasi kebakaran.
“Aku terkejut setelah mendengar segala hal yang putriku ceritakan. Kedengarannya seperti kamu telah banyak membantuku tanpa sepengetahuanku, Tora-chan.”
“...Tidak, itu bukan masalah besar, kok. Itu hanya kebetulan.”
“Kudengar pacarmu banyak membantunya juga.”
“Sejauh yang aku tahu, mereka cuma menonton video bareng.”
“Selama beberapa tahun terakhir, aku tidak terlalu sering menonton laporan cuaca bersama putriku.”
Muraoka mengatakannya dengan nada sedikit malu.
“Pada awalnya, ketika ayahku datang menemuiku di rumah sakit, aku marah padamu karena ikut campur ke dalam urusanku, Toraki-san. Selain itu, dia marah begitu saja padaku lagi meskipun dia tidak tahu apa-apa soal live house.”
“Sebagai orang tuamu, itu wajar.”
“Apa yang wajar bagimu benar-benar menjengkelkan bagi kami, anak-anak. Tapi… Aku benar-benar tertekan setelah melihat berita soal Amimura-san yang terlibat dalam suatu penggelapan besar pajak, belum lagi hal-hal busuk lainnya.”
Tampaknya kebakaran kemarin malam telah memaksa polisi untuk campur tangan dalam bisnis Roomwell lebih awal dari yang mereka rencanakan. Toraki juga sempat membaca sekilas beberapa fakta soal kasus tersebut di internet.
“Satu hal lagi,”
Suara Akari sedikit pecah seperti ada yang tersangkut di tenggorokannya.
“Ibuku juga bergegas menemuiku.”
“… Begitu ya.”
“Ya. Kami berbicara bersama sebagai sebuah keluarga setelah sekian lama mengenai hal-hal yang tidak berguna. Penting, tapi tetap saja hal yang tidak berguna.”
Ekspresi Akari berada di tengah antara menangis dan tersenyum saat dia terus berbicara.
“Aku mendengar tentang bagaimana ayah dan ibuku juga biasa pergi ke live house, begitulah cara mereka bertemu. Tentang pekerjaan seperti apa yang biasanya dilakukan ayahku. Tentang alasan ibuku pergi. Tahukah kamu, kalau Iris-san memberitahuku sesuatu. Dia berkata bahwa jika aku ingin mengetahui sesuatu, atau jika aku ingin mengatakan sesuatu, aku perlu mengutarakannya dengan jelas. Karena manusia adalah spesies yang umumnya tidak terlalu peka.”
Muraoka juga mendengarkan dengan seksama saat curahan kata-kata Akari keluar.
“Jadi pacarmu bernama Iris-chan, ya, Tora-chan?”
“…”
“Oke, sudah cukup. Ayah, bisakah kamu keluar dari ruangan ini sebentar?”
Toraki tidak mengatakannya dengan keras, tapi dia bertanya-tanya apakah sisi kepribadian Muraoka inilah yang sejak awal menyebabkan ibu Akari kehabisan kesabaran padanya. Menyaksikan Akari yang tanpa basa-basi menendang ayahnya keluar dari ruangan hanya memperkuat kesan ini.
“Sumpah, dia sangat… Ah, ngomong-ngomong, tolong makan ini bersamanya jika kamu mau. Aku membeli ini sebagai ucapan terima kasih... Aku tahu memang terdengar aneh, tapi berkat kamu dan Iris-san, keluargaku bisa berkumpul dan berbicara. Ini dari toko kue terdekat, kupikir kamu mungkin pernah mendengarnya juga, Toraki-san.”
“Tapi aku tidak benar-benar melakukan apa-apa, kok.”
“Kau mendengarkanku saat aku perlu tempat curhat, kan? Dan ayahku, dia selalu seperti itu. Ketika dia mendengar berita soal Roomwell, dia sebenarnya khawatir kalau aku bekerja paruh waktu yang mencurigakan demi mendapatkan uang yang aku gunakan untuk pemungutan suara. Kau percaya itu!?”
“Haha… Setidaknya kamu tidak perlu membeli kartu POSA lagi untuk saat ini.”
Toraki merasa sulit untuk menjawab, tapi dia dengan patuh menerima kotak kue yang disodorkan Akari padanya.
“…Ngomong-ngomong, Toraki-san. Apakah Iris-san benar-benar pacarmu?”
“Kenyataan bahwa kamu merasa perlu untuk menekankannya seperti itu saja sudah membuatnya aneh, tapi tidak, dia bukan pacarku.”
“Apakah keluarga Iris-san ada di Inggris?”
“Seperti yang kubilang, aku tidak tahu. Apakah kamu tidak dengar apa yang aku katakan?”
“Toraki-san, kamu bukan pacarku, kan?”
“…Akari-chan?”
“Tapi kamu masih mendengarkanku ketika aku perlu tempat bicara. Jadi, kalau kamu punya waktu luang, aku harap kamu bisa melakukan hal yang sama untuk Iris-san juga.”
Nada bicara Akari berubah serius, menyebabkan Toraki memasang ekspresi serius juga.
“Iris-san tidak bisa berbicara dengan laki-laki, kan? Tapi dia entah kenapa tak masalah bicara denganmu, kan?”
“Dia bahkan memberitahumu tentang hal itu?”
“Cuma sedikit, setelah aku berbicara dengannya soal ibuku.”
“…?”
Toraki tidak tahu bagaimana masalah Akari dengan ibunya ada hubungannya dengan ketakutan Iris terhadap laki-laki, tapi Akari jelas terasa berbeda.
“Alasan kenapa Iris-san kehilangan kemampuan untuk berbicara dengan pria sepertinya ada hubungannya dengan ibunya. Aku sedang tenggelam dalam masalahku sendiri pada saat itu, jadi aku tidak bertanya terlalu banyak soal detailnya.”
“Mungkin saja, tapi itu tidak terdengar seperti urusan yang harus aku campuri.”
“Bukankah Iris-san dan kamu memiliki semacam hubungan khusus?”
“Seperti yang sudah kubilang, tidak ada yang seperti itu di antara kami—”
“Ya, bukan itu. Aku membicarakan soal suatu kekuatan aneh atau dunia tersembunyi yang tidak diketahui oleh orang biasa sepertiku.”
Selama insiden di live house, Toraki telah berubah menjadi kabut hitam di depan Akari. Kalau dipikirkan lagi, Toraki memang terlalu ceroboh. Namun, sepertinya dia tidak punya banyak pilihan. Dalam situasi seperti itu, tidak mungkin menggunakan kekuatan vampirnya sambil tetap waspada agar Akari tidak menyadarinya.
“Aku melihatnya, tapi bahkan ayahku sendiri pun tidak akan mempercayaiku jika aku memberi tahukan padanya sesuatu seperti itu, jadi aku tidak berencana untuk memberi tahu siapa pun. Sebagai gantinya, tolong bicaralah dengan Iris-san dan dengarkan dia. Jangan tinggalkan dia sendirian.”
Akari telah semakin dewasa setelah mengatasi cobaan, dan ini adalah keinginannya untuk lebih dekat menjadi dewasa. Karena sejumlah alasan—termasuk fakta bahwa Akari telah melihat sekilas sesuatu yang berhubungan dengan identitas aslinya—Toraki terpaksa menyetujuinya.
“…Yah, aku akan berusaha yang terbaik.”
“Ah, itu tentunya sesuatu yang akan dikatakan orang dewasa.”
Akari mengatakan itu dengan perasaan lega namun entah kenapa sedih. Setelah itu, dia berterima kasih kepada Toraki sekali lagi dan meninggalkan toko.
“Aku juga harus berterima kasih, Tora-chan. Sudah lama sekali sejak aku bisa melakukan percakapan yang wajar dengan putriku.”
Toraki menerima ucapan terima kasih sekali lagi dari Muraoka setelah dia melihat putrinya pergi dari balik meja kasir.
“Tolong jangan dipikirkan. Kamu bisa membiarkan rasa terima kasihmu tercermin dalam upah per jamku.”
“Aku akan mencoba yang terbaik.”
Itu sudah cukup untuk menyelesaikan masalah antara dua pria dewasa.
“Ngomong-ngomong, Tora-chan, kamu membaca majalah travel sebelumnya, kan? Apakah kamu berencana jalan-jalan sama pacarmu? Kamu tampaknya sangat tertarik dengan artikel unggulan, artikel tentang kapal pesiar mewah.”
“Ah. Aku meninggalkannya tergeletak di atas meja. Maaf, aku akan menaruhnya kembali. Dan juga, dia bukan pacarku, dan tidak mungkin aku pergi jalan-jalan dengannya.”
Mereka sedang membicarakan majalah yang telah dibaca Toraki sebelum Akari datang ke toko. Saat berada di ruang staf, Toraki dengan hati-hati membaca artikel tentang kapal pesiar mewah yang ditampilkan di majalah travel.
Artikel itu memuat rincian tentang kapal pesiar mewah Mary I yang dijadwalkan tiba di pelabuhan Yokohama keesokan harinya.
“Mary, ya? Meskipun ‘Bunda’ yang tiba di kapal itu sama sekali tidak suci.”
Bahkan Toraki mengerti bahwa lelucon itu jelek dan dia tersenyum kecut pada dirinya sendiri. Namun, tidak ada perubahan fakta bahwa wanita yang akan tiba di kapal itu adalah orang tuanya sebagai ‘vampir’. Saat dia memikirkan itu, dia tiba-tiba teringat sesuatu.
“…Oh ya, aku membuat dia mendengarkan semuanya.”
Alasan kenapa dia berubah menjadi vampir dan detail di balik insiden itu. Bagaimana dia menjalani hidupnya selama ini. Kekhawatirannya tentang masa depan. Dia telah memberi tahu Iris segalanya.
“…Terlepas dari bagaimana tingkahnya, bagaimanapun juga, kurasa dia benar-benar seorang biarawati.”
Toraki mengerutkan kening sambil melihat dua halaman foto kapal di majalah yang terbuka.
“Kurasa aku tidak akan bisa membalas budi, tapi tidak ada yang bisa kulakukan soal itu sekarang.”
Dia tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk mendengarkan ‘pikiran pribadi’ Iris lagi.
Lagi pula, dia telah mematahkan kesempatan itu dengan tangannya sendiri.
Post a Comment