[LN] Genjitsu de Love Comedy Dekinai to Dare ga Kimeta? Volume 2 Prolog.1 Bahasa Indonesia

 

Prolog: Siapa Bilang Kalau Komedi Romantis Dimulai dari Volume 2?

1

 

“Ah, Uenohara!”

Pada hari Minggu pagi. Di bawah langit bulan Mei yang terlambat cerah.

Aku memarkir sepeda motorku dan bergegas menghampiri “teman masa kecilku” yang sedang berdiri di depan sebuah plakat bertuliskan Perpustakaan Kota Kyougoku.

Saat Uenohara menyadari kedatanganku, dia menyimpan ponselnya ke dalam tas dan berbalik menghadapku.

“Maaf aku terlambat, aku terjebak macet. Apa kamu menunggu lama?”

“Tidak, tidak juga.”

Menjawab dengan ekspresi kosong yang sama seperti yang selalu dia pasang di wajahnya, dia mengibas rambutnya ke atas bahu.

Terlepas dari apa yang dia katakan, dia mungkin tiba setidaknya lima belas menit yang lalu. Saat itulah satu-satunya bus yang bisa dia naiki tiba.

Astaga, sungguh tsundere.

“Pasti panas. Kamu seharusnya menunggu di dalam. Serius seperti biasa, ya?”

“Bukankah akan terlalu sulit untuk saling ketemuan jika aku masuk ke dalam? Kamu pasti akan melihatku kalau aku menunggu di sini. Aku juga tidak ingin membuang waktu.”

Dia berkata dengan suara tanpa emosi.

Ya ya. Terserah kau mau bilang apa, tsundere.

Tiba-tiba ada angin sepoi-sepoi, dan rambutnya berkibar.

Uenohara mengenakan jaket tipis di atas T-shirt sederhana dan tas jinjing besar tersampir di bahunya. Di bawah, dia mengenakan celana lebar yang berwarna sebiru langit. Persis jenis pakaian yang akan dikenakan seseorang pada hari libur.

“…Yep. Kamu terlihat bagus dengan pakaian itu.”

“Kamu tidak akan dapat apa-apa dari memujiku, tahu.”

“Aku hanya mengatakan apa yang ada di pikiranku. Kamu tahu kalau saat kamu memberikan pujian, kamu harus memgatakannya dengan benar, kan?”

“Tentu, terserahlah.”

Saat dia menjawab, Uenohara memelintir rambutnya.

Tsun—Haaah.

Aku mengangkat bahu, lalu berbalik menghadap gedung.

“Kalau begitu ayo masuk ke dalam. Kita harus mencari tempat duduk.”

“Jika itu yang kamu khawatirkan, aku sudah memesan ruangan pribadi untuk kita. Itu seharusnya lebih baik, kan?”

Dia diam-diam melirik ke arahku, menghindari kontak mata.

“Hmm, kurasa itu benar… Kamu akan merasa lebih nyaman jika tidak ada yang memperhatikan kita. Meski aku tidak terlalu peduli kalau ada yang lihat, sih.”

“Bodoh. Itu jelas tidak mungkin, kan?”

Uenohara menggelengkan kepalanya dengan ekspresi enggan di wajahnya.

Tidak perlu malu, dasar—

“Baiklah. Ayo masuk.”

“Ya.”

Kami berada di perpustakaan, pada hari libur kami.

Kami berpakaian santai, bukan seragam biasa kami, dan ketemuan tanpa memberi tahu orang lain.

Sekarang hanya kami berduaan di ruang pribadi...

“Mari lanjutkan persiapan kita untuk Rencana Romcom dalam Kenyataan!”

“Kan? Kamu membuat keributan untuk hal sepele. Bukankah itu sebabnya kita harus memesan ruangan pribadi kita sendiri?”

 

 

Sebelumnya - Daftar Isi - Selanjutnya