[LN] Yuujin-chara no Ore ga Motemakuru Wakenaidarou? Volume 1 Chapter 4 Bahasa Indonesia

 

Bab 4: Pengakuan Cinta

 

Itu terjadi sehari setelah aku bertemu Touka, adik Haruma.

Tidak ada yang istimewa tentang hari itu. Aku bisa katakan itu hanya hari yang biasa. Meskipun orang-orang di kelas sedikit menurunkan penjagaan mereka dengan bantuan Ike, semua orang di luar kelas kami masih menghindariku. Pada akhirnya, Ike tetaplah satu-satunya orang yang aku ajak bicara.

Ngomong-ngomong, ya. Tidak ada yang benar-benar istimewa terjadi hari itu, dengan pengecualian adanya pesan dari adiknya. Pesannya berbunyi:

“Mau bertanya pdmu tentang sstu. Km luang sore ini? Temui aku di belakang gym.”

“Sepertinya hari ini akan lebih sibuk dari biasanya,” pikirku.

Diingat-ingat, aku tidak bisa membaca yang diantara kalimatnya. Aku tidak terlalu memikirkan pesannya. Aku hanya membayangkan dia ingin bertanya kepadaku tentang kakaknya atau semacamnya.

Dan jika aku adalah seorang karakter dalam suatu novel ringan, aku membayangkan aku akan menjadi orang yang memberi nasihat hidup kepada tipikal adik perempuan yang imut.

“Tentu, mari kita bertemu. Tapi tidak di belakang gimnasium. Kalau tidak, orang akan berpikir bahwa aku mencoba untuk membunuhmu atau semacamnya.”

Bahkan belum sampai 10 detik saat aku menerima balasannya.

“Wtf? xD Km sangat lucu Senpai. OK akan menunggu di atap.”

“Kupikir atap terkunci, dan kita tidak diizinkan memasukinya.”

Sama seperti di anime dan manga, atap tidak dapat dimasuki oleh kami para siswa. Dia mungkin tidak tahu, karena dia adalah siswa baru.

“Tak masalah,” jawabnya.

“Tak masalah”? Apa maksudnya itu? Mungkin dia memegang kuncinya entah bagaimana? Aku tidak begitu yakin. Namun, yang aku yakini adalah atap akan menjadi tempat pertemuan yang lebih baik daripada di belakang gimnasium.

“Baiklah kalau begitu.”


Istirahat makan siang dimulai, yang berarti sudah waktunya untuk sesi makan siang solo khas diriku. Terkadang, aku makan di ruang OSIS bersama Ike. Namun, dia tidak mengundangku pada hari itu, jadi aku segera menghabiskan makananku sendirian. Setelah itu, aku mencoba untuk dengan santai menuju atap… Aku tidak ingin ada yang memperhatikanku.

Aku menaiki tangga dan meraih kenop pintu yang mengarah ke atap, yakin itu tidak akan terbuka. Bayangkan keterkejutanku ketika kenop pintunya turun dan terbuka.

“Oh, halo, Senpai!”

Dia ada di sana menungguku dan menyambutku begitu aku membuka pintu.

“Yo. Kau punya kunci untuk membuka pintunya, kukira? Minta di guru atau semacamnya?”

“Tidak. Aku keluar untuk berjalan-jalan mengelilingi gedung tempo hari dan melihat kunci itu benar-benar rusak.”

“Oh, aku tidak tahu itu.”

Ya, jelas sekali bahwa tahun kedua dan ketiga tidak akan tahu—para guru selalu memberi tahu kami bahwa pintu ke atap tertutup. Aku selalu saja menerima kata-kata mereka untuk itu, jadi tidak mengherankan bahwa aku tidak pernah berani ke atas sana karena itu. Ilham ini membuatku ingin memberi para guru dan staf sekolah peringatan– memberitahu mereka untuk setidaknya selalu mengecek hal-hal seperti kunci yang rusak, tapi masa bodo lah.

“Anginnya terasa sangat nyaman, bukan?”

Aku juga memikirkan hal yang sama ketika aku melihatnya berusaha menjaga rambutnya agar tidak berkibar ditiup angin.

“Ya. Matahari dan angin selalu merupakan kombinasi yang bagus.”

Ugh, jawaban macam apa itu? Itu sangat kuno.

Ketika aku memikirkannya, aku menyadari bahwa aku benar-benar melakukan percakapan yang normal dengan seorang gadis! Fakta bahwa dia tidak lari terbirit-birit begitu dia melihat wajahku juga sangat menakjubkan. Itu mengesankan mengingat bahkan guru kadang-kadang lari dariku.

“Maaf karena langsung ke topik, tapi apa yang ingin kau tanyakan padaku?”Aku bertanya padanya. Saat aku berbicara, aku melihat bahwa pipinya memerah ketika dia tersenyum.

“Sebenarnya, aku berbohong. Aku tidak benar-benar memiliki hal yang ingin aku tanyakan kepadamu.”

“Kau berbohong? Hanya karena kau tak memiliki sesuatu untuk ditanyakan jadi mengapa kau mengatakan kepadaku untuk datang ke sini dari semua tempat?”

“Apakah kau akan marah jika itu yang terjadi?” dia memiringkan kepalanya dan menatap mataku.

Beberapa orang akan menyebutnya lancang untuk apa yang dia lakukan, tapi malahan aku benar-benar merasa itu sangat menawan,.

“Maksudku, tidak juga. Tapi mengapa dari awal kau bahkan ingin bergaul denganku? Bukankah aku membosankan?”

“Tidak mungkin! Aku suka menghabiskan waktu bersamamu, Senpai. Kau sangat lucu!”

Dia memiliki senyum nakal di wajahnya. Ini adalah wilayah yang benar-benar baru bagiku—Aku tidak pernah mengalami ada seorang gadis yang menatapku seperti itu sebelumnya, jadi aku berakhir dengan gugup dan lidah terikat. Syukurlah, dia melanjutkan percakapan sementara aku berdiri diam di sana.

“Tapi, yah… Bukan berarti aku memanggilmu ke sini tanpa alasan, tahu?”

“Oh, benarkah? Lalu apa itu?”

“Ayolah, Senpai. Bertindak berani dan langsung ke topik seperti itu… kau akan membuatku merona. Itu memalukan, kau tahu?” Dia menunduk dan bergumam.

Aku melihatnya gelisah sementara pipinya memerah. Memalukan? Membuat wajahnya merona? Aku benar-benar tertarik sekarang—mengapa dia bahkan memanggilku kesini?

Aku diam, tapi dia pasti sadar kalau aku menatap lurus padanya. Dia menguatkan dirinya, seolah mengeraskan tekadnya, dan mengembalikan tatapanku. Dia mengambil tiga napas dalam-dalam dan berkata…


“Senpai, maukah kau menjadi pacarku?”

“Bilang apa tadi?”

“Kau mau membuatku mengulanginya lagi? Kau jahat, Senpai… kubilang, ‘Maukah kau menjadi pacarku?’”


Dia menatapku. Wajahnya penuh emosi, dan dia memiliki senyum di wajahnya.

Apakah dia mengharapkanku untuk menjawabnya sekarang? Karena aku benar-benar tidak bisa.

Aku hanyalah karakter sampingan. Bagaimana bisa dia mengharapkan aku untuk memiliki pengalaman dalam hal ini? Bagaimana aku harus menangani ini? Ini adalah pertama kalinya seorang gadis mengungkapkan cinta padaku!

Tapi… Aku tidak bisa tidak berpikir ada sesuatu yang mencurigakan tentang semua ini. Maksudku, aku baru bertemu dengannya kemarin. Sekarang, benar-benar tiba-tiba, dia ingin aku menjadi pacarnya?

Ini tidak akan aneh jika aku adalah seseorang seperti Ike, yang sebenarnya adalah protagonis. Aku benar-benar bisa melihat seorang gadis mengungkapkan cinta kepadanya sehari setelah bertemu dengannya. Itu skenario yang masuk akal. Tapi ayolah, aku?

Pertama-tama, dapatkah kalian dengan jujur mengatakan bahwa seseorang sepertiku bisa mendapatkan pengakuan cinta sama sekali? Jawaban atas pertanyaan itu sudah jelas.

Maksudku, tidak mungkin karakter sampingan sepertiku bisa menjadi populer, kan?

 

 

Sebelumnya - Daftar Isi - Selanjutnya