[LN] Chitose-kun wa Ramune Bin no Naka Volume 1 Chapter 1.4 Bahasa Indonesia

 


Chapter 1: Riajuu yang Dibenci Memiliki Pengaruh Besar Atas Sekolah

4

 

“Selamat pagi!”

“Pagi.”

Saat kami terus berbicara dengan santai, pintu di belakang terbuka dengan dentuman, dan kami mendengar dua suara ringan memanggil. Mereka tidak memiliki keinginan khusus karena hari ini hari pertama dimulainya kelas baru, maupun kegugupan yang tidak masuk akal dari pemgucapan salam pertamai yang penting.

“Ohh, rupanya Chitose. Bukankah rambutmu sedikit panjang dari liburan musim semi kemarin? Mau aku memotongkannya untukmu?”

“Karena potongan rambut darimu tampaknya seperti mempertaruhkan nyawa, jadi aku harus menolak.”

Orang yang memanggilku adalah Aomi Haru, aslinya dari Kelas 1-3.

Menjadi seseorang yang berperan aktif sebagai shooting guard klub basket putri, anggota tubuhnya panjang dan ramping. Dia sama sekali tidak tinggi, dan sekilas orang mungkin menganggapnya sebagai sosok yang mungil dan lembut. Namun kenyataannya, daripada kurus, tubuhnya malah memberikan kesan kencang yang kuat.

Daripada ditata dengan terampil seperti rambut Yuuko atau Yua, ikat rambutnya dibuat ke dalamgaya ponytail yang terasa lebih seperti karena gaya rambut itu sederhana dan tidakmenghalangi gerakannya. Kontrasdengan kepribadiannya yang jujur ​​dan terus terang, tengkuk halusnya agak menggairahkan.

Kata-kata Haru memicu reaksi Kaito.

“Oi, bukankah kamu seharusnya memanggilkuterlebih dulu? Sebagai sesama anggota klub bola basket.”

“Ehh, maksudku, saat ini melihat wajah Kaito sudah tidak segar lagi. Benarkan, Yuzuki?”

‘Aku juga muak dan bosan melihat wajah Kaito. Tapi aku senang Chitose dan Mizushino ada di sini. Cuci mata… Cuci mata.”

Mengatakan hal ini, wajah Nanase Yuzuki tiba-tiba mengintip dari belakang Haru. Menjolor dari bahunya, rambutnya yang setengah panjang terurai dengan mulus, seperti dalam iklan sampo.

Dia juga berasal dari Kelas 3, dan point guard dari klub basket putri. Tampaknya pasangan duo yang dia bentuk dengan Haru sudah terkenal bahkan di tingkat prefektur, meski aku berani bilang bahwa alasan mereka terkenal bukan hanya karena skill bola basket mereka saja.

 


 

Setiap kali topik tentang siapa gadis paling imut di sekolah kami muncul, nama yang selalu dinominasikan bersama dengan nama Yuuko adalah Nanase. Jika Yuuko adalah tipe idola dengan poin status yang diinvestasikan sepenuhnya ke dalam keimutan, maka Nanase adalah tipe aktris dengan banyak ekspresi wajah yang tersembunyi di dalam, terkadang imut, atau sangat cantik, atau mudah diajak bicara atau sulit didekati, atau gagah atau  rapuh, atau sangat menggemaskan sehingga kau ingin melindunginya atau sangat seksi sehingga kalian ingin menodainya.

Namun, secara pribadi, aku tidak menganggap perilaku Nanase yang disebutkan di atas sebagai produk alami yang mirip dengan Yuuko. Apa yang dia tunjukkan di sekolah adalah kombinasi dari sifat-sifatnya sendiri yang telah dianugerahkan sejak lahir dan kesempurnaan yang tidak alami dan dikontrol dengan tepat, yang dihasilkan dari kesadaran diri yang hati-hati akan pengaruh yang baik dan yang buruk terhadap lingkungannya. Aku sendiri juga sama, jadi aku bisa tahu.

Kebetulan, berbicara tentang sosok tubuhnya, yang tidak kalah indahnya dengan Yuuko, berbeda dengan sosok Yuukoyang meluap dengan kelembutan feminin yang mirip dengan krim kocok segar, Nanase memiliki kekenyalan luwes yang mirip dengan busur yang ditarik kencang.

…Aku tidak hanya membicarakan tentang payudara, lho?

Dengan senyum menggoda di wajahnya, Nanase mendekati kami.

“Dan begitulah. Haruskah aku mulai menikmati anak-anak muda ini segera? Ayo lihat sini lihat sini ~”

Mengikuti leluconnya, aku dan Kazuki bereaksi berlebihan terhadap kata-kata Nanase sambil menutupi dada kami.

“Tidak! Jangan lihat kami dengan mata bejat itu!”

“Jadi kamu mengincar tubuh kami!”

Haru ikut ke dalam lelucon itu.

“Bukankah tak apa, bukankah tak apa. Hell-loo di sana. Aku berjanji ini akan selesai sebelum kamu selesai menghitung noda di plafon, heh heh.”

“Umm, kalian berdua lahir di era Heisei, kan? Semua ini berbau Shōwa.”

Saat kami terbawa suasana, Yua memotong dengan tsukkomi. Kehadirannya hampir memudar karena partisipasi riajuu yang agung ini.

“Ucchi~! Kelas 3 kurang bahan tsukkomi semacam itu lho. Yuzuki mengabaikanku jika itu merepotkan. Bagaimana kalau kamu menjadi pasanganku?”

“Ucchiー, ketegasan seperti itu benar-benar dibutuhkan ketika segala sesuatu berjalan terlalu berlebihan. Ajak aku juga.”

“…Hmm, ooke. Untuk saat ini, bagaimana kalau kalian berdua ulangi dari awal dengan ‘Ini pasti pertama kalinya kita berbicara dengan benar, mari berteman’?”

Dengan Haru dan Nanase sekarang berjalan ke arahnya, Yua perlahan mundur. Terasa seperti sedang dimakan, atau lebih tepatnya, dilahap. Keduanya adalah riajuu yang menonjol sampai-sampai tidak ada orang di angkatan yang sama yang tidak tahu nama mereka, jadi tidak banyak yang bisa aku lakukan.

Oleh karena itu, terlahir alami sebagai tuan putri, Yuuko, masih memiliki banyak kebisaam.

“Yuzuki, Haru, aku sangat senang kita sekelas! Aku selalu ingin bergaul dengan kalian. Tapi istri sah Saku adalah aku, sedangkan Ucchi adalah pelakor, kurasa? Jadi mari kita berteman dengan itu sebagai patokan, oke~?”

Baik dia dan Yua mungkin tidak berhubungan banyak dengan mereka berdua sebelumnya, namun di sinilah mereka, tidak hanya melakukan dengan cara mereka sendiri, tapi juga dengan cerdik menyelipkan sebuah nasihat. Bagaimanapun, aku cukup yakin bahwa dia tidak tahu arti dari ‘pelakor’.

“Yah, bagaimanapun juga, kurasa ini berarti kedatangan anggota baru untuk Tim Chitose.”

Haru dan Nanase menanggapi kata-kataku dengan baik.

“Aomi Dangerous Challengers.”

“Maksudmu ‘Yu Seperti Tsuki yang Jauh’.”

TL Note: Maksudnya seperti bulan yang jauh, atau menggambarkan orang yang tak ramah

“…Ya, aku tahu itu akan berubah menjadi seperti ini.”

Kurasa kurang lebih kelompok ini akan menjadi pemain kunci kelas riajuu.

Begitulah pikirku saat aku dengan santai mengamati seisi kelas. Kelompok-kelompok yang kuingat, mereka yang agak cermat dengan penampilan mereka, mereka yang bersuara agak keras, dan mereka yang melihat ke arah kami seperti ingin bergabung dengan kami. Mereka yang menatap dengan tajam ke meja atau papan tulis, seolah-olah mereka adalah biksu pertapa yang tidak melihat, mendengar dan merasakan. Dan sebagai tambahan, sesekali orang memancarkan tatapan  tidak senang yang terang-terangan.

Yah, kupikir itu semua adalah reaksi alami terhadap kami yang melakukan percakapan berisik seperti ini tapat setelah pergantian kelas. Aku bahkan bisa menganggukkan kepalaku setuju dengan satu atau dua tatapan tidak senamg itu.

Namun, sayangnya, riajuu memang seperti itu.

Sampai batas tertentu, orang-orang seperti aku, Kazuki, dan mungkin Nanase bertindak dengan agak sadar diri, tapi bukan berarti kami dengan sengaja mencoba memamerkan perbedaan status kami, dan kami juga tidak memamerkan diri kami yang berkilauan atau semacamnya .

Kami secara alami dan jujur ​​mengungkapkan kegembiraan kami berada di kelas yang sama dengan teman-teman kami, dan bermain-main sebagai kawan seperjuangan.

Sungguh, hanya itu saja. Namun, masih banyak manusia yang tidak mampu berbuat sebanyak itu, jadi tanpa sadar, kami telah dibubuhi label seperti riajuu, atau tipe suram, atau DQN idiot, dan sebagainya, belum lagi hinaan dari orang tak dikenal di situs bawah tanah sekolah.

TL Note: DQN = Donkyuu = Orang Bodoh

Hiriajuu, karakter suram, dan otaku mungkin berpikiran sama, tapi lingkungan kita akan mencoba menempatkan kita dengan enteng ke dalam batasan. Riajuu adalah orang-orang yang seperti ini, seharusnya begini, dan tidak diragukan lagi rapuh dan tidak berarti. Tidak salah lagi bahwa mereka adalah kelompok menjijikkan yang bertindak untuk membuktikan keunggulan mereka atas hiriajuu.

Yah, karena itu, sudah jelas peran apa yang para guru ingin kami mainkan di kelas riajuu ini. Untuk berteman dengan mereka yang kelihatannya ingin berteman dengan kami. Untuk memperhatikan dengan hangat para biksu pertapa dari jarak yang tepat, dan bergaul dengan mereka jika mereka merasa sangat ingin. Untuk menjaga faktor pengganggu tetap terkendali dan mencegahnya bertambah parah, atau mungkin menenangkannya. Jika kami melakukannya, maka itu berarti setiap orang dapat dengan bebas berkonsentrasi pada studi mereka.

Kurasa aku harus melakukannya, dan dengan cara Chitose Saku, yang bebas.

Jika seseorang tidak dapat hidup dengan indah, maka itu hampir tidak ada bedanya dengan mati.

Itulah estetikaku. Kebetulan, kalian juga bisa mengganti bagian ‘dengan indah’ menjadi ‘dengan tampan’, atau ‘dengan populer’  atau ‘dengan disukai’ atau ‘dengan dikelilingi para perempuan’.

 

 

Sebelumnya - Daftar Isi - Selanjutnya