[LN] Psycho Love Comedy Volume 4 Prolog Bahasa Indonesia

 

Adegan Pembuka – Introduction

 

Hanya tersisa satu minggu atau lebih sebelum liburan musim panas dimulai. Hari itu hari Senin tepat sebelum akhir caturwulan.

Pada hari itu, di depan pintu masuk gedung tua Sekolah Rehabilitasi Purgatorium, kerumunan siswa yang ribut berkumpul. Suasana itu berbau keringat seusai kerja paksa.

“…Apa yang kau tabur itulah yang kau tuai.”

Melepas sepatu training-nya untuk berganti ke sepatu dalam ruangan, Kyousuke menelan ludah. Alasannya berkeringat bukan hanya karena panas dan aktivitas fisik yang berlebihan. Keringat ini mengalir di punggungnya.

“Tidak apa-apa, Onii-chan! Jangan khawatir.”

“Ya, oke… Kurasa kamu benar. Aku sudah melakukan yang terbaik, jadi kurasa semuanya akan baik-baik saja?”

Adik Kyousuke yang tercinta–Ayaka–menyemangatinya. Memperkuat tekadnya, dia mulai berjalan. Menuju papan pengumuman, di depan loker sepatu, penuh kerumunan hingga sulit dikenali.

Di papan pengumuman itu, selembar kertas raksasa menutupi hampir seluruh papan, menempel di sana dengan mencolok. Ini membuat ketegangan di jantungnya meningkat tanpa henti.

“Ah. Kyousuke-kun, Ayaka-chan!”

Berdiri di baris terakhir, seorang gadis menyadari Kamiya bersaudara dan menoleh ke belakang, melebarkan matanya yang besar dan berwarna kuning muda. Tangan gadis itu terkatup di depan dadanya seperti berdoa. Kyousuke menjawab “oh” padanya dan mengangkat tangannya–

“Selamat pagi, Maina.”

“S-Selamat pwagi… Auau.”

“ “…?” ”

Merasakan kegagapan dalam kata-kata Maina, Kyousuke dan Ayaka saling bertukar pandang.

“Ada apa denganmu, Lic-chan? Apakah hasilmu tidak sesuai harapan?”

“T-Tidak! Hasilku tidak terlalu baik atau buruk, sebaliknya, kupikir hasilku sudah cukup baik dan aku berusaha sangat keras sepanjang waktu–”

Seolah menghadapi semacam rintangan, Maina berhenti berbicara di tengah-tengah kalimat. Lalu dia melihat ke kiri. Kamiya bersaudara mengikuti pandangannya dan membeku bersamaan.

“…Fu… Fufu… Fufufufufu…”

Seorang gadis menatap secarik kertas dengan kaget seolah-olah semua sel di tubuhnya telah dihisap hingga kosong, meninggalkan seluruh tubuhnya terpaku di tempat.

Dengan tatapan kosong, dia tidak bisa berbuat apa-apa selain tertawa canggung. Tas sekolah yang jatuh tergeletak di dekat kakinya.

“Eiri, Eiri! Tenangkan dirimu, Eiriiiiiiiiii!”

Gadis itu telah mencapai kondisi tanpa jiwa. Seseorang yang berdiri di sisi lain terus mengguncang bahunya dengan keras. Dia adalah Renko, yang memakai masker gas hitamnya setiap hari seperti biasa. Tidak peduli seberapa keras dia mengguncangnya, Eiri tetap tidak me-respon.

Dengan senyum bodoh di wajahnya, Eiri benar-benar dalam kondisi rentan. Terlepas dari sikapnya yang biasanya tenang dan obyektif, sikap dinginnya telah benar-benar menghilang sekarang.

Berseru “s-sungguh menyedihkan…”, Ayaka mengangkat tangannya untuk menutupi mulutnya. Dengan nada suara terisak, Maina berkata, “Eiri-chan…” Akhirnya, Renko berteriak “Uwahhhhhhhhh!”, memintanya untuk kembali ke akal sehatnya.

Melihat Eiri dalam pemandangan yang terlalu menyedihkan untuk dilihat, Kyousuke tiba-tiba merasakan firasat buruk di hatinya.

“Hei, aku hanya menebak-nebak, tapi mungkinkah dia–”

“Hiks hiks. Bagaimana ini bisa… Bagaimana ini bisa terjadi, Eiri!? Aku jelas-jelas telah menghabiskan begitu banyak usaha untuk mengajarimu, kenapa…? Kenapa ini bisa terjadiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii!?”

Berpaling dari Renko yang menangis dan terisak, Kyousuke menarik nafas dalam-dalam.

Kemudian dia melihat tersangka utama yang bertanggung jawab atas tragedi ini– papan pengumuman.

Yang disisipkan di sana adalah hasil ujian akhir yang dilaksanakan seminggu yang lalu.


Ranking Ujian Akhir Caturwulan Pertama Sekolah Rehabilitasi Purgatorium (Total Nilai dari 10 Mata Pelajaran)

No. 1 Kelas 1-B Hikawa Renko 1000

No.2 Kelas 1-A Saotome Shinji 989

No.3 Kelas 1-A Kamiya Ayaka 982

No.4 Kelas 1-B Akutsu Mari 920

No.5 Kelas 1-B Gouriki Ayame 868

No.6 Kelas 1-A Kamiya Kyousuke 855

~~~~~~~~~~~~~~~~ diabaikan ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

No.15 Kelas 1-A Igarashi Maina 794

No.15 Kelas 1-B Andou Chihiro 794

~~~~~~~~~~~~~~~~ diabaikan ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

No.32 Kelas 1-A Akabane Eiri 305 mati mati mati mati mati mati

No.33 Kelas 1-A Sakagami Touma 0 mati mati mati mati mati mati mati mati


“Ya ampun, aku berusaha sangat keras dan cuma dapat peringkat 6! Tiga besar memang mustahil.”

“Aneh… Eh, peringkat tiga? Tidak mungkin~~!?”

Dihadapkan dengan hasil yang mengejutkan baik dan buruk berurutan, keduanya terkejut. Reaksi kakak beradik itu ternyata berlawanan. Segera, tatapan mereka tertuju ke tempat yang sama.

“Ngomong-ngomong, berhasil mendapatkan tempat pertama… Itu luar biasa. Tidak ada otak biasa yang bisa mendapatkan nilai sempurna 1000, kan?”

“Renko-san, kau luar biasa~! Seperti yang diharapkan dari istri Onii-chan!”

“Seperti yang kubilang, dia bukan istriku–”

“Foosh–”

“Dibandingkan dengannya…”

“_____”

Mendapatkan tatapan jijik Ayaka, Eiri masih menatap hasilnya sendiri dengan mata hampa.

Peringkat tiga puluh dua dari tiga puluh tiga siswa. Dengan total nilai 305 setelah ke semua sepuluh mata pelajaran diakumulasikan.

Jumlah kata “mati” yang ditulis di samping total nilai adalah jumlah mata pelajaran yang gagal.

“Hawawa. Eiri-chan, s-s-s-s-s-s-siapa yang tahu apa yang akan terjadi padanya…?”

Berhasil mendapatkan hasil rata-rata, Maina berkomentar dengan wajah penuh kecemasan.

Sebelum ujian akhir, wali kelas mengatakan hal berikut:

“Jangan mengira kalian akan lolos begitu saja dengan kertas ujian bertanda merah seluruhnya.”

…Jadi karena itulah, tidak ada yang bisa menebak apakah dia akan baik-baik saja atau tidak.

Sekolah Rehabilitasi Purgatorium adalah lembaga pendidikan yang mengkhususkan diri dalam mengajar para narapidana pembunuhan sebagai siswa. Itu di luar perkiraan akal sehat.

Tindakan yang diambil mungkin benar-benar kejam, dia akan dibunuh–Hampir bisa dipastikan bahwa Eiri akan menjadi tumbal berdarah karena banyaknya mata pelajaran yang gagal.

“E-Eiri–”

“Maaf.”

Saat Kyousuke merasa harus mencoba untuk berbicara dengannya, Eiri meminta maaf.

Akhirnya kembali sadar dari keadaan putus asa itu, dia menyapu pandangannya ke arah semua orang–

“Maaf… Sepertinya hidupku berakhir di sini. Semuanya, terima kasih telah menjagaku selama ini. Meskipun baru empat bulan sejak aku mulai bersekolah di sini, itu cukup menyenangkan. Aku sangat senang bahwa aku bisa menghabiskan waktuku bersama kalian. Aku sungguh bersyukur. Kalau begitu sudah waktunya untuk berpamitan… Hiduplah dengan baik, untuk diriku juga. Kalian harus lulus dengan selamat, oke? Aku akan mendukung kalian dari akhirat.”

Eiri tersenyum dengan sangat putus asa.

“ “ “…………” ” ”

Senyumnya memilukan. Tidak ada seorang pun disana yang tahu bagaimana harus bereaksi.

“–Oke, waktunya pergi.”

Dengan lembut mendorong Renko yang memeluk tangannya sendiri tanpa bergerak, Eiri mengambil tas sekolahnya yang jatuh.

Kemudian dengan nada suara yang sangat tidak wajar dan menyegarkan, dia berkata:

“Berdiri di sini seperti patung bukanlah solusi. Sebaiknya kita segera kembali ke kelas, kan? Kita harus menikmati waktu dengan benar sampai ke detik terakhir! Sebelum musim panas tiba, aku ingin membuat beberapa kenangan indah… Saat pelajaran tambahan dimulai, aku tidak akan memiliki apapun yang tersisa kecuali hidup menyakitkan yang bahkan lebih buruk dari kematian! Aha… Ahahahahahahaha… Ahahahahahahahahahahahahaha!”

Seluruh tubuhnya tertawa terbahak-bahak tanpa kilauan cahaya di mata merah karatnya. Tidak kuat menghadapi penampilan menyedihkan Eiri secara langsung, Kyousuke tidak punya pilihan selain memalingkan wajahnya.

“…Bukankah kita berjanji bahwa tidak ada satu pun di antara kita yang akan mati?”

“Eiri-san sudah rusak…” kata Ayaka sambil gemetar, sedangkan Maina berkata “E-Eiri-chan…”, tidak mampu menahan banyaknya air matanya. Di sisi lain, Renko ambruk hingga duduk di lantai.

“Hmm-hmm-h~mm♪”

Melupakan rombongan Kyousuke, Eiri berjalan ke ruang kelas sendirian, menyenandungkan lagu sambil berjalan melompat dengan langkah kaki ringan, mengecil di kejauhan. Melihat punggungnya, Kyousuke benar-benar tidak tahu harus berkata apa.

× × ×


Sepulang sekolah…

Di ruang kelas yang hampir sepi, Kyousuke dan teman-temannya masih sangat mengkhawatirkan Eiri.

“Gadis itu, apakah dia benar-benar akan selamat…?”

Kyousuke bertanya-tanya dalam diam sambil melihat ke langit dibalik jeruji jendela. Setelah apa yang terjadi di papan pengumuman, Eiri telah menerima kertas ujiannya kembali di kelas. Dia bertingkah riang sepanjang waktu.

Selain Etika, dia telah gagal dalam semua mata pelajaran. Nilai sampah Eiri berada di urutan kedua setelah Mohican. Guru wali kelas Kurumiya terus memarahinya dengan tumpukan hinaan termasuk “idiot”, “autis”, “cacat mental”, “aib Kelas 1-A”, “dada rata”, “tetek dan otak selevel bocah SD”, “Payudara di Triple A, Nilai di F”, “matilah!” dll tapi Eiri terus tersenyum. Rasanya sangat tidak nyaman hingga Kurumiya bahkan tidak bisa mencaci maki lagi, tetap diam sampai jam pelajaran pagi berakhir.

Tapi tentu saja, Kurumiya tidak akan membiarkan semuanya berakhir begitu saja…

‘–Akabane Eiri, pergilah kemari sekarang!’

Ketika Jam Pelajaran ke-5 berakhir, Kurumiya mencengkeram bagian belakang leher Eiri dan menyeretnya dengan paksa ke ruang guru.

Bahkan setelah satu jam berlalu sejak Eiri diculik, mereka tidak kembali.

Kyousuke sangat khawatir atas apa yang mungkin terjadi pada Eiri setelah dia dibawa pergi. Melihat Kyousuke mondar-mandir di dalam kelas membuat Renko menghela nafas “shuko–”

“Jangan khawatir. Tenanglah, Kyousuke.”

“Dia benar. Kamu harus tenang, Onii-chan.”

Kedua gadis itu mengucapkan permintaan yang sama pada waktu yang sama. Mereka tampaknya telah mendiskusikan sesuatu bersama dengan minat yang besar sejak tadi. Memutar kursinya untuk menghadap Renko di belakangnya, Ayaka telah menulis tanpa henti di buku catatannya.

“Belanja, karaoke, taman hiburan, akuarium, kebun binatang, video arcade, maid cafe, barbekyu, bioskop, museum, festival musim panas, berenang di pantai, mengunjungi obral doujinshi, konvensi masker gas… Adakah tempat lain yang ingin kau kunjungi, Renko-san?”

“Coba kupikir, hmm~ …Ah, aku sangat ingin menghadiri festival musik musim panas! SUMPANI! Kudengar band misterius ‘AND MORE’ yang selalu batal tampil di menit-menit terakhir akhirnya akan tampil beneran tahun ini.”

“Eh, benarkah!? Tapi tiketnya sudah terjual habis kan?”

“Jangan khawatir, Ayaka-chan. Aku punya koneksi.”

“Koneksi!? Tidak mungkin, kau…”

“Foosh–Itu benar. Aku tidak bermaksud menyembunyikannya lagi. Sebenarnya, aku adalah GMK48–”

“Kau calo!?”

“Tentu saja tidak!”

“…Kalian berdua, apa sih yang kalian bicarakan tanpa henti dari tadi?”

“Kami sedang merencanakan rencana perjalanan kami untuk liburan musim panas, Onii-chan.”

“Kami sedang membicarakan tentang rencana kencan.”

“Kencan!?”

Suara seseorang terdengar sangat emosional.

Maina mengikuti dan berteriak “ehhhhhhhhhhhh!?”, hampir jatuh dari kursinya.

“Ya. Ayaka dan Renko-san akan mendapat izin pembebasan bersyarat karena ujian akhir kami berada di tiga besar tahun angkatan, kan? Jadi, karena ini kesempatan langka, perlu untuk mendiskusikan rencana terlebih dahulu tentang apa yang selanjutnya–”

“Dengan kata lain, kami perlu memutuskan akan pergi bersenang-senang ke mana. Kami bisa memasukkan begitu banyak rencana untuk liburan selama seminggu. Kami bisa pergi kemanapun kami mau!”

“Ya! Meski saying sekali Onii-chan tidak bisa pergi… Tapi kencan dengan Renko-san rasanya ide yang bagus juga. Ehehe. Tidak sabar untuk datangnya libur musim panas~”

“Benar, aku benar-benar tidak sabar~Cepat, cepat dan tibalah, liburan musim panas!”

“Hei, tunggu dulu.”

Kedua gadis itu sedang ngumpul di dekat meja ketika mereka mendengar suara bantingan! Sebuah telapak tangan telah mendarat di atas meja.

“Aku tidak ingat pernah menyetujui rencana semacam itu, lho?”

“ “Eh?” ”

Ayaka dan Renko melihat ke arah Kyousuke satu demi satu.

“Kenapa perlu izin darimu?”

“Benar sekali. Sekolah-lah yang memiliki kewenangan untuk memberikan izin, kan? Bukan kamu.”

“Eh?”

Terkena serangan balik secara tidak terduga, Kyousuke merasa seluruh semangatnya berkurang setengah.

Pada saat ini, seseorang menusuk dan memutar bilahnya.

“Onii-chan berharap kalau Ayaka bisa belajar mandiri darimu, kan? Kalau begitu, Onii-chan perlu belajar berpisah dari Ayaka dan mandiri dulu!”

“Aku tahu kau seorang siscon tapi bukankah kau terlalu banyak ikut campur? Melakukan hal semacam ini hanya akan membuat dunia Ayaka-chan semakin sempit, lho?”

“Tidak, tunggu, maksudku adalah–”

“Mungkinkah kamu tidak mempercayai Renko-san sebagai seorang pribadi, Onii-chan? Apakah kamu khawatir tentang Ayaka yang menghabiskan waktu sendirian dengannya? Kamu tidak mungkin masih berpikir untuk mengatakan hal seperti itu, bukan?”

“Foosh–Jangan katakan itu, Ayaka-chan… Kyousuke berharap agar kamu bisa ‘akrab dengan damai sama semuanya’ jadi dia tidak akan mengatakan sesuatu yang begitu egois, kan?”

“Ugh–”

Dipukul di tempat yang perih, pandangan Kyousuke mulai melayang.

Kemudian dia memaksa dirinya untuk mengucapkan kalimat berikut:

“T-Tapi… Ada itu. Eiri dalam masalah besar sekarang, mana rasa cinta kalian pada teman sekelas jika kalian berdua bersenang-senang sendiri? Kalian sama sekali tidak mengkhawatirkannya?”

“Kami khawatir, tapi bagaimana mungkin khawatir saja bisa membantu? Gagal dalam ujian adalah tanggung jawab Eiri-san sendiri.”

“Ya. Rasakan itu! Memang benar dia gagal ujian tapi menurutku dia tidak akan mati karena itu. Kamu dan Maina terlalu khawatir. Dengan Eiri menghadapi begitu banyak kesulitan, kita harus menikmati waktu kita sendiri demi dirinya juga–Jadi begitulah. Kemana kita harus pergi?”

“…Tidak ada dari kalian yang mendengarkan sama sekali.”

Entah itu Renko atau Ayaka, keduanya tampak sangat terobsesi dengan kencan pembebasan bersyarat.

Sebanyak apa pun Kyousuke mempercayai Renko, dia juga adalah seorang pembunuh massal. Dia sangat tidak mau membiarkan adik kandungnya menghabiskan satu minggu sendirian di bawah tatapan orang seperti itu.

Dipaksa untuk mengkhawatirkan hal lain selain Eiri, Kyousuke merasa sangat lelah.

Dengan pengawas kustodian yang mengikuti mereka selama pembebasan bersyarat, tidak ada hal besar yang akan terjadi, kan…?

“Ah!?”

Maina tiba-tiba berdiri dari kursinya.

Pintu di depan kelas terbuka dan seorang siswa masuk.

“Eiri, apa kamu baik-baik saja!?”

“Eiri-chaaaaaaaaaan! Apakah kamu terluka–zukooooooooooo!?”

“Kyah!?”

Saat berlari, Maina terpeleset dan jatuh. Eiri buru-buru menghindari tackle itu. Suara benturan yang sangat keras terdengar di koridor.

“Y-Ya … Aku baik-baik saja. Sebaliknya, apa kamu baik-baik saja, Maina?”

“Ha-owwww~ M-Mwaaf…”

Eiri melihat dengan kaget pada Maina yang memegangi kepalanya yang terbentur.

Eiri tampak seperti kembali normal. Tidak ada keceriaan yang tidak wajar seperti sebelumnya. Dan juga tidak ada tanda-tanda tubuhnya mendapatkan disiplin dari Kurumiya. Semua bagian tubuhnya terpasang dengan sempurna pada tempatnya masing-masing.

Kyousuke berlari setelah Maina dan mulai memastikan keselamatan Eiri.

“Hei Eiri, apakah si jalang Kurumiya itu, umm… Apakah dia melakukan sesuatu padamu?”

“Tidak juga. Tapi–”

Pandangan Eiri beralih dari rombongan Kyousuke…

“Aku dibebaskan dari remedial dan pelajaran tambahan.

“ “ “ “…Eh?” ” ” ”

Eiri berbicara dengan suara kecil sementara yang lainnya membuat suara bingung. Renko dan Ayaka menghentikan diskusi mereka dan memandang Eiri berurutan.

Eiri terlihat sangat kesal. Kyousuke bertanya padanya:

“Dibebaskan dari keduanya… Benarkah?”

“Ya. Aku tidak perlu mengambil pelajaran tambahan dan mengikuti remedial selama liburan musim panas sekarang, tapi sebagai gantinya, dia memberikan banyak PR untuk kukerjakan.”

“Oh, bukankah itu bagus? Hasil terburuk telah dihindari!”

“Hawa~ A-Aku sangat lega… Selamat, Eiri-chan!”

“Mm-hmm. Ini kabar baik, tidak diragukan lagi, tapi sungguh tidak biasa. Untuk berpikir bahwa Kurumiya-san akan menawarkan keringanan dengan begitu mudahnya.”

“Mungkinkah dia merasa kasihan karena hasilnya sangat tragis? Atau apakah kau menjual diri?”

“…Huh? Bagaimana mungkin aku bisa menjual diri?”

Eiri melirik dengan kelopak mata yang setengah tertutup.

Pertama dia melihat rombongan Kyousuke kemudian dia mengibaskan rambutnya dan berkata:

Sebenarnya, aku diperintahkan untuk kembali ke rumah lamaku.

–Eiri melontarkan kata-kata ini dengan jijik.

Kyousuke, Maina dan Renko, mereka bertiga berkata “EH!?” pada waktu yang bersamaan.

“Rumah lama… Maksudmu rumah lama yang itu? Bukankah mereka sudah memutuskan hubungan denganmu?”

“Aku juga berpikir begitu. Dari apa yang Kurumiya katakan, sepertinya mereka telah mengawasi situasiku… Sungguh sial. Aku lebih memilih mengikuti pelajaran tambahan.”

“Hawawa. Itu seharusnya sesuatu yang penting jika mereka memintamu kembali, kan?”

“Hmm. Kudengar mereka ‘ingin melihat wajahku.’ Siapa tahu…? Pokoknya, ini sangat mencurigakan. Aku tidak percaya mereka sampai menekan sekolah untuk memaksaku kembali.”

“…Rumah Eiri-san terdengar sangat berbahaya? Apakah mereka yakuza atau semacamnya?”

Dari semua orang di rombongan itu, Ayaka adalah orang yang paling tidak tahu tentang latar belakang Eiri. Dia memiringkan kepalanya dengan bingung.

Sambil tersenyum kecut, Eiri berkata “tidak” dan menjelaskan:

“Setiap generasi di keluargaku telah menjadikan pembunuhan sebagai pekerjaan mereka. Yakuza masih sedikit lebih baik. Semua kerabatku adalah assassin, semuanya pernah membunuh sebelumnya.”

“Eh!? Apa? Kedengarannya sangat menakutkan…”

Ayaka ketakutan setelah mengetahui rahasianya, mundur sepenuhnya.

Renko berkata “foosh–” dan tertawa.

“Jangan khawatir, Ayaka-chan. Eiri tidak bisa membunuh orang. Seperti kamu dan Kyousuke, jumlah korbannya adalah nol besar. Meskipun di atas kertas, klaimnya adalah enam pembunuhan, tapi itu saja.”

“Ehhhhh!? J-Jadi begitu…”

Ayaka memeriksa Eiri dengan cermat. Bergumam “seperti Ayaka” pada dirinya sendiri, lalu cemberut, dia mengomel “…itu jelas merusak pasangan yang serasi.”

Di sisi lain, Eiri mengangkat bahu.

“…Pokoknya, itu saja. Saat aku berkunjung ke rumah selama liburan musim panas, aku tidak akan bisa mengambil pelajaran tambahan. Oh benar, satu hal lagi–”

Detik berikutnya, nada suara Eiri berubah.

Tajam seperti pedang, mata merah karatnya menatap lurus ke arah Kyousuke.

–Lalu dia berbicara:

“Selain aku, mereka juga ingin orang lain pergi bersamaku… Orang itu adalah kamu, Kyousuke.”


Catatan dan Referensi Penerjemah

Mungkin juga menjelaskan permainan kata/arti tambahan dalam kanji: Hikawa Renko (氷 河 煉 子): hikawa berarti “gletser” (mungkin referensi untuk mata biru es atau rambut peraknya) sedangkan “ren” pada Renko sama dengan Purgatory / Api Penyucian (煉獄/rengoku)

Saotome Shinji (早 乙 女 紳士): saotome, nama keluarga yang umum, berarti “gadis penanam padi” atau hanya “gadis muda” sedangkan cara penulisan shinji ini berarti “gentleman.”

Kamiya Ayaka (神 谷 綾 花): kamiya berarti “lembah dewa”.

Akutsu Mari (阿久津 真理): mari berarti “kebenaran” tapi tidak tahu nama siapa ini.

Gouriki Ayame (剛力殺女): gouriki berarti “kekuatan kasar” sedangkan ayame berarti “wanita pembunuh”, apakah ini nama asli Bob?

Kamiya Kyousuke (神谷京輔): karakter suke berarti “menolong” atau “membantu”, mungkin mengacu pada sifat Kyousuke yang suka menolong?

Igarashi Maina (五十嵐舞那): igarashi berarti “lima puluh badai” sedangkan mai berarti “menari.”

Andou Chihiro (安藤 千尋): nama yang cukup standar, tidak ada sesuatu yang berhubungan dengan kanibal terlintas di pikiran.

Akabane Eiri (赤羽鋭利): akabane berarti “sayap merah” sedangkan eiri berarti “tajam.”

Sakagami Touma (逆 神 闘 真): sakagami berarti “melengserkan dewa” atau mungkin “menentang dewa” sedangkan tou berarti “pertarungan/pertempuran” dan ma berarti “kebenaran/benar.”

SUMMER PANIC, mengacu pada SUMMER SONIC, festival rock tahunan.

 

Back - Daftar Isi - Next