[LN] Psycho Love Comedy Volume 3 Chapter 5 Bahasa Indonesia
Pertanyaan 5 – Serenade Kegilaan / “Farewell, Jane Doe?”
Kamiya Ayaka
T: Apa target peringkatmu untuk ujian akhir?
J: Peringkat Satu. Ayaka tidak akan kalah dari orang-orang bodoh yang sakit jiwa!
T: Mata pelajaran yang paling dan tidak paling dikuasai?
J: Baik di semua mata pelajaran. Tidak ada mata pelajaran yang tidak dikuasai. Oh, tapi pelajaran Etika agak sulit dimengerti…
T: Apa yang akan kau lakukan jika kau diberikan pembebasan bersyarat?
J: Waktu mesra berduaan dengan Onii-chan! Ayaka tidak ingin ada orang yang menghalangi, jadi, kamar Ayaka… Ehehe.
T: Harap kerahkan semangatmu dan buat pernyataan ujianmu!
J: Lakukanlah yang terbaik, Onii-chan! Dapatkan pembebasan bersyarat bersama dengan Ayaka sehingga Ayaka bisa memenjarakanmu, oke?
“…Tidak ketemu. Sial, kemana dia lari?”
“Aku juga tidak bisa menemukannya. Aku bahkan sudah memeriksa Taman Api Penyucian…”
“Hoo… Kemana dia pergi? Ayaka-chan…”
“Lagipula lingkungan sekolah ini cukup besar. Jika dia benar-benar ingin bersembunyi, akan sangat sulit untuk menemukannya.”
Sepulang sekolah, Kyousuke dan teman-temannya sedang melakukan pencarian di dalam sekolah, tanpa melewatkan setiap tempat.
Kira-kira tiga jam telah berlalu sejak Ayaka kabur. Dia tidak kembali pada akhir istirahat makan siang dan melewatkan jam pelajaran ke-4 dan ke-5 tanpa alasan. Meskipun Kyousuke khawatir tentang hukuman yang akan didapatnya, saat ini, masalah yang lebih berbahaya adalah kondisi mental Ayaka.
Hati Kyousuke perih tanpa ampun oleh kecemasan dan penyesalan.
“Ini salahku… Karena aku berteriak padanya, dia menerima pukulan berat… Sial! Jika sesuatu terjadi padanya, aku–”
Kyousuke mau tidak mau meninju lemari pembersih di depannya.
Dengan suara penghancur yang hebat, pintu baja itu roboh, rusak.
Sebuah tangan yang dingin diletakkan di atas tinju Kyousuke yang gemetar.
“…Tenanglah. Aku tahu kau sangat emosional, tapi ada hal-hal yang perlu kau lakukan sekarang, bukan? Jangan kehilangan ketenanganmu.”
Berbicara kepada Kyousuke, Eiri menurunkan tatapan sedihnya.
Tidak peduli siapa yang benar dan salah, Eiri adalah alasan kenapa Kyouske memarahi Ayaka. Mungkin itulah sebabnya Eiri merasa bersalah. Pikiran dan perasaannya tersampaikan melalui caranya yang menggigit bibir dengan kuat.
“…Ya, kau benar. Kau benar… Kita tidak boleh mulai meratapi ini dan menyalahkan. Aku harus tenang. Aku harus tenang dan mencari Ayaka dengan benar.”
Kyousuke mengendurkan tinjunya dan mengubah suasana hatinya.
“Ya. Kita telah mencari kemana-mana apa pun yang terlihat, jadi yang tersisa hanyalah–”
“Bagian gedung sekolah baru? Shuko… Tempat itu benar-benar telah menjamu kita dengan baik akhir-akhir ini. Jika dia menyelinap ke sana secara diam-diam saat pelajaran sedang berlangsung, dia mungkin sedang bersembunyi di salah satu bilik WC sekarang. Masih ada tempat untuk diperiksa, apa kita semua akan pergi bersama?”
“Ayo kita lakukan. Kita bisa meminta bantuan Syamaya-senpai…”
Syamaya mungkin menerima disiplin selama istirahat makan siang, jadi sekarang mungkin saat yang tidak tepat. Terlebih lagi, rasanya terlalu egois untuk memintanya membantu Ayaka sesaat setelah konfliknya dengan Ayaka sebelumnya.
“Syamaya-chan huh… Foosh. Serahkan saja situasi seperti ini padaku! Bahkan jika dia tidak mau, aku akan membuatnya tunduk. Aku akan bermain-main dengannya sampai dia pingsan.”
“…Kamu benar-benar tanpa ampun dengan Syamaya-senpai.”
Mengerikan. Kyousuke mengungkapkan simpatinya. Maina berkata “umm umm” dan berbicara:
“Seperti Syamaya-senpai, semua siswa kelas dua mengambil kurikulum pembunuh profesional, kan? Apa yang akan kita lakukan jika mereka menargetkan kita…”
“Apa, jangan khawatir! Bukankah kita memiliki dua pembunuh yang sangat terampil di pihak kita juga? Payudara raksasa ditambah dada rata. Selama kalian memiliki aku dan Eiri sebagai kombo bergelombang yang tidak rata, tidak ada yang perlu ditakutkan!”
“Ya, itu benar. Jika kalian mengalami bahaya, tinggalkan saja wanita jalang ini dan lari.”
“Ehhhhhhh!? Sangat jahat, Eiri! Aku tidak percaya kau memperlakukanku sebagai perisai daging… Jika aku tertangkap, siapa yang tahu apa yang akan mereka lakukan padaku. Apakah kita akan mendapatkan sekolah gang ● setelah sekolah penjara terbuka terakhir kali? Tidak mungkin! Tubuhku tidak akan bisa menerimanya! Tapi jika kita melakukannya, aku akan berusaha keras untuk mengulur waktu…”
“……Hei. Berhentilah mengatakan omong kosong. Cepatlah cari.”
Kyousuke terkejut dengan kelakar yang benar-benar santai itu saat dia berjalan.
Tapi berkat gadis-gadis ini, hatinya terisi kembali dengan kekuatan.
Mungkin Renko mencoba membuat mereka sedikit lebih rileks dengan sengaja bertingkah konyol.
Eiri berjalan berdampingan dengan Kyousuke, sementara Maina dan Renko mengikuti mereka.
Segera, saat loker sepatu mulai terlihat—
“………….Oh.”
Seorang siswa kebetulan memasuki gedung sekolah. Kelompok Kyousuke menghentikan langkah mereka.
Rambut twintail hitam diikat menggunakan pita kotak-kotak. Tubuh kurus.
Lengannya membawa sesuatu yang dibungkus.
“…………Oh.”
Melihat kelompok Kyousuke, gadis itu melebarkan matanya.
Ekspresinya menunjukkan keterkejutan pada reuni yang tidak terduga itu, lalu langsung berubah menjadi senyuman.
“ “Akhirnya ketemu!” ”
Kyousuke dan gadis itu–Ayaka–berbicara pada saat yang sama, suara mereka tumpang tindih.
Namun, mata Ayaka tidak melihat ke arah Kyousuke.
“Kusukusu. Ketemu, ya… para babi betina kotor.”
–Dia sedang melihat ke arah Renko, Eiri dan Maina. Mata hitam Ayaka kehilangan kilaunya sementara bibirnya melengkung kegirangan.
Seketika itu juga, Ayaka membuka bungkusan itu.
Sebelum semua orang bisa bereaksi, dia menyiapkan benda di tangannya.
Benda berbentuk batang sepanjang hampir satu meter.
“Awas, semuanya!”
Renko menjerit terkejut.
Segera, dentuman menggelegar mengguncang gendang telinga mereka.
× × ×
“…Eh?”
Sebuah suara turun di tengah kesunyian.
Dengan mata melebar ke tingkat yang luar biasa, Maina jatuh tertelungkup.
“…Apa… itu?”
Suara Maina gemetar. Sebuah lubang besar terobek di koridor di belakangnya.
Dalam sekejap mata, kerusakan ini telah terjadi di posisi kepala Maina dan dada Eiri sebelumnya.
Di depan Maina, Eiri telah menekan punggungnya ke dinding. Di samping Eiri, Kyousuke membeku dan terpaku di tempat. Di belakangnya, Renko sedang menarik tangan Kyousuke, berdiri dengan kaku.
“ “ “……” ” ”
Dengan gerakan kaku, semua orang mengalihkan pandangan mereka dari keadaan tembok.
Pemandangan di depan mata mereka benar-benar terasa tidak nyata dan tidak masuk akal.
–Sebuah shotgun.
Hitam dan coklat, dua warna, tersusun dari potongan logam.
Asap putih mengepul dari moncong senjata, mengarah ke atas karena tolak balik-nya.
“Ya ampun~ Sayang sekali, itu meleset. Dan Ayaka mengira itu sudah dibidik dengan baik.”
Memegang shotgun dengan kedua tangan, Ayaka cemberut. Yang tergeletak di dekat kakinya adalah kain yang digunakan untuk menyembunyikan senjata mematikan itu, sementara selongsong peluru berwarna merah sedang bergulir di sana.
“…………..Huh?”
Dia telah menembak. Dihadapkan dengan situasi yang tidak bisa dimengerti, pikiran Kyousuke tidak bisa mengikuti.
Tapi Ayaka tersenyum cerah.
“Bertahanlah sedikit lagi, oke? Onii-chan. Ayaka sedang menyelamatkanmu sekarang… Dengan melenyapkan para babi betina kotor ini sepenuhnya! Ayaka akan menyelamatkan Onii-chan. Setelah ini selesai, Onii-chan pasti akan berubah kembali ke Onii-chan yang asli, kan? Kamu akan bisa berbaikan dengan Ayaka, kan?”
“A-Ayaka… Apa, yang kau bicarakan–”
“Masa Bodo! Ayaka tahu kalau Onii-chan sedang tidak normal sekarang… Jadi kamu tidak akan mengerti. Jadi Ayaka akan memusnahkan mereka dulu, oke? Simpan saja pembicaraannya untuk nanti. Masih ada delapan tembakan tersisa, jadi tunggulah Ayaka! –Pertama-tama, Lic-chan.”
Ayaka menghapus senyumnya dan menoleh ke arah Maina, membidik dengan satu mata.
Menempatkan senjata api itu dengan pas di bahunya, dia membidik. Postur Ayaka memegang shotgun sudah terlatih dengan baik sampai ke tingkat yang tidak wajar.
“Eeek!?” Maina gemetar karena ketakutan.
Ayaka mengejek Maina yang tidak bisa bergerak karena ketakutan.
“Kusukusu. Sungguh tidak sedap dipandang, Lic-chan… Kau terlalu takut. Wajahmu terlihat mengerikan, lho? Tapi tidak masalah. Ayaka akan membantu melenyapkannya untukmu segera! Bersama dengan rasa takut, kepala akan meledak terbang, menghilang dari dunia ini!!! Biarkan aku mengubahmu menjadi ayakan lengket, hingga bahkan wajahmu tidak dapat dikenali… Aha, ahahahahahahahahhahaha… Ahaha, ahahahahahahahahahahahahahahaha!”
Sambil berjalan, Ayaka tidak bisa menahan tawa gilanya.
Ledakan tawa gila ini seperti seorang psikopat sepenuhnya. Menatap Ayaka yang tertawa tanpa henti, Maina bergumam “Ayaka-chan, tung…”
“–Kenapa?”
Kemudian Ayaka berhenti tertawa gila dan langsung menunjukkan ekspresi pnuh pengertian.
Tatapan kosongnya tidak menunjukkan emosi apapun.
“Karena, kalian para babi betina–”
Ayaka menurunkan shotgunnya dan mengambil nafas dalam-dalam.
“Telah mengotori Onii-chaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan!”
“ “ “ “……!?” ” ” ”
Raungan histerisnya mengguncang udara, mengguncang Kyousuke dan yang lainnya hingga ke dalam hatinya.
Saat Kyousuke berpikir bahwa raungan itu akan terus berlanjut, Ayaka diam-diam melihat ke bawah.
“Menyihir Onii-chan dengan mulut kotor kalian… membuat Onii-chan tidak normal. Onii-chan jelas-jelas merupakan harta Ayaka… Jelas sekali satu-satunya harta Ayaka, yang tak tergantikan dan penting. Tapi kalian para jalang menggunakan tangan kotor kalian untuk menyentuh dan mengotori dia… Menodainya. Itulah sebabnya, itulah sebabnya–”
Setelah serpihan-serpihan bisikan itu, dia mendongak dan tersenyum.
Sambil mengusap shotgun-nya, dia tertawa “kusukusu.”
“Ayaka akan melenyapkan kalian! Untuk menghentikan Onii-chan menjadi semakin kotor, Ayaka akan melenyapkan kalian… dari dunia Ayaka dan Onii-chan.”
Membuat pernyataannya, dia kembali ke ekspresi serius dan menyiapkan shotgun-nya.
Mata gelapnya yang kosong menangkap sasaran yang sama dengan senjata apinya.
“Eeek…” Maina menahan napas.
Pembidiknya diarahkan ke dahi Maina. Saat Ayaka baru saja akan menekan pelatuknya…
“Tahan, tahan dulu!”
Seketika, sesosok tubuh bergegas masuk di antara Maina dan shotgun itu.
Dihadapkan dengan orang yang berdiri di depannya dengan tangan terentang, Ayaka mengerutkan kening dalam-dalam.
“…Jangan menghalangi, Onii-chan.”
“Apa yang kau lakukan?”
“Eh?”
“Apa yang kau lakukan!?”
Mengabaikan Ayaka, Kyousuke bertanya dengan tegas.
“…Muu.” Ayaka cemberut dan menjauhkan wajahnya dari senjata api.
“Ayaka sudah bilang kan! Para jalang ini akan mengotori Onii-chan. Jadi mereka harus dibunuh dan dimusnahkan. Dengan begitu Onii-chan tidak perlu khawatir akan terkontaminasi, oke?”
“Bukan itu yang aku tanyakan!”
“…………..!?”
Diteriaki, Ayaka terintimidasi.
Saat Ayaka bergumam “M-Meneriaki Ayaka lagi…” dan hampir menangis, Kyousuke mengambil langkah maju ke arahnya.
“…Bukankah kamu bilang kalau kamu tidak ingin melakukan hal semacam ini, bahwa kamu tidak ingin membunuh orang lagi? Bukankah kamu bilang bahwa membunuh itu menakutkan dan kamu membencinya! Apakah semua itu bohong!?”
“Tidak bohong. Ayaka tidak berbohong!”
“Lalu kenapa–”
“…Onii-chan, Ayaka tidak suka membunuh. Ayaka juga takut membunuh dan benci membunuh, oke? Tapi di dunia ini, ada kalanya kamu harus melakukan sesuatu tidak peduli seberapa enggannya dirimu! Sekarang adalah waktunya bagi Ayaka. Babi-babi betina itu harus dibunuh tidak peduli apapun yang terjadi dan mereka ada tepat di depan mata Ayaka!”
“Babi betina… Apakah… kamu benar-benar sebegitunya membenci mereka!?”
“Mereka mengotori Onii-chan.”
“Huh? Apa-apaan yang sebenarnya kau bicarakan…? Aku benar-benar tidak kotor sama sekali.”
“Tidak. Kamu kotor.”
“….Dimana?”
“Di sana.”
“Di mana itu!?”
Kyousuke mengacak-acak rambutnya dengan kasar. Saat ini, keduanya dipisahkan oleh jarak sekitar sepuluh meter atau lebih. Ayaka belum mengarahkan shotgun-nya. Kyousuke ragu-ragu apakah dia harus bergerak.
Kyousuke ingin meyakinkannya dengan kata-kata tapi dia benar-benar tidak bisa mengerti apa yang dipikirkan oleh Ayaka yang berharga baginya.
Merasa sangat menyesal tentang ini, Kyousuke mengertakkan gigi.
Ayaka menghela nafas dalam-dalam.
“Fiuuh~~ Ya, ini benar-benar tidak baik. Kamu tidak sadar bahwa kamu sedang sakit, sangat sakit… Ini sangat buruk. Akar dari penyakit itu perlu disingkirkan secepat mungkin. Tidak ada waktu lagi! Jadi, Onii-chan–Minggirlah?”
“……”
“Hah? Apa kamu tidak mendengar Ayaka? Minggirlah.”
“Ayaka–”
“Hentikan omong kosongmu, MINGGIRLAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAH!”
Ayaka mengancam dan menembakkan shotgun-nya.
Saat moncongnya mengkilat, Kyousuke mendengar ledakan yang memekakkan telinga.
“Kyah!?”
Jeritan dan suara pecahan kaca.
Letusan shotgun itu telah mengenai suatu tempat yang hanya berjarak beberapa sentimeter dari lokasi Eiri.
Ayaka mengeluarkan selongsong peluru dengan asap putih yang keluar dari ruang peluru dan me-reload tembakan berikutnya.
Menurunkan laras setelah reload yang dilakukan saat tolak balik, Ayaka memiringkan kepalanya.
“…Hei. Kenapa kamu tidak mau mendengarkan Ayaka? Onii-chan tidak berada di pihak Ayaka lagi? Kamu tidak lagi peduli apapun yang terjadi? Hei, kenapa?”
Tanpa melihat pada jendela yang pecah sama sekali, Ayaka menatap lurus ke arah Kyousuke.
Tidak ada cahaya di matanya.
Mata hitam pekat mengingatkan Kyousuke pada mata serangga, memantulkan segalanya, menolak segalanya.
Orang yang dulunya berdiri paling dekat dengannya sekarang menjadi sangat jauh.
“Hiks hiks… Aneh sekali. Aneh sekali. Ayaka sudah memohon pada Onii-chan seperti ini, tapi kenapa… Kenapa kamu tidak mau mendengarkan Ayaka? Onii-chan tidak mau menerima niat baik Ayaka? Hiks hiks hiks… Kamu sudah dikotori, seperti yang diduga. Tubuh dan jiwamu telah diracuni, ditipu oleh para jalang itu… Hiks hiks hiks. Benar-benar, tak termaafkan…”
Ayaka bergumam pelan, mengertakkan giginya. Merasa benar-benar bingung, Kyousuke merasakan gelombang emosi di dalam hatinya tanpa suhu sama sekali, takut.
Perasaan yang hanya sesaat Kyousuke rasakan pada hari pertama Ayaka dipindahkan sekarang melonjak tanpa henti seperti darah yang keluar dari luka yang fatal. Tidak dapat menahan hawa dingin mengerikan yang menyerang seluruh tubuhnya, Kyousuke gemetaran di sekujur tubuhnya.
“Ayaka… Ada apa denganmu…”
Apakah reaksi berlebihan terhadap lingkungan yang dipenuhi oleh para pembunuh, telah mendorong Ayaka hingga bertindak sejauh ini? Demi melihat Kyousuke, sejak awal Ayaka telah memaksa dirinya untuk membunuh orang.
Begitu dia dipindahkan ke sekolah ini, kondisi mental Ayaka sudah berada pada titik kritis…
“…………Tidak.”
Rasa kejanggalan muncul. Kyousuke ingat.
Dalam lingkungan yang tidak normal ini, apakah Ayaka pernah mengatakan sepatah kata pun tentang merasa gelisah?
Apakah dia pernah mengungkapkan rasa takut terhadap siswa-siswa abnormal ini?
–Tidak. Rasanya Ayaka hanya akan mengamuk dan bertingkah keras kepala ketika Renko dan para gadis terlibat. Hal yang sama berlaku untuk saat ini.
Karena gadis-gadis ini, Renko, Eiri dan Maina sedang berkeluyuran di dekat Kyousuke–
“…Tidak mungkin.”
Memikirkan hal ini, Kyousuke akhirnya sadar.
Apa yang membuat Ayaka bereaksi berlebihan bukanlah lingkungan abnormal maupun orang-orang abnormal ini.
Itu hanya ditujukan kepada lawan jenis yang dekat dengan Kyousuke.
“Apa yang membuatmu mejadi seperti ini adalah–”
“AHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!”
Saat dia hendak bertanya, Ayaka tiba-tiba berteriak.
Menggelengkan kepalanya dengan kuat, dia menjerit dan berteriak histeris:
“Tidak baik… Ini tak tertahankan… Onii-chan semacam ini, Ayaka tidak ingin melihatnya! Enyahlah sekarang, cepat… Tolong. Pergilah dari sana, Onii-chan!”
“Tunggu, Ayaka! Aku mohon, tolong dengarkan penjelasanku. Aku tidak yakin apa yang kamu pikirkan, tapi gadis-gadis ini murni hanya teman–”
“Diam! Diam! Diam diam diam, diam!!!! Ayaka tidak ingin mendengar kata-kata dari Onii-chan yang kotor! Hentikan omong kosong itu, dan minggirlah! Minggirlah! Atau, Ayaka akan membunuh Onii-chan juga!”
“Oh, silakan.”
“………..Eh?”
“Daripada membiarkanmu membunuh orang lain, lebih baik aku mati saja. Kumohon… Tenanglah, Ayaka. Jika kamu membunuh seseorang, aku pasti akan hancur. Karena kamu berharga bagiku… Kamu adalah orang yang paling penting di dunia!”
“——”
Kyousuke memohon dengan putus asa, menyebabkan Ayaka dengan tak berdaya menurunkan shotgun-nya.
Bibirnya yang setengah terbuka berbisik “Onii-chan.”
Akhirnya berhasil menyampaikan perasaannya, Kyousuke tersenyum lega.
“…Ya, jadi begitu.”
Ayaka tersenyum pada Kyousuke seolah-olah menanggapi.
Namun, senyuman itu tidak menunjukkan kelegaan atau kegembiraan, melainkan kepasrahan.
“Jadi seperti itu… Sudah tercemar sampai sejauh ini… Hmm, Ayaka mengerti. Ayaka akan mendengarkan Onii-chan dan tidak membunuh orang-orang ini. Sebaliknya–“
Ayaka menyiapkan shotgun yang diturunkannya.
Yang terlihat dalam bidikan senjata api dan matanya adalah…
“Ayaka akan membunuh Onii-chan, oke?”
–Kyousuke.
Menargetkan di antara mata Kyousuke, Ayaka melakukan kontak mata dengannya, berbicara dengan suara yang manis:
“Ayaka akan membunuh Onii-chan dulu lalu bunuh diri… Jika para babi betina itu tidak boleh dilenyapkan, biarkan Onii-chan dan Ayaka saja yang menghilang? Maka itu akan menjadi dunia untuk dua orang. Tidak ada yang akan mengganggu, tidak ada yang akan mengotori Onii-chan. Kusukusu… Ini ide yang bagus. Bukankah kamu setuju, Onii-chan? Ayo kabur dari dunia ini bersama Ayaka, hanya kita berdua! Di dunia itu, kita akan bersama selama-lamanya.”
“…Aya… ka.”
Sambil menyampaikan kata-kata ini, Ayaka menekan pelatuknya tanpa ragu-ragu.
× × ×
Disertai tembakan. Tanpa salah tembak, tembakan mengenai Kyousuke tepat di antara kedua matanya, memercikkan darah dan otak ke semua tempat–Tepat sebelum itu bisa terjadi…
“Kyousuke!”
Eiri langsung bereaksi dan mendorong Kyousuke ke bawah.
Tembakan itu melewati dan menghancurkan tempat dimana kepala Kyousuke berada sebelumnya. Jatuh ke tanah, Maina mencengkeram kepalanya, berkata “Eek!?” sementara punggungnya membentur lantai.
“Uwahhhhhhhhhhhh!”
Renko meraung dan melompat.
Menerjang ke arah Ayaka, dia mencoba memperkecil jarak.
“Jangan menghalangi!!!”
Tapi Renko baru berhasil mencapai setengah jalan ketika Ayaka sudah selesai me-reload pelurunya.
Mengincar Renko, Ayaka menekan pelatuknya.
Tembakan lain meletus.
“Kyah!?”
Renko melompat ke depan secara diagonal untuk menghindari tembakan yang datang, menyesuaikan postur tubuhnya secara langsung tanpa mengendalikan momentum larinya, dia mendekati Ayaka.
Tembakan itu meledakkan lantai linoleum, meninggalkan bekas tembakan di koridor.
“…Ku! Sungguh menyebalkan!”
Meski dikejutkan oleh kelincahan Renko, Ayaka terus beraksi dengan cepat. Pada saat jarak mereka hanya dua meter, dia sudah menyiapkan senjata dan sudah membidik ke arah Renko.
“Shuko!?”
Bermaksud melompat, Renko terintimidasi dan membeku.
Bibir menyeringai Ayaka melengkung saat dia menekan pelatuknya, berniat untuk meledakkan kepala Renko.
“ “……!?” ”
Tapi pelurunya tidak keluar.
–Macet. Ayaka dengan panik mencoba melepaskan selongsong bekas yang gagal dikeluarkan.
“Hunshuko!”
“Kuu!?”
Pada saat ini, Renko menabrakkan tubuhnya pada Ayaka, membuatnya kehilangan keseimbangan dan jatuh ke tanah.
“ “… Ah!?” ”
Shotgun itu terlepas dari tangannya, meluncur di lantai.
Renko segera mengejarnya.
“Kau tidak berhasil!”
“Uhyaaa!?”
Ayaka menangkap Renko dari belakang, menyeretnya jatuh.
Gadis-gadis itu bergulat berputar-putar satu sama lain di lantai. Saat mereka berhenti berputar, Ayaka berada di atas.
“Jangan menghalangi Ayaka, babi!!!!”
Ayaka menampar wajah Renko dengan tangan kanannya.
“Guh… Tidak! Aku akan menghalangi sebanyak yang dibutuhkan!”
Renko menolak dengan paksa, tanpa henti.
Renko memalingkan wajahnya ke depan lagi, menatap Ayaka dan berkata langsung:
“Aku tidak akan membiarkanmu membunuh Kyousuke hanya karena kamu sendiri yang memutuskan bahwa Kyousuke sudah berubah! Jika kau harus membunuh apapun yang terjadi, bunuhlah aku dulu! Gunakanlah segala cara yang kau bisa untuk membunuh–Guho!”
Tanpa menunggu Renko selesai bicara, Ayaka mengayunkan tangan kirinya.
Melihat sisi wajah yang berpaling karena tamparan, Ayaka berkata dengan kejam:
“Luar biasa, Topeng… Ayaka akan memberimu apa yang kau inginkan dan membunuhmu! Pendosa sepertimu akan masuk neraka dan tidak akan pergi ke tempat yang sama dengan Ayaka dan Onii-chan!”
“Omong kosong apa yang kau katakan? Kau juga akan masuk neraka jika kau membunuhku! Tapi Kyousuke akan pergi ke surga! Bahkan jika kalian mati bersama, kalian tidak akan berakhir di tempat yang sama! Sayang sekali, bahkan di akhirat…!”
“Ku… D-Diam! Dasar berisik!!! Jelas-jelas kau hanya babi betina kotor!!!”
Wajahnya memerah, Ayaka mengayunkan tangan kanannya.
Kemudian Renko memalingkan wajahnya untuk menghindar seolah-olah dia telah menunggu-nunggu saat ini.
“Ah–”
Tinju yang meleset menghantam lantai.
Tinju kanan Renko menghantam wajah Ayaka yang terkejut.
“…Pu!?”
Menderita balasan, Ayaka menjadi takut.
Seketika itu juga, tubuh bagian atas Renko bangkit.
“Kaulah yang babi!!”
Menerjang ke arah Ayaka, dia membalikkan posisi mereka. Kali ini, Renko yang duduk di atas tubuh Ayaka.
Meraih bagian depan kemeja Ayaka dengan satu tangan, Renko menarik wajahnya mendekat.
“Jangan mulai berpikir untuk membunuh hanya karena hal sekecil apa pun tidak berjalan sesuai keinginanmu! Seberapa egoisnya dirimu!? Jika kau masih ingin keras kepala, persembahkan tubuhmu terlebih dahulu! Tapi tubuhmu yang lemah mungkin tidak bisa melakukannya. Jika aku babi, maka kau adalah sepotong ayam!”
“–Pufu!?”
Pukulan lurus mendarat di wajah Ayaka.
Menderita pukulan, Ayaka menangis dan memelototi Renko.
“…D-Diam! Kau sudah mengotori Onii-chan, Ayaka tidak akan mengizinkanmu dengan begitu kurang ajarnya menceramahi Ayaka! Tetekmu melorot, dasar sapi perah! Holstein!”
TL Note: Holstein adalah jenis sapi
“Ya ya, masa bodo! Ini tidak akan melorot! Ini sangat buruk bagimu, tapi Kyousuke sangat menyukai payudara! Apa yang kamu tahu tentang Kyousuke!?”
“Kaulah yang tidak tahu tentang Onii-chan! Onii-chan tidak suka payudara yang terlalu besar, dia suka payudara yang indah! Bisakah kau berhenti bertingkah seperti kau tahu segalanya! Bengkak sebanyak ini sama sekali tidak bagus, oke!?”
Ayaka meraih dada Renko dengan kedua tangan.
“Shuko!?” Saat Renko ragu-ragu, Ayaka mendaratkan headbutt padanya. Meskipun Renko terlempar ke belakang, Ayaka meraih limiter-nya. Menarik topengnya, dia meninju.
“Ayaka mengerti! Ayaka mengerti dengan sangat jelas! Ayaka mengerti tentang Onii-chan lebih dari siapapun!!! Kau… Kau hanyalah figuran yang baru saja bertemu Onii-chan baru-baru ini, Ayaka tidak akan kalah darimu! Bagaimana mungkin Ayaka bisa kalah darimu!!! Mati! Mati mati mati, mati!!!”
Dengan kuat, dia memukul dengan tangan kiri dan kanan berulang kali.
Setiap kali dia meninju, Renko akan menatap langsung ke wajah Ayaka dan teriak dengan suara serak:
“Kau mengerti!? Kau benar-benar–Pu!? Kau benar-benar mengerti Kyousuke!? Kurasa tidak! Jika–Pu!? Jika kau benar-benar mengerti Kyousuke, kau tidak akan melakukan ini–Pu!? Kau tidak akan membunuh orang di depan mata Kyousuke! –Pu!? Aku tidak akan kalah! Gadis sepertimu–Pu!? Aku tidak akan dibunuh oleh orang sepertimu yang buta, egois dan tidak mampu membedakan yang benar dan yang salah!! –Pu!?”
Menderita, entah sudah berapa banyak, pukulan di wajahnya, Renko tidak berhenti berbicara sementara Ayaka semakin emosional. Saat dia mengayunkan lengannya secara bergantian ke kiri dan ke kanan, twintailnya berayun secara acak.
“Diam! Diam diam diam diam diam diam diam, diam!!!”
“Sekarang siapa yang sebenarnya berisik!? Kinkinkinkinkin, berisik sekali!”
“Diam, jelek!”
“Kau-lah yang diam, kepribadian jelek!”
“Kau tidak berhak mengatakan itu!”
“Kaulah yang tidak berhak mengkritikku! Aku jauh lebih cantik darimu!”
“…Argh, cukup! Ayaka akan merobek mulutmu, babi–”
“Itu kalimatku!”
Saat Ayaka kelelahan karena semua pukulan yang dilakukannya, Renko menerkamnya, membalikkan posisi lagi. Ayaka melawan dengan putus asa dan kedua gadis itu berguling-guling di lantai koridor, terjerat bersama.
Mungkin mendengar keributan itu, para siswa mulai berkumpul untuk menonton.
“Ooh!? Aku tadi penasaran apa itu, ternyata ada cakar-cakaran! Bunuh bunuh!”
“Hee, heeheehee… Dua tubuh yang terbakar, terjerat bersama, pakaian berantakan, terengah-engah… Hee, heehee.”
“Renko!? Dan, bukankah itu Ayaka-chan!? Apa yang kalian berdua lakukan!?”
“…Kupikir mereka sedang makan. Dunia ini diatur oleh hukum survival of the fittest. Pemenang akan memakan yang kalah.”
“Kukuku. Chihiro sangat benar… Kekuatan adalah segalanya! Kekuatan itu mutlak! Sesungguhnya, orang yang paling kuat akan memerintah dunia ini sebagai Kaisar Mutlak–Uwahhhhhhhhh!? Shotgun! Ada shotgun di lantai ini! Seriusan!? Hei hei, apa itu senjata sungguhan!?”
Para siswa muncul dari kedua sisi koridor serta pintu masuk gedung, mengakibatkan pengepungan dari ketiga sisi.
Tapi tidak ada yang memisahkan kedua gadis itu.
Seolah akan menggigit, Renko dan Ayaka berjuang melawan satu sama lain, mengabaikan penonton yang menyaksikan mereka.
“ “ “——” ” ”
Kyousuke, Eiri dan Maina pun tidak terkecuali, tidak bergerak.
Eiri terus menahan Kyousuke ke bawah, Kyousuke terus ditahan oleh Eiri, Maina tetap roboh di lantai, semuanya melihat kedua gadis itu berkelahi.
Di pintu masuk gedung sekolah yang dipadati siswa, kedua gadis itu bertengkar hebat:
“Shuko! Setidaknya pikirkan sedikit tentang perasaan Kyousuke, oke? Ayaka-chan!”
“Ayaka selalu memikirkan perasaan Onii-chan! Jauh lebih darimu!”
Sekarang kedua gadis itu telah berdiri dan saling menjambak rambut.
“Tidak, kau sama sekali tidak memikirkan tentang kepentingan Kyousuke! Kau hanya memaksakan idealismemu sendiri padanya tanpa persetujuan, bukan!?”
“Tidak memaksakan! Onii-chan menerima Ayaka dengan sukarela!”
“Itu sama sekali tidak bisa diterima dengan benar! Kau sangat pandai melarikan diri dari kenyataan!”
“Itu karena dia dikotori oleh kalian para jalang!”
“Seperti yang kubilang, itu melarikan diri dari kenyataan! Ketahuilah bahwa kau sudah bertindak terlalu jauh, gila!”
“Kaulah yang telah bertindak terlalu jauh, lonte!”
“Apa kau bilang!?”
“Apa!?”
“ “Ngggggggggg…” ”
Kedua gadis itu saling membenturkan dahi mereka.
Kedua gadis itu memiliki rambut berantakan dan seragam kusut. Wajah Ayaka dipenuhi memar sementara topeng Renko tampak seperti bisa lepas kapan saja.
……Hmm?
Topeng gasnya mau lepas, bagaimana?
Melepas topeng gas–limiter-nya–akan mengubah Renko menjadi binatang buas yang tidak dikurung. Pembunuh Buatan yang diciptakan untuk membunuh akan membantai semua orang yang terlihat tanpa meninggalkan seorang pun selamat.
Oleh karena itu, pita pengaman selalu terkunci, tapi…
Setiap kali nyawa Renko dalam bahaya, Unlimiter akan aktif dan terbuka. Perangkat itu mungkin telah diaktifkan saat Renko berkelahi dengan Ayaka.
Menampakkan pandangan buruk, Kyousuke merasa bahwa Renko seharusnya tidak terpojok sampai tingkat itu, tapi tidak dapat disangkal bahwa topeng gasnya akan lepas. Jika memang begitu, segalanya akan menjadi buruk.
“Hei, hentikan! Renko, Ayaka! Berhentilah berkelahi!”
Kyousuke mendorong Eiri ke samping dan berdiri, berencana untuk bergegas mendekati mereka.
–Tepat pada saat ini.
“D-Dasar… makhluk menyebalkan!!!”
Ayaka meraung, memberikan serangan lutut ke perut Renko.
Renko berkata “Shuko!?” dan langsung terpisah darinya, bergoyang dengan goyah.
“MATIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII!!!”
Kemudian Ayaka melancarkan pukulan lurus dengan kekuatan penuh ke wajahnya.
“Kyah!?”
Dihantam tinju, Renko terlempar ke belakang, mundur selangkah.
Saat wajahnya berpaling dari Kyousuke dan yang lainnya, sesuatu jatuh.
“ “ “……!?” ” ”
Penonton di sisi lain tersentak dan menahan napas.
Renko tetap tidak bergerak.
Topeng gas hitam pekat jatuh di dekat kakinya.
“ “ “——” ” ”
Keributan membeku, sementara udara yang panas langsung menjadi dingin.
Perasaan ketegangan yang tidak dikenali ini menjelajahi sekelilingnya.
“…………Oh.”
Suara datar.
Renko menoleh ke arah Ayaka yang sudah menyiapkan tinjunya.
“…Fufufu.”
Dengan lepasnya topeng itu, sisi wajah Renko terlihat.
Bibir merah muda terang itu menyeringai.
“Sungguh pukulan yang kuat, ya ampun… Fufu. Berkat itu, topengnya lepas! Fiiuh… Bagaimana kau akan menggantinya, Ayaka-chan? Ini mulai dimainkan. Melodi kekerasan yang belum pernah kudengar sebelumnya ini, ya~?”
“……!?”
Mata jernih, biru es, menyerupai gletser dalam suhu nol mutlak.
Menatap keindahan wajah yang mengalihkan dunia, Ayaka tertegun sejenak.
Meskipun mulutnya terbuka tutup, mencoba mengatakan sesuatu, tidak ada kata yang keluar.
Dia hanya menatap dengan mata terbelalak kaget, menatap wajah Renko.
Murid-murid di sekitarnya juga tidak bisa berkata-kata karena kecantikannya yang menyesakan, wajah aslinya yang misterius.
Di tengah keheningan, terdengar suara sopran yang jelas.
“Oya? Oya oya, fufufu… Aku benar-benar terlalu cantik, membuat semua orang terlihat seperti kehilangan jiwa mereka. Ya ampun~ Menjadi terlalu cantik benar-benar kejahatan! Jelas tanpa melakukan apapun, aku membantai hati semua orang! Teehee. Fufu… Selanjutnya, biarkan aku menghancurkan tubuh oke? Menghancurkan pikiran dan tubuh seutuhnya—”
“Ah… Oooh… Uwahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh hhhhhhhhhhhhhhhhhhh!”
Sesaat berikutnya, Ayaka berteriak dan langsung berbalik.
Dengan membelakangi Renko, dia berlari menuju pintu masuk sekolah.
“Oh!? Tunggu, Ayaka-chan! Jangan kabur!”
–Tidak, Ayaka tidak kabur.
Sebaliknya, targetnya bukanlah pintu keluar tapi shotgun di depannya yang terguling di belakang loker sepatu.
Mengambil shotgun yang dijatuhkannya saat pergulatan, Ayaka membidik jantungnya.
“Wah!?” Dia menarik pelatuknya ke arah Renko yang ketakutan.
–Dooor.
Tapi tembakannya meleset.
Lubang peluru tertinggal di mading di belakang Eiri.
Para penonton berteriak. Renko berkata “BERHENTI! Ayaka-chan, BERHENTI !!!!!!!!!!!!!!!”, mengulurkan tangan ke depan untuk memberi tanda berhenti. Tentu saja, Ayaka tidak akan berhenti.
“Eeeeeeeeek!? Ini berbahaya, sangat berbahaya! Uhyahhhhhhhhhhhh!?”
Satu tembakan, dua tembakan, tiga tembakan berturut-turut. Dooor diikuti dooor, lalu dooor berikutnya.
Tapi tidak satupun dari tiga tembakan itu mengenai target.
Bukan karena Renko menghindar tapi karena Ayaka tidak bisa membidik. Tampaknya, aura luar biasa Renko telah mengguncang Ayaka sepenuhnya.
Setelah tembakan ketiga, Ayaka melolong pasrah.
“Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh, tidak tahan, ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!”
Sambil mengangkat senjatanya, dia menerjang lurus ke depan.
Jarak di antara kedua gadis itu langsung mengecil.
“——“
Renko berhadapan langsung dengan Ayaka, menyipitkan mata biru esnya.
Mengarahkan moncongnya ke arah Renko, Ayaka mengertakkan gigi.
Pada saat itu, Renko sedikit menurunkan postur tubuhnya.
Kemudian segera–
× × ×
Keheningan rasa gelisah muncul.
Semua orang menelan ludah, mata mereka terpaku pada pemandangan di depan mereka.
“…Ada apa, Ayaka-chan?”
Wajah cantiknya menyeringai, tanya Renko dingin.
Gigi taring putih dan tajam terlihat di setiap ujung bibir lembutnya.
“Lebih baik cepat jika kau akan membunuhku.”
Moncongnya ditekan ke dahi Renko.
Senjata api itu sedikit bergetar, gemetaran. Suara nafas panik bisa terdengar.
“Hoo~, hoo~. Hooooooo!”
Ayaka menyesuaikan posisi shotgun di kedua tangannya, mengertakkan gigi. Matanya merah, jari telunjuk di pelatuk, dia menatap tajam ke arah mata biru es itu.
Namun, Renko mengangkat bahu dengan penuh ketenangan dan sikap masa bodoh.
“Sama seperti delapan tembakan sebelumnya, Cuma tekan perlahan dengan jarimu. Sangat mudah, kan? Bahkan jika itu aku, aku seharusnya akan mati dengan satu tembakan pada jarak ini. Tapi jika kau meleset, itu akan menjadi hal yang berbeda.”
“……Bunuh kau.”
“Ya. Jika kau merasa aku menghalangi jalanmu dan sangat membenciku, bunuh saja aku.”
“…Bunuh kau! Bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau, bunuh kau!”
“Kubilang silakan tembak. Cuma mengoceh tidak akan membunuhku. Apakah kau benar-benar ingin membunuhku?”
“B-Berisik sekali! Diam! Jika kau berkata begitu, Ayaka akan mengabulkan keinginanmu—”
“Berhenti!”
Seketika, Kyousuke berteriak.
Sambil menahan dirinya yang akan roboh menggunkan lututnya, dia memohon:
“Hentikan, Ayaka… Jangan bunuh Renko… Tolong.”
“Onii-chan—”
Ayaka menyipitkan matanya, menatap pada Kyousuke yang sedang memohon.
Matanya yang gelap tetap tidak bergerak, bahkan tidak menunjukkan satupun percikan.
“Hoo, pada akhirnya kamu sangat peduli.”
“Peduli? Tentu saja aku peduli.”
“…Itu benar. Onii-chan telah diracuni. Maka itu tidak masalah. Ayaka akan membunuh. Setelah membunuh si Topeng, Ayaka kemudian akan membunuh Onii-chan, lalu bunuh diri… Kusukusu. Ya. Ayaka harus membunuh dengan cepat. Kali ini, Ayaka akan membidik dengan hati-hati tepat di antara kedua mata—”
“Yang aku pedulikan adalah kamu, Ayaka!”
Saat Ayaka hendak berbalik kembali ke arah Renko, Kyousuke melepaskan perasaan di dalam hatinya.
“Aku tidak ingin kamu membunuh orang karena aku peduli padamu! Tapi meskipun begitu, kamu ingin membunuh teman-temanku… Mungkin kamu cemburu pada Renko dan yang lainnya, tapi di hatiku, Ayaka, kamu adalah keluarga yang tak tergantikan! Satu-satunya kehidupan! Aku sangat menyayangimu tapi… Jika kamu membunuh orang karena alasan seperti itu, aku… aku akan—”
“Hei, Ayaka-chan…”
Menatap sisi wajah Ayaka, Renko bertanya:
“…Apakah kamu tidak merasakannya sama sekali?”
Alis Ayaka berkerut karena terkejut saat dia menatap Renko.
“Apa? Setelah membunuhmu, apa lagi—”
“Bukan itu. Aku sedang berbicara tentang Kyousuke. Kyousuke sangat menderita… Dia sangat sedih, dalam duka yang luar biasa, bukan? Dipaksa untuk membuat wajah seperti itu terhadap keluarganya yang berharga, apakah kau tidak memikirkan tentang itu sama sekali?”
“………..Hmm.”
Meskipun Ayaka terdiam sesaat, api amarah langsung menyala di matanya.
”Kalian para jalang-lah yang membuat Onii-chan menderita! Kalian menodai Onii-chan.. Itu semua salah kalian! Jika bukan karena kalian para jalang, Ayaka sama sekali tidak perlu melakukan ini! Lalu Onii-chan tidak perlu melihat Ayaka dengan tatapan seperti itu… Ini bukan salah Ayaka, ini semua salah kalian!!!”
Setelah menjerit nyaring, dia lalu terengah-engah.
Setelah menunggu nafas Ayaka menjadi tenang, Renko perlahan mulai bicara.
“–Aku akan terus terang dari awal, Ayaka-chan.”
Bibirnya menyeringai.
Gigi taringnya berkilau seperti belati, dia menunjukkan senyuman buas.
“Aku bisa membunuhmu kapan saja, lho? Mematahkan lenganmu lebih cepat sebelum kau bisa menarik pelatuknya, meledakkan kepalamu lebih cepat sebelum peluru bisa mengenaiku…Fufu. Hanya beberapa detik yang kubutuhkan untuk manusia sepertimu. Aku tidak membutuhkan senjata pembunuh, tidak perlu. Aku bisa memutilasimu dengan tangan kosong, merobek-robek mayatmu menjadi jutaan keping, lho?”
Saat matanya yang terbuka lebar berkilauan, Renko menjulurkan lidahnya.
“…Ooh.” Diintimidasi oleh Renko, Ayaka membungkuk dan meringkuk.
“Tapi aku tidak akan membunuhmu. Apa kau tahu alasannya?”
“S-Siapa tahu apa yang kau pikirkan! Apa hubungannya ini dengan—”
“Karena Kyousuke akan sedih.”
Menyatakan itu, mata Renko sangat lembut.
Atau mungkin, selama praktik memasak, di balik topengnya, Renko mungkin telah menunjukkan ekspresi yang sama saat menyaksikan Kyousuke memakan masakan Ayaka.
“……!?”
Ayaka menatap dengan mata terbelalak.
Menatap mata yang dipenuhi kejujuran itu, Renko melanjutkan:
“Karena aku mencintai Kyousuke, aku akan melakukan semua yang aku bisa untuk tidak membuatnya sedih. Untuk Kyousuke-ku tersayang, aku akan menekan niat membunuhku tidak peduli seberapa kuatnya itu. Menekan kecemburuan, menekan kegelisahan, menekan hasratku, menekan tujuan keberadaanku. Menekan bukti keberadaanku. Bahkan jika itu tidak mungkin untuk ditekan, aku akan tetap menekan semua itu, lihat saja!”
“Ap…”
Dihadapkan dengan kata-kata yang sejujur tatapan itu, Ayaka tidak bisa berkata-kata.
Renko menyipitkan mata biru esnya dan bertanya:
“–Lalu bagaimana denganmu, Ayaka-chan? Demi Kyousuke, apakah kamu mampu menekan emosimu sendiri? Apakah perasaanmu pada Kyousuke hanya sedangkal itu?”
“…D-Diam.”
“Pada akhirnya, kau hanya paling peduli pada dirimu sendiri. Kyousuke bukanlah pusat dari kepedulianmu! Mengambil keuntungan dari ‘diracuni’ dan ‘dinodai’ sebagai alasan, kau hanya mencari alasan sebagai pembenaran untuk memprioritaskan perasaanmu sendiri, kan!?”
“…Diam.”
“Ya ampun. Benar-benar pecundang yang menyedihkan, Ayaka-chan. Orang yang paling berharga di dunia ini bagimu bukanlah Kyousuke, melainkan dirimu sendiri. Ya. Aku menang terlalu mudah. Sangat mudah sampai aku ingin tertawa! Fufufu. Aku sama sekali tidak tertarik untuk membunuhmu, orang yang tidak bisa menahan niat untuk membunuh. Ya ampun, ada apa? Coba saja bunuh aku, oke!? Ahaha!”
“DIAM!!!!!!!!!!!!!!!”
Meraung histeris, Ayaka menyiapkan shotgun-nya lagi.
Matanya yang merah melebar sampai batasnya.
Ditekan di dahi Renko, moncong senjata terus bergetar.
“Bunuh kau… Bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau bunuh kau…!”
“——“
Renko terus menatap Ayaka yang sepertinya sedang melafalkan mantra.
Saat Ayaka menatap Renko, air mata menetes dari matanya.
“Ayaka!”
“Ayaka-chan!”
“……..”
“Hiks hiks… hiks hiks hiks hiks…hiks hiks hiks hiks hiks hiks hiks hiks~~~~~~!”
Saat Kyousuke, Maina dan Eiri menyaksikan itu, Ayaka mulai merintih. Tampak seperti dia sedang mengendurkan cengkeramannya pada pelatuk namun mencoba menahan diri dari keinginan untuk menekan pelatuk pada saat yang sama, dia mengertakkan gigi.
–Sesaat setelahnya.
“Hiks… hiks hiks.”
Wajah Ayaka tiba-tiba berubah dan air mata mengalir.
Tepat saat senapan jatuh dari tangannya yang tak berdaya…
“Uwahhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!”
Dia menangis dan menutupi wajahnya dengan tangannya.
Kalimat yang terbata-bata keluar dari mulutnya saat dia menangis:
“Ayaka, cinta Onii-chan… tingkat rasa cinta pada Onii-chan, jelas tidak kalah dari si Topeng! Cinta, cinta, tidak mau menyerahkannya kepada siapa pun. Karena Onii-chan adalah harta berharga Ayaka… Karena di dunia ini, Onii-chan adalah satu-satunya keluarga yang bisa Ayaka percayai!”
Menyuarakan pikiran dan perasaannya untuk Kyousuke, dia berteriak.
“Ayaka tidak ingin Onii-chan dicuri oleh si Topeng, Dungu-Bane-san dan Lic-chan… Ayaka sama sekali tidak akan membiarkan kalian mencuri Onii-chan! Jika Onii-chan meninggalkan Ayaka, Ayaka akan sendirian… Ayaka tidak menginginkan itu. Ayaka tidak bisa membiarkannya… Ayaka tidak punya apa-apa selain Onii-chan… Hiks hiks. Jangan tinggalkan Ayaka sendirian, Onii-chan.”
“A-Ayaka—”
“Tidak apa-apa, Ayaka-chan.”
Tanpa menunggu Kyousuke untuk bergegas ke sana, Renko berlutut.
Menempatkan tangannya di kepala Ayaka, dia berkata “gadis baik, gadis baik” dan membelainya.
“Kamu menyayangi Kyousuke dan Kyousuke juga menyayangimu. Kalian dua bersaudara saling menyayangi. Apakah hubungan ini semudah itu untuk dihancurkan? Apakah ikatan ini mudah hancur jika pihak luar seperti kami mencoba ikut campur, Ayaka-chan?”
“Tentu saja tidak, bagaimana mungkin semudah itu!?”
Ayaka mendongak dengan kuat, menatap Renko.
Renko mengangguk puas, tersenyum.
“Ya. Jadi jangan khawatir. Selain itu, aku tidak mencoba mencuri Kyousuke darimu. Sebaliknya, aku mencoba untuk memasuki dunia kalian berdua.”
“…………Hmm.”
“Tentu saja, mengatakan itu sekarang terlalu dini. Kita baru saja bertemu, jadi sampai aku mendapatkan kepercayaanmu, aku akan melakukan yang terbaik! Aku menyukaimu. Sejujurnya, pada awalnya aku hanya ingin berteman denganmu karena kamu adalah ‘adik Kyousuke’, tapi. Sebaliknya, gadis yang mencintai orang yang sama cenderung lebih cocok? Pada saat aku menyadarinya, aku tidak lagi berpikir seperti pada awalnya, aku hanya ingin bergaul denganmu murni sebagai teman, Ayaka-chan.”
“——”
Ayaka melihat ke bawah lagi.
Dia menggigit bibirnya.
“U-Umm… Jadi lagian menurutku itu tidak baik, ya? Kamu tidak ingin bergaul dengan pembunuh sepertiku, kan? Sebenarnya aku masih ingin membunuhmu sekarang, perasaannya begitu kuat… Aku tidak membunuhmu karena aku tidak ingin membuat Kyousuke sedih, tapi bersabarlah, setelah aku membunuh Kyousuke, aku juga akan memutilasi… kalian bersama-sama.”
“………….masalah.”
“Hmm?”
“Entah kau seorang pembunuh atau bukan, itu tidak masalah! Bagi Ayaka, 99% dunia adalah sampah yang sama sekali tidak berharga… Ayaka tidak peduli dengan orang-orang itu. Tidak dapat diganggu gugat. Jika mereka menghalangi, Ayaka akan melenyapkan mereka begitu saja. Tidak ada perasaan sama sekali tentang ini. Melenyapkan sampah tidak menimbulkan kebencian atau rasa bersalah. Bahkan tidak sedikit… pun.”
“…Begitukah?”
“Namun.”
Ayaka melihat tangan kanannya.
Matanya goyah, merasa gelisah.
“—Tidak bisa menembak.”
Dia menatap lurus ke jari yang telah ditempatkan di pelatuk tadi.
“Ayaka tidak bisa membunuh si Topeng… Ketika pikiran akan si Topeng yang sekarat, menghilang dari dunia ini… terlintas di benak Ayaka, dada Ayaka tiba-tiba terasa sangat sakit. Mengunjungi gedung sekolah bersama, melarikan diri dari kakak kelas bersama, belajar bersama, praktik memasak, banyak hal muncul di benak Ayaka…”
“Ayaka-chan…”
“Ayaka merasa amat sangat marah. Kenapa Ayaka tidak bisa melakukannya? Ini tidak lebih dari membuang sampah, kenapa begitu ragu-ragu…? Tapi Ayaka mengerti sekarang.”
Mendongak, Ayaka menatap Renko.
“Ayaka berhenti bukan karena Onii-chan tidak suka. Ayaka berhenti karena Ayaka tidak menginginkannya. Bagi Ayaka, si Topeng adalah—”
Pipinya yang rileks memerah saat dia berkata:
“Renko-san bukan lagi sekedar sampah.”
“____”
Mendengar Ayaka, Renko terdiam.
“U-Umm… Renko-san?” Ayaka mengerutkan kening lalu segera…
“U-Ugahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!?”
Mencengkeram kepalanya, Renko berteriak dan mulai berguling-guling di lantai.
“Kyah!? Ada apa, Renko-sa—”
“Jangan mendekat!”
Renko menghentikan Ayaka untuk mendekat, membenturkan dahinya berulang kali ke lantai.
“Oh, ini buruk… niat membunuh ini benar-benar buruk!!! Petikan senar berkecepatan super tinggi dikombinasikan dengan ledakan gravitasi, semburan dari bass bersenar tujuh menusukku seperti bor– Ahhhhhhhhhhh, intens! Terlalu intens!!! B-Benar-benar ingin membunuh… Ingin membunuh ingin membunuh ingin membunuh ingin membunuh ingin membunuh ingin membunuh ingin membunuh ingin membunuh ingin membunuh ingin membunuh ingin membunuh ingin membunuh ingin membunuh, benar-benar ingin membunuh!!! Tech-death yang luar biasa! Tak terkendali… Niat membunuh yang mengamuk tak terkendali!!!!”
“Renko!? Tunggu, aku akan memberikan masker gas—”
Di depan Ayaka yang tertegun dan penonton di sekitarnya yang tidak menyadari apa yang sedang terjadi, Kyousuke memasangkan pembatas pada Renko.
× × ×
“…Kau benar-benar mengecewakanku, Kamiya kecil.”
Satu atau dua jam telah berlalu sejak keributan tembakan Ayaka. Kyousuke dan kelompoknya telah dibawa ke “kantor” Kurumiya yang terletak di gedung sekolah baru. Berdiri dengan arogan di atas meja kantor berpernis hitam, Kurmiya meniupkan asap biru ke wajah orang yang berada di tengah dari lima siswa yang berdiri berbaris, dengan kata lain, Ayaka.
Ayaka batuk dan melotot tajam.
“Apa yang kamu maksud dengan mengecewakan, Kurumiya-sensei…? Kaulah yang memberi Ayaka senjata api, kan?”
“Tepat sekali.”
“Tepat sekali… ngent*t!”
Kyousuke berteriak keras pada Kurumiya yang telah mengakui fakta itu dengan mudah.
Dia sudah menebak sebagian bahwa Kurumiya adalah orang yang benar-benar telah meminjamkan shotgun itu ke Ayaka.
Kyousuke dan teman-temannya gagal menemukan Ayaka di mana pun di dalam gedung sekolah karena Kurumiya telah menyembunyikannya. Saat Kyousuke dan yang lainnya menghadiri kelas, dia telah menyuruh Ayaka ke “lapangan tembak” di gedung sekolah baru untuk menerima instruksi senjata api dari seorang guru bernama Miduchi.
Sang dalang, Kurumiya, mengangkat bahu.
“Yang mengecewakanku bukanlah fakta bahwa kau telah menyebabkan keributan. Sebaliknya, itu adalah fakta bahwa kau gagal membunuh satu orang, idiot. Delapan tembakan, semuanya meleset. Ketidakmampuan seharusnya memiliki batas! Gagal sekali, wajar, tapi gagal dalam remedial juga? Berhentilah bermain-main.”
“Kaulah yang main-main, kan!?”
Kyousuke mencondongkan tubuh ke depan dan meraih kerah Kurumiya.
“Apa-apaan yang kau buat adikku lakukan, dasar tante-tante sadis sialan! Aku akan membunuhmu!”
Namun, Kurumiya bereaksi dengan senang.
“Wow, akhirnya kau menunjukkan niat membunuh! Aku sangat senang, Kamiya. Baiklah, aku harus memberi Kamiya kecil beberapa cinta yang dalam mulai sekarang. Ketika kau melihat orang tersayangmu disiksa secara brutal, kau tidak akan tetap biasa-biasa saja, kan, brengsek? Kukuku… Seperti dugaanku, mendaftarkan sang adik adalah keputusan yang tepat.”
“Ku!? D-Dasar jalang—”
Apa yang tiba-tiba membekukan pikiran Kyousuke yang hampir mendidih adalah kalimat terakhir yang diucapkan oleh Kurumiya.
–Mendaftarkan sang adik. Itu berarti mengizinkan Ayaka untuk mendaftar meskipun itu hanya percobaan pembunuhan. Atau mungkin…
“…Sebelum dia mendaftar, kaulah bajingan yang menyerahkan shotgun itu ke Ayaka, kan? Kurumiya.”
“Bukan aku.”
“Hah? Lalu siapa bajingan itu—”
“Tentu saja kurir yang melakukan pengiriman ke rumah. Aku yang mengirim paket tapi bukan aku yang menyerahkannya kepada adikmu. Itu bukan seperti aku perlu menyerahkan senjata api kepadanya secara pribadi, kan?”
“Logika macam apa itu!?”
“Tenanglah.”
Kurumiya mematikan rokoknya di dahi Kyousuke.
“…Kenapa kau marah, brengsek? Kau seharusnya berterima kasih padaku. Terima kasih padaku karena telah mengirimi adikmu senjata yang rusak, dia bisa mendaftar di sini tanpa membunuh siapa pun.”
“Ah!? Lelucon macam apa itu!? Jika kau tidak memberikan senjata pada Ayaka–”
“Tak terelakkan. Adikmu membunuh seseorang itu tak terelakkan.”
“………..Huh?”
“Aku tidak memberinya apa-apa selain dorongan. Bahkan tanpa senjata api, dia bisa menggunakan benda tajam, bahkan tanpa benda tajam, dia bisa menggunakan benda tumpul, bahkan tanpa benda tumpul, dia bisa menggunakan tangannya… Selama dia mengejarmu, bagaimana pun caranya, dia akan membunuh. Seperti kali ini, bahkan jika aku tidak ikut campur dengan sengaja, Kamiya kecil masih ingin melenyapkan Renko dan gadis-gadis lain. –Apakah aku benar, Kamiya kecil?”
“……”
Dihadapkan pada pertanyaan Kurumiya, Ayaka tetap diam. Dia tidak mengakui atau pun menyangkalnya.
Memalingkan pandangannya dengan menantang, pikirannya benar-benar terlukis di wajahnya.
“Meskipun masih perawan dalam hal membunuh, Kamiya kecil adalah psikopat sejati. Karena dia sama sekali tidak merasakan apa-apa tentang membunuh. Tanpa kau si bajingan sebagai pembatasnya, dia dapat dengan mudah melewati batas itu. Dan juga, orang yang membengkokkan rasa moralnya… kaulah juga, Kamiya.”
–Tidak dapat membantahnya.
Kyousuke juga mulai mengerti secara samar-samar.
Metode Kyousuke untuk menyelamatkan Ayaka dari kejadian bullying terlalu kuat, menyebabkan dunia Ayaka menyempit. Hubungan akan dirinya yang diprioritaskan menyebabkan obsesinya yang abnormal. Cinta yang terlalu kuat menyebabkan moralitasnya menjadi bengkok.
Tinju yang dia ayunkan untuk menyelamatkan Ayaka telah menyebabkan dia jatuh. Tinju yang dia ayunkan berulang kali untuk melindungi Ayaka akhirnya menyebabkan Ayaka jatuh lebih dalam ke dalam kegelapan…
Oleh karena itu, Kyousuke tidak dapat meminta pertanggung jawaban Ayaka.
Karena Kyousuke adalah akar masalah yang memaksa Ayaka untuk membunuh, orang yang harus bertanggung jawab tidak diragukan lagi adalah Kyousuke sendiri–
“Tidak. Onii-chan tidak salah.”
Pada saat ini, Ayaka berbicara dengan tegas.
Menempatkan tangannya di dadanya, Ayaka mengenang.
“Onii-chan-lah yang menyelamatkan Ayaka. Bukan hanya sekali… Onii-chan menyelamatkan Ayaka tak terhitung jumlahnya, berkali-kali, selalu melindungi Ayaka. Tanpa Onii-chan, Ayaka mungkin sudah pergi dari dunia ini. Jadi, Onii-chan tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri. Jangan minta maaf. Jangan merasa bahwa menyelamatkan Ayaka itu salah… Ayaka lah yang salah. Ayaka terlalu manja. Maaf, Onii-chan.”
“Ayaka…”
“………..Ck.”
Kurumiya diam-diam mendecakkan lidahnya dan bersandar di kursinya.
“Sigh, sungguh membosankan. Membosankan membosankan, benar-benar membosankan! Pergilah memainkan drama mengharukanmu di tempat lain. Cukup dari kalian semua, menghilanglah sana dari pandanganku sekarang. Aku akan bersikap lunak kali ini.”
“…Lunak apanya? Dari awal, semua ini sepunuhnya perbuatanmu.”
“Kau berisik, Dungu-Bane.”
“……Diam.”
Sumpah serapah, Eiri meninggalkan kantor. “Awawa.” Maina mengikuti di belakangnya.
Saat Kyousuke dan yang lainnya akan pergi…
“Oh, ngomong-ngomong, Kamiya. Syaratmu untuk lulus, bocah–itu termasuk adikmu sekarang.”
Kurumiya memberitahu Kyousuke.
“Jika Kamiya kecil berhasil lulus tanpa membunuh satu orang pun juga, tanpa dibunuh oleh siapa pun, aku akan membiarkanmu lulus dengan benar. Sebagai tambahan, aku sudah memberi tahu adikmu tentang tujuan sebenarnya sekolah ini, jadi kau tidak perlu menjelaskannya lagi, oke?”
“…Itu sangat membantu. Itu bagus untukku.”
“Ya! Demi Onii-chan, Ayaka juga akan melakukan yang terbaik!”
“Kukuku. Berjuanglah sekeras yang kalian bisa, dua bersaudara. Dan untukmu, Pembunuh Buatan—”
Kurumiya berhenti tersenyum dan menyipitkan matanya pada Renko.
Untuk sesaat, Kurumiya menatap masker gas Renko.
“…Tidak, tidak ada apa-apa. Pergilah juga bangsat.”
“Foosh.”
Renko hanya menanggapi dengan tertawa. Tanpa mengatakan apa-apa, dia berbalik dan pergi.
Yang terakhir, Kyousuke meraih tangan Ayaka dan berjalan, keluar dari ruangan.
Saat mereka pergi, Kyousuke melihat Kurumiya tepat saat pintunya akan tertutup.
“—Matilah sana.”
Ekspresi wajahnya berubah dengan penuh dendam, dia mulai memainkan ponselnya.
Back - Daftar Isi - Next
Post a Comment