[LN] Genjitsu de Love Comedy Dekinai to Dare ga Kimeta? Volume 1 Chapter 2.2 Bahasa Indonesia

 


Chapter 2: Siapa Bilang Kalau Kau Dapat Melakukan Hal Yang Sebenarnya Tanpa Latihan Sama Sekali?

2

 

“Oke, sekarang untuk ‘Investigasi Tatap Muka’.”

Setelah selesai berkeliling, kami mengunjungi gedung seni di sebelah tempat parkir sepeda.

Di Kyou-Nishi, gedung sekolah selatan dan gedung sekolah utara dihubungkan oleh sebuah koridor untuk membentuk sebuah struktur berupa karakter “å·¥”, dengan ruang kelas satu dan dua serta ruang kelas khusus seperti ruang lab dan ruang ekonomi rumah tangga terletak di bagian selatan, lalu ruang kelas tiga, UKS, perpustakaan dan fasilitas lainnya di gedung bagian utara.

Yang berhubungan dengan seni, seperti ruang musik dan ruang lukis, bertempat di gedung seni, gedung sekolah yang berdiri sendiri. Tapi entah kenapa, ruang OSIS tercampur disana.

Saat ini, kami bersembunyi di dekat ruang OSIS yang disebutkan, mencari pintu masuk.

“Penyelidikan patroli yang kita lakukan sebelumnya adalah untuk mendapatkan berbagai informasi dan tidak cocok untuk mencari informasi tertentu. Jika kau ingin mengetahui sesuatu yang spesifik, kau harus lebih proaktif.”

“Maksudmu seperti… menanyakan informasi langsung dari orang lain?”

“Benar. Dengan kata lain, investigasi tatap muka.”

Ngomong-ngomong, kali ini aku menjaga jarak tetap untuk menghindari kesalahan kedekatan yang aneh.

“Dalam hal ini, diperlukan teknik percakapan untuk mendapatkan informasi yang diinginkan dengan menggunakan alur yang natural. Dalam beberapa kasus, bahkan mungkin perlu untuk memperoleh informasi melalui penggunaan pertanyaan yang mengarah, itulah kenapa, ini adalah metode investigasi yang membutuhkan banyak keterampilan.”

Dari semua keterampilan protagonis romcom yang dikembangkan hingga saat ini, yang paling lama aku dapatkan adalah seni berbicara. Ini membutuhkan respons yang fleksibel dan improvisasi terhadap situasi yang dihadapi, yang mana itu bukanlah keahlianku untuk dilakukan secara efektif.

Dengan menggunakan kecenderungan percakapan dan penilaian kepribadian dari target, aku hampir bisa melakukannya ke tingkat yang dapat digunakan, tapi itu tidak cukup dapat diandalkan untuk orang yang belum pernah aku temui sebelumnya atau untuk orang yang informasi tentangnya kurang kumiliki.

“Nah, kita tidak akan tau kalau belum dicoba. Kali ini, aku akan mengekstrak informasi tentang kunci atap dari seorang senpai.”

“Kunci atap? Ah, kalau dipikir-pikir, atap biasanya terkunci, kan?”

Di Kyou-Nishi, atap gedung sekolah utara dan gedung sekolah selatan ditutup. Pintu masuknya dapat diakses melalui tangga darurat, tapi untuk maju lebih dari itu, kau harus membuka pintu yang terkunci.

“Tapi kenapa seseorang dari OSIS? Bukankah kunci biasanya disimpan di ruang guru?”

“Menurut rumor, gudang atap berada di bawah yurisdiksi OSIS. Karena alasan itulah, sepertinya OSIS juga yang bertanggung jawab atas kuncinya.”

Selama “Event Pengakuan Cinta,” aku menyelinap masuk saat pintunya tidak terkunci. Itu karena mereka membawa keluar perlengkapan untuk rapat umum siswa. Jadi aku penasaran, menyelidikinya lebih lanjut, dan menemukan informasi ini.

Dan juga, ada kunci di ruang guru yang dapat dipinjam asalkan ada alasan yang pas, tapi karena tidak mungkin siswa pada umumnya memiliki alasan seperti itu, itu dianggap tidak mungkin untuk diperoleh.

“Atap adalah pesaing untuk posisi pertama atau kedua di antara “Tempat Masa Muda” paling populer di sekolah, jadi aku benar-benar ingin dapat mengaksesnya. Paling tidak, aku ingin tahu bagaimana kuncinya dikelola.”

“…Apakah mendapatkan informasinya akan semudah itu?”

Uenohara bergumam dengan nada ragu-ragu.

“Aku kurang lebih sudah punya rencana. …Ah, tunggu, aku melihat pergerakan.”

Melalui kaca buram yang dipasang di pintu, aku bisa merasakan kehadiran seseorang yang bergerak di dalam ruangan.

Aku memeriksa jam tanganku dan, sesuai jadwal, sudah waktunya untuk patroli kunci sekolah.

“Ngomong-ngomong, siapa senpai ini? Apakah itu orang yang ada dalam ‘Catatan Tomodachi’-mu?”

“Hmm, dia adalah siswa kelas dua yang merangkap sebagai petugas untuk Urusan Umum dan Audit, tapi hanya itu semua informasi dasar yang aku miliki. Sebenarnya, mencari tahu lebih banyak tentangnya adalah tujuan kedua.”

“…Apakah dia kandidat karakter atau semacamnya?”

“Oh, kau sungguh pintar. Betul sekali.”

Aku menganggukkan kepala dan menjawab.

“Lagipula, ‘Heroine Senpai’ adalah salah satu karakter terpenting dalam komedi romantis mana pun. Saat ini aku sedang sibuk menyelidiki mereka yang berada di angkatan yang sama dengan kita, tapi setidaknya aku dapat mengumpulkan rumor. Target kita adalah seorang gadis cantik yang popularitasnya berada di tingkat atas bahkan di antara kelas dua.”

“Haa. Jadi, orang macam apa dia?”

“Kurasa dia memiliki atmosfir tipe onee-san yang lembut, dengan visual antara imut dan cantik. Selain itu, tubuh marshmallownya tampak lembut dalam segala hal, membuatmu ingin dimanjakan olehnya.”

“Ya, dipikirkan dengan akal sehat, itu menjijikkan.”

“Tidak ada orang yang tidak ingin dirmanjakan oleh karakter kakak!”

Serial “Aku ingin dimanjakan” adalah genre terhangat di bagian ini! Sebetulnya, mereka sebenarnya tidak harus lebih tua. Kuncinya adalah mereka hanya perlu bertindak seperti mereka lebih tua. Lagian, ada istilah seperti loli-ibu.

“Tapi bagaimanapun, bahkan jika aku mengatakan bahwa ini hanya pada tahap potensi. Daripada penampilannya, data tentang apa yang ada di dalam dirinya-lah lebih penting. Jangan khawatir, aku tidak akan membiarkan perasaan pribadiku menghalangi sampai aku dapat menilai potensi seseorang secara objektif.”

“Ya, sekarang kau menjadi sangat menjijikkan.”

“Pada akhirnya, kau hanya ingin mengatakan kata ‘menjijikkan,’ kan?!”

Saat kami melakukan obrolan kami seperti biasa, pintu samping terbuka dengan suara gemerincing dan seorang siswi melangkah keluar dari dalam.

Dia memiliki rambut hitam panjang yang mencapai punggungnya, wajah yang dewasa dan terawat, serta mengenakan dasi merah yang menandakan bahwa dia adalah siswi kelas dia.

Mm, tidak salah lagi. Itu targetnya.

“Oke, aku akan pergi. Kurasa mereka tidak akan melihatmu di sini, jadi diam saja dan awasi.”

Dengan melihat ke belakang ke arah Uenohara, yang mengangguk dalam diam, aku mengambil nafas ringan, lalu mulai berjalan.

Perlahan, aku berjalan menuju ruang OSIS, melihat kesana kemari seperti aku memeriksa sekelilingku.

Menyadariku, target memanggil.

“Apakah kamu punya urusan di ruang OSIS? Kelas satu.”

Suara serak dan jelas.

Ini pertama kalinya aku mendengar suaranya, tapi suaranya jauh lebih jelas dari yang kuduga.

“Oh, um…”

Berpura-pura menjadi murid baru yang bingung karena dipanggil oleh senior, aku dengan malu-malu memanggilnya.

“Permisi. Apakah seseorang bernama Hinoharu-senpai ada di ruang OSIS?”

Aku bertanya dengan pura-pura tidak tahu.

Tentu saja, gadis di depanku adalah satu-satunya Hinoharu Sachi-senpai.

 


 

Mengatakan “Ah,” mata terkulai senpai itu menyipit lembut dan dia tersenyum. Sama seperti penampilannya, ekspresi wajahnya adalah onee-san yang teduh.

“Hinoharu? Itu aku. Apakah ada yang bisa aku bantu?”

“Ah, begitukah? Sebenarnya…”

Pada titik ini, aku mengeluarkan dokumen yang telah aku siapkan sebelumnya.

“Ini adalah daftar anggota komite kelas kami. Aku bertanya pada sensei, dan beliau berkata kalau kakak yang bertanggung jawab dan meminta memberikannya langsung padamu, senpai.”

Dengan itu, aku mengulurkan hasil cetakannya. Pada dasarnya, aku menggunakan bermacam tugas dari ketua kelas sebagai alasan untuk berbicara dengannya.

Kebetulan, ini adalah informasi pasti bahwa Hinoharu-senpai bertanggung jawab atas anggota komite. Meskipun bagian tentang diberitahu untuk menyerahkannya secara langsung adalah bohong, cetakan ini adalah sesuatu yang pada akhirnya akan diserahkan padanya, jadi tidak ada masalah.

Di sini, senpai memiringkan kepalanya dengan ekspresi bingung di wajahnya.

“Bukan berarti perlu untuk menyerahkan ini secara langsung.… Dari mana kamu mendengarnya?”

Ugh… jadi dari segala hal, dia harus mempertanyakan bagian itu.

“Ah, uh… di ruang guru.”

“Dari guru yang mana?”

“…Ah, um, maaf. Aku masih belum menghafal semua nama mereka.”

“Oh, begitu. Kau baru masuk ke sekolah ini, kan?”

“Maaf, maaf,” kata senpai, tersenyum lembut ke arahku lagi.

Hmm, itu adalah reaksi yang tidak terduga, tapi kupikir aku berhasil ngeles dengan cukup baik…? Tetap saja, dia tentunya seseorang yang memperhatikan detail dalam jumlah yang tak terduga.

“Okelah, kalau begitu, aku akan menerima ini. Terima kasih telah repot-repot berkunjung.”

“Ah, ya. Terima kasih banyak.”

“Yah, ini sudah larut, jadi berhati-hatilah saat pulang.”

“Ah, senpai.”

Aku memanggil Hinoharu-senpai, menghentikannya tepat saat dia akan pergi.

Di sinilah hal yang sebenarnya dimulai. Aku harus fokus.

“Apakah kamu akan berkeliling sekolah sekarang?”

“Itu benar, tapi… apakah ada hal lain yang kamu butuhkan?”

Senpai hanya menolehkan wajahnya ke arahku saat dia menjawab.

“Um, ini masalah lain, tapi ada sesuatu yang menggangguku…”

Aku mengambil waktu sejenak untuk mengatur napas sebelum mulai bicara.

“Di sekolah kita, kita tidak boleh naik ke atap, kan?”

“Atap? Benar, itu dikunci karena tidak ada pagar dan itu berbahaya. ”

“Begitu ya, benar. Sebenarnya, aku melihat sesuatu yang tampak seperti bayangan seseorang sebelumnya…”

“Huh, benarkah?”

Dengan ekspresi terkejut di wajahnya, Hinoharu-senpai membalikkan seluruh tubuhnya untuk melihat ke arahku.

…Bagus, dia terpancing.

“Itu hanya sesaat, jadi aku bahkan tidak tahu apakah benar-benar ada seseorang, tapi…”

“Gedung sekolah yang mana?”

“Gedung selatan. Aku melihatnya sekilas ketika aku sedang berjalan melintasi koridor.”

Dan juga, hal-hal tentang bayangan seseorang adalah gertakan. Itu adalah dasar yang mengarah pada apa yang akan aku lakukan.

Senpai memeluk salah satu lengannya, membuat pose berpikir. Di saat yang sama, dadanya yang bisa terlihat bahkan melalui seragam yang tebal semakin mempertegas keberadaannya.

Hmm, volume ini… mungkinkah dia bahkan memiliki potensi lebih dari Kiyosato-san?

Tapi… sekarang bukan waktunya untuk menelan ludah. Tenangkan dirimu, anak muda yang menyedihkan. Daripada itu, berkonsentrasilah pada ceritanya. Mari pastikan untuk mencatatnya nanti.

Aku melanjutkan dengan wajah seorang siswa teladan.

“Mungkin orang yang mencurigakan atau semacamnya. Haruskah aku memberi tahu guru?”

“Oh, tidak perlu. Aku akan memeriksanya saat aku berpatroli, jadi jangan khawatir. Lagipula, itu mungkin seseorang yang ada hubungannya.”

“Seseorang yang ada hubungannya?”

“Ya. Kau bebas naik ke sana jika kau berhubungan dengan OSIS.”

Oke, bagus! Sudah kuduga rumor itu benar!

Aku membuat pose penuh kemenangan dalam hati dan sejenak melihat ke arah Uenohara. Bagaimana, kau lihat itu? Beginilah contohnya, oke?

Tetap saja, dia memberitahukan itu dengan cukup mudah… Aku ingin tahu apakah aku bisa melanjutkan dan menyelidiki detailnya?

“Oh? Begitukah? Bukankah kuncinya disimpan di ruang guru?”

“Ada ruang penyimpanan di atap untuk digunakan oleh OSIS. Sesuatu seperti dokumen lama dan peralatan disimpan di sana, jadi satu kunci cadangan diletakkan di ruang OSIS.”

“Huh. Apakah itu berarti siapa pun yang merupakan bagian dari OSIS dapat menggunakannya?”

“Ya. Tapi diperlukan untuk membuka brankasnya, jadi kau membutuhkan izin dari penanggung jawab…”

Hmm, jadi kuncinya disimpan di brankas. Yah, kurasa itu masuk akal.

Namun, tampaknya lebih mudah untuk mendapatkan kunci itu daripada yang ada di ruang guru. Daripada seorang guru, seorang siswa tampaknya lebih mudah untuk diti — ahem, lebih mudah untuk dibuat paham. Mari ingat itu.

Sekarang, kurasa untuk topik tentang kunci, itu sudah cukup. Tapi saat aku memikirkan ini dan akan mengakhiri percakapan…

Tiba-tiba menyadari ada sesuatu yang tidak beres, Hinoharu-senpai menatap mataku.

“Hei, kenapa kamu begitu tertarik dengan rinciannya?”

Jantungku berdegup kencang.

Oh tidak.

Aku mungkin dengan sembrono terlalu berlebihan.

“Ah, tidak, tidak ada alasan khusus. Cuma iseng saja.”

“Cuma iseng? Mengingat itu adalah “cuma iseng”, bukankah pertanyaanmu sangat spesifik?”

Wajah Senpai tetap bingung.

Ini buruk! Ini emergency! Jika aku tidak melakukan sesuatu dengan cepat, ini akan berakhir seperti waktu itu dengan Uenohara!

Sebelum aku terpojok, aku mengambil tindakan ngeles darurat yang telah aku persiapkan sebelumnya.

“Um! Aku sebenarnya… tertarik dengan OSIS!”

Menanggapi pernyataan mendadakku, Hinoharu-senpai mengedipkan matanya dengan ekspresi kosong di wajahnya.

Ck, aku telah berusaha sebaik mungkin untuk menghindari kebohongan semacam ini karena itu dapat memiliki efek yang bertahan lama, tapi ini tidak dapat dihindari!

“Itulah sebabnya aku tiba-tiba ingin tahu lebih banyak. Maaf, aku pasti terlihat agak tidak sopan.”

“…Jadi memang begitu ya. Sudah kuduga. Kamu bisa saja memberitahuku itu dari awal.”

Menghembuskan napas, senpai menurunkan kewaspadaannya dan tertawa pelan lagi.

Apakah… apakah itu berhasil?

“Hmm, hmm, aku mengerti, jadi kamu tertarik dengan OSIS. Tanggapan siswa kelas satu pada orientasi tahun ini agak kurang, dan menurutku tidak banyak harapan karena tidak ada yang datang berkunjung. …Hmm, menurutku kamu memiliki sikap yang baik.”

“Ah, haha.”

B-Bagus.

Dia sepertinya sedang dalam mood yang lebih baik sekarang, dan sepertinya aku bisa menghindari skenario terburuk.

Baiklah, aku perlu mundur secepat mungkin─

“Aku bisa meluangkan waktu setelah aku berpatroli, jadi mari kita bicara lebih banyak sesudahnya. Apakah kamu keberatan menunggu di dalam sebentar?”

“Ah, tidak, um, aku belum berpikir sampai sejauh itu…”

“Ayolah, jangan malu-malu. Aku akan menjelaskan semuanya dari awal!”

Dengan senpai yang tiba-tiba menjadi bersemangat dan mencondongkan tubuhnya ke depan, mau tidak mau aku mundur selangkah.

D-Dia jauh lebih memaksa dari yang aku duga. Meskipun dia memiliki penampilan yang lembut, apakah di dalam dirinya, dia sebenarnya tipe yang agresif? Sudah kuduga aku tidak bisa mengandalkan kesanku dari penampilan luar!

“Ah, atau, apakah kamu ingin bergabung sementara? Acara OSIS berikutnya baru saja direncanakan, jadi kupikir kau akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik setelah kau benar-benar menjalaninya secara langsung.”

“Tidak, itu…”

“Apakah kau sedang mengikuti aktivitas klub? Bagaimana dengan bimbel atau les privat? Untuk saat ini, bisakah kamu memberitahuku namamu?”

Tunggu, ini bergerak terlalu cepat!

Pada titik ini, aku tidak bisa menahan sikap sedikit tidak wajar. Aku harus mengarahkan haluan ke arah mengakhiri percakapan…!

“Um, seperti yang kubilang! Aku masih memikirkannya.”

“Oh, tidak, tidak. Daripada dipikirkan seperti itu, kamu harus mencobanya dulu. Mari gunakan saat itu sambil memikirkannya. Kamu sudah jauh-jauh masuk ke Kyou-Nishi, jadi kenapa harus menyia-nyiakannya dengan tidak melakukan apa yang hanya bisa kamu lakukan di sini?”

Ada apa dengan antusiasme yang tinggi itu?! Dia bahkan tidak sesuai dengan penampilan luarnya!

“Kamu adalah siswa baru, jadi kamu harus bergerak dengan lebih antusias. Kamu tidak bisa populer di kalangan para gadis kalau begitu pasif, lho?”

“Ugh…!”

Aku bergerak! Aku bertindak dengan sangat antusias! Namun, itu untuk membuat komedi romantis menjadi kenyataan!

Senpai melihat pada arloji di tangan kirinya dan menghela nafas sebelum melanjutkan.

“Lihat, kita telah membuang banyak waktu melakukan ini. Dengan waktu begini, kita bisa melakukan percakapan yang lebih konstruktif, kan? Mari jangan buang waktu lagi, oke?”

Sialan, cara bicara seperti itu membuatku jengkel!

Tepat saat aku hendak membuka mulut untuk membantahnya,

“Ketua kelas. Sensei bilang kamu harus kembali secepat mungkin.”

Kualitas suara yang familiar datang dari belakangku.

Aku tiba-tiba kembali tenang dan berbalik.

Itu tidak lain adalah “kaki tangan”-ku Uenohara, berdiri di sana dengan wajah biasa tanpa ekspresi.

“Sensei bertanya kenapa butuh waktu lama untuk menyerahkan daftar nama. Kamu masih memiliki beberapa hal lagi yang harus dicetak, kan?”

Tanpa susah payah, Uenohara berbicara tentang “setting” imajiner itu.

Ini jelas-jelas menyelamatkan nyawa.

Aku segera memutuskan untuk mengikutinya.

“…Maaf. Aku sebenarnya sedang melakukan beberapa tugas.”

“Oh, begitu ya… Astaga, kamu seharusnya memberitahuku itu dari awal.”

Senpai sepertinya sadar, tertawa pelan sebelum mengambil satu langkah mundur.

Aku menelan kata-kata, “Aku tidak sempat untuk bilang apa pun, tahu!” dan pergi dengan setengah berlari.

“Ah, kelas satu! Setidaknya beri tahu namamu!”

“Maaf, sampai jumpa!”

Aku berteriak, memotong seruan senpai, dan bergerak ke samping Uenohara, yang berdiri di sudut lorong.

Dari sana, kami segera berjalan kembali ke koridor penghubung, dan begitu kami tidak terlihat, aku menghela napas dalam-dalam.

“…Maaf, kau menyelamatkanku tadi.”

“Itu semua karena kau terbawa suasana dan ingin tahu terlalu dalam.”

Uenohara bergumam dengan wajah yare-yare.

Saat ini, sikapnya yang biasa ini terasa seperti sesuatu yang bisa aku andalkan…

“Jadi ngomong-ngomong, dia tampaknya orang yang seperti itu. Apakah sepertinya dia akan mendapatkan evaluasi Heroine peringkat S?”

“…Untuk saat ini, kita sebaiknya fokus saja pada pengumpulan informasi. Mm?”

Seperti yang diduga, data itu penting. Informasi sangat penting.

*


“Sepertinya aku meremehkanmu.”

Di dekat pintu masuk tamu gedung sekolah utara.

Aku bergumam saat mengambil posisi dari mana kami bisa melihat gerbang utama.

Sekeliling kami benar-benar diselimuti kegelapan, dan area di dekat gerbang sekolah penuh dengan siswa dalam perjalanan pulang dari kegiatan klub.

“…Kenapa tiba-tiba begitu?”

Uenohara, yang sedang bersandar di dinding gedung sekolah dengan menyilangkan tangan, berkedip ke arahku.

“Yah, aku tidak mengira kau mampu diandalkan sejauh ini.”

Setelah insiden dengan Hinoharu-senpai, aku telah mengulangi investigasi tatap muka yang sama dengan subjek lain, tapi setelah aku meminta Uenohara mencobanya, dia dapat mengekstrak informasi yang diinginkan tiga kali lebih cepat dari yang aku bisa.

Selain dari arah pembicaraan yang tepat, kemampuannya untuk memahami seluk-beluk perasaan serta emosi orang, dan segera menerapkannya pada percakapannya benar-benar kotor. Selain itu, meskipun terjadi masalah yang tidak terduga, dia tidak bergeming sama sekali, melainkan memanfaatkan situasi tersebut untuk mengekstrak informasi dengan lebih detail.

Dipikirkan baik-baik, dia telah mempermainkanku sejak pertama kali kami bertemu, dan kemampuan alami serta kecepatan berpikirnya jauh lebih tinggi dariku, jadi itu mungkin seperti yang diharapkan. Seolah-olah dia adalah pemeran utama dari serial Ore TUEEE*. Seperti yang diharapkan dari Uenohara-san, dia cukup mampu diandalkan.

TL Note: Mengacu pada seri novel ringan isekai komedi populer Kono Yuusha ga Ore Tueee Kuse ni Shinchou Sugiru (The Hero Is Overpowered But Overly Cautious).

“Ya ampun, kau benar-benar membuat pelaku utama kehilangan muka. Aku benar-benar berpikir bahwa investigasi adalah spesialisasiku.”

“Ini bukan hal yang hebat. Lagian, sejak awal, aku hanya mengulangi sesuatu yang Nagasaka lakukan.”

Uenohara bergumam sambil memutar-mutar rambut di belakang kepalanya.

“Sudah kubilang jangan terlalu rendah hati. Ini membuat frustrasi, tapi kau lebih baik dariku dalam investigasi tatap muka. Sampai-sampai aku lebih suka menyerahkan segalanya padamu.”

Bahkan, ini mungkin cara yang baik untuk membagi beban kerja. Tidak ada kekhawatiran tentang dia akan membuat kesalahan besar karena penyimpangan seperti yang aku lakukan, dan ada rasa aman yang sangat berbeda.

“Baiklah… berikutnya, selanjutnya adalah jenis terakhir.”

“…Apa namanya tadi?”

Uenohara memisahkan punggungnya dari dinding, mengambil setengah langkah ke arahku.

“Yang terakhir adalah ‘Pengamatan Perilaku.’ Tidak seperti invertigasi tatap muka di mana informasi diperoleh melalui percakapan, ini adalah metode yang menggunakan sikap dan gerakan tubuh untuk menguraikan kecenderungan perilaku dan perasaan.”

“Apa maksudmu, ‘pengamatan’? …Tidak mungkin, apakah kali ini kau berniat untuk benar-benar mengambil foto secara diam-diam?”

“Idiot, itu akan membuatmu terlibat dalam tindakan kriminal. Tidak peduli bagaimana kau memikirkannya, membuat komedi romantis dari hasil foto diam-diam tanpa henti adalah hal yang tidak wajar. Berpikirlah secara legal, legal.”

“Aku benar-benar tidak tahu apakah kau ini waras atau tidak…”

Aku mengabaikan suara jijik Uenohara dan melanjutkan penjelasanku. Sepertinya aku mulai terbiasa dengan pola kejadian seperti ini.

“Saat mengamati, merupakan pemikiran yang baik untuk mencatat hal-hal secara objektif dan tidak secara subyektif. Dan juga, perhatikan jumlah kemunculan tindakan berulang.”

“Jumlah kemunculan?”

“Berapa kali mereka bertindak. Misalnya, jika mereka terus melakukan sesuatu seperti menyentuh telinga atau menyilangkan kaki, berapa kali mereka melakukannya? Catat itu juga.”

“…Apakah ada gunanya melakukan itu?”

“Tindakan berulang adalah perilaku yang dilakukan secara tidak sadar, lho. Jadi, hal itu sering kali dikaitkan dengan perasaan dan emosi orang tersebut.”

Misalnya, jika seseorang menyilangkan kaki saat gugup, secara tidak langsung kalian dapat mengukur tingkat kegugupannya dengan melihat berapa kali mereka melakukannya.

“Yah, karena seringnya ada faktor lain yang terlibat, sebenarnya tidak sesederhana itu.”

“Hmm… Jadi, siapa yang rencananya mau kamu monitor?”

“Kali ini, Kiyosato-san akan menjadi targetnya. Sudah hampir waktunya untuk dia menyelesaikan kegiatan klubnya, jadi aku akan menemaninya di bus pulang sambil mendengarkannya. Aku akan memberikan berbagai tanggapan melalui obrolan, dan kau dapat membuat catatan dalam jarak yang dapat didengar sambil berpura-pura menjadi orang asing.”

Seperti yang diharapkan, lebih baik aku sendiri yang menangani percakapan dengan Kiyosato-san daripada menyerahkannya pada Uenohara. Asalkan bukan seseorang yang aku temui untuk pertama kalinya, aku sudah memiliki stok informasi sebelumnya. Tidak ada alasan aku akan mempermalukan diri sendiri seperti saat dengan senpai.

Uenohara mengangguk sebelum membuka mulutnya.

“Ngomong-ngomong, apakah kau memiliki perkiraan kasar tentang berapa banyak gerakan yang harus aku pantau?”

“Benar… yah, mungkin kita bisa menargetkan totalnya sekitar 50.”

“Tunggu, 50? Bukankah itu terlalu berlebihan…?”

“Kau pasti mampu melakukannya. Aku mengandalkanmu.”

“…Aku tidak ingin kau mengandalkanku untuk hal seperti ini.”

Aku menyeringai pada Uenohara, yang menjawabku dengan wajah yare-yare. Yang mana, tentu saja, dia menjawab, “Menjijikkan.” Kau pasti mudah sekali merasa jijik, kan?

“Ah, itu benar. Sebelum kita mulai… nih, alat penyamaran.”

Saat aku mengatakan ini, aku memberikan Uenohara kacamata, wig, dan dasi merah untuk siswa kelas dua.

“Sejujurnya, aku lebih suka kamu berganti pakaian biasa atau bahkan seragam sekolah lain, tapi… yah, Uenohara, kau dan Kiyosato-san tidak saling kenal. Jadi ini seharusnya berhasil.”

“Tidak, tidak, tidak, apa yang kau bicarakan? Ini seharusnya tidak berguna sama sekali.”

Mempertahankan wajah tanpa ekspresi, Uenohara melambaikan tangannya sebagai penolakan.

Apakah menurutmu ini sama dengan bermain-main pakai cosplay?

“Kayak, eh? Kau ingin aku memakai ini? Apa kau tidak waras?”

“Seperti yang kubilang, ini untuk berjaga-jaga. Jika nanti kau ketahuan sedang menyelidiki, aku tidak dapat menjamin keselamatanmu.”

“Yah… itu mungkin benar.”

“Kau tahu, jika menurutmu itu aneh, maka itu akan terlihat aneh. Jika kau menganggapnya sebagai perlengkapan pertahanan diri, maka itu adalah pilihan yang rasional. Apakah aku salah?”

Uenohara menelan kata-kata yang akan dia ucapkan dengan wajah diam serta tanpa ekspresi, dan melihat bolak-balik dua atau tiga kali antara peralatan penyamaran dan aku.

Kemudian dia menghela nafas berat seolah-olah dia telah menyerah pada segalanya.

“…Ugh, oke. Aku mengerti, aku sudah mengerti. Hadap ke sana.”

Kemudian, dia mengambil penyamaran dari tanganku dan menghilang di balik loker sepatu.

Tetap saja, Uenohara terbuka untuk segala macam hal, asalkan itu masuk akal. Dia mud— eh, lebih serius dari yang kupikirkan, hmm.

Saat aku memikirkan hal ini, Uenohara, yang dengan cepat berganti kelas menjadi seorang gadis berkacamata dan berambut bob, diam-diam kembali. Mungkin untuk mencocokkan suasananya, dia dengan rapi membenarkan seragamnya yang biasa dia pakai santai dan bahkan melepas kalung di lehernya.

Dan juga, ketika dia memutuskan untuk melakukan sesuatu, dia mengoptimalkannya dengan sempurna. Dia benar-benar berbakat, si kaki tangan ini.

“…Bagaimana? Apakah ada rambutku yang mencuat?”

Tanya Uenohara sambil mengatur posisi kacamatanya dengan kedua tangan.

“Hmm, ah, tidak apa-apa.”

Namun, bagaimana aku harus bilangnya…… rasanya seperti imej “sebelum” sebelum menjadi siswi SMA yang solid.

Benar, ini seperti menonton pemutaran ulang sesuatu di mana teman masa kecil tiba-tiba menjadi imut setelah belajar berdandan…

“Argh, kenapa dia bukan teman masa kecilku… ?!”

“Ew, itu benar-benar membuatku merinding. Itu hal paling menjijikkan yang pernah aku dengar sepanjang hari ini.”

Begitulah gumam Uenohara dengan jijik setelah mundur sekitar tiga langkah.

“Hei, kau benar-benar tidak suka teman masa kecil, ya? Aku ingin kau tahu bahwa kita berbicara tentang orang yang, selain paling memahami dan paling mendukung pemeran utama, yang telah paling lama mengenalnya, dengan hubungan dekat yang menyaingi anggota keluarga! Itu adalah karakter dalam posisi yang unik dan spesial, oke! Sepanjang hidupku, aku ingin seseorang memberiku bento buatan sendiri setiap pagi sambil mengatakan ‘Ini karena aku membuatnya kebanyakan,’ lho?!”

“Tidak, hal yang membuatku kesal adalah reaksimu, Nagasaka. Aku tidak secara khusus menolak gagasan tentang teman masa kecil atau apalah.”

Aku mendengus kembali padanya, lalu melihat kembali ke gerbang sekolah.

─ Dan kemudian, beberapa menit kemudian.

Kami melihat sekelompok orang dengan tas raket yang tampak seperti dari klub tenis muncul.

Di depan tempat parkir sepeda, sesosok orang melambai dengan riang dan berpisah dari yang lain.

Tidak salah lagi, itu Kiyosato-san.

“Luar biasa. Baiklah, mari kita mulai. Aku mengandalkanmu, rekan.”

“Aku akan mengikuti pepatah yang mengatakan setelah kau menelan racun, kau sebaiknya menjilati piringnya…”

TL Note: Maksudnya karena toh akan mati, sekalian aja makan sampai habis. Sama kayak metafora “Sudah terlanjur basah, sekalian aja mandi”

Kami mengikuti Kiyosato-san dengan kecepatan yang cukup lambat agar tidak mencolok.

 

Sebelumnya - Daftar Isi - Selanjutnya